Bab 16

6.6K 721 17
                                    

Jangan lupa vote, follow, dan komentar

Ps. Tinggal sisa 4 episode

******

Aku hanya terdiam. Di dalam mobil. Duduk di kursi penumpang dengan wajah menyamping. Melihat ke arah luar jendela.

Tidak ada suara sama sekali saat itu. Bahkan, sampai Haist memarkirkan mobilnya di sepanjang jalan, aku tetap tidak berkomentar. Mematung bagai boneka tanpa jiwa.

Dan seolah tidak mempermasalahkan kebisuanku, Haist juga bertindak dalam hening. Keluar dari dalam mobil. Masuk ke sebuah tempat yang  terlihat seperti apotek.

Hanya sekitar beberapa menit Haist berada di dalam sana, karena selanjutnya pria itu keluar. Berjalan ke arah mobil. Membuka tepat satu pintu mobil yang menutupi diriku.

Drak!

Pria itu berjongkok. Mengulurkan satu tangannya padaku.

"Mana?" tanyanya.

"Apa?" jawabku pelan tidak mengerti.

"Kakimu ... aku ingin mengobati kakimu yang terluka."

"Ah, itu ... tidak perlu. Hanya luka kecil."

Aku menolak tawaran Haist. Kembali memalingkan wajah dari pria itu. Mencoba untuk tidak melihat mata cokelat cerahnya.

"Keras kepala."

Dan tiba-tiba saja aku sudah merasakan sentuhan tangannya. Menarik satu kakiku tanpa izin. Membuatku mau tak mau langsung melihat dirinya lagi.

"Apa yang mau kamu lakukan sebenarnya?!"

"Mengobatimu. Aku tadi sudah bilang, bukan?" balasnya sembari membuka plester. Menempelkan penutup luka berwarna cokelat itu pada luka di lututku.

"Kenapa di musim dingin seperti ini kamu hanya memakai terusan? Apa kamu tidak merasa kedinginan?" tanyanya dengan wajah yang sudah mendongak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa di musim dingin seperti ini kamu hanya memakai terusan? Apa kamu tidak merasa kedinginan?" tanyanya dengan wajah yang sudah mendongak. Bertemu mata dengan diriku tanpa bisa aku mengalihkan pandang.

"Aku tidak punya waktu untuk mengurus pakaian. Aku sibuk."

"Karena perusahaan?"

"Iya ... dan sekarang kamu membawaku lari. Membuatku tak bisa menyelesaikan urusan."

Untuk sesaat aku sempat lupa mengenai perusahaan. Karena lemah diriku, maka aku memilih untuk mengikuti Haist. Benar-benar lari dari semua tanggung jawab.

Tes!

Tanpa sadar air mataku kembali turun. Menetes tepat membasahi kedua lututku.

"Kenapa menangis?"

Satu tangan Haist sudah terulur. Menyapu air mata yang ada.

"Aku merasa seperti pecundang. Semua sekarang telah benar-benar hancur. Perusahaan Ayah ... aku pada akhirnya tidak bisa melindungi Ella maupun perusahaan. Aku ... aku benar-benar si jahat yang tidak berguna. Hiks!"

[End] Ending MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang