Bab 15

6.8K 741 27
                                    

Ada lagu wendy - Goodbye untuk menemani bab ini

Jangan lupa vote, follow, dan komentar

-XOXO

Ps. Lima bab lagi tersisa agar cerita ini tamat

*******

Aku mengangkat satu tangan. Mengacak rambut dengan kasar. Merasa kehilangan jalan keluar untuk membersihkan nama perusahaan.

Sudah dua hari berlalu, tetapi aku tetap berada di tempat sama. Di kantor. Sibuk menghubungi berbagai pihak. Mengatur semua hal yang bisa aku lakukan. Namun, tetap sia-sia.

Tidak ada bukti yang dapat mendukung sanggahan dariku. Tanda tangan Ella yang meniru tanda tanganku terlihat benar-benar mirip. Tanpa satu pun garis keraguan. Terlebih dengan adanya uang masuk ke rekeningnya yang jelas masih belum wanita itu kembalikan.

Sebenarnya, aku sudah berulang kali mencoba untuk menemui Stamford. Namun, pria tidak tahu diri itu selalu menolak kedatanganku. Menolak untuk menerima sambungan. Benar-benar menarikku dalam jurang tanpa rasa belas kasih.

"Nona Lily ...."

Aku menaikkan pandang. Melihat Mielten yang baru saja selesai menghubungi sesorang.

"Pihak Audit tidak menerima alasan kita. Besok mereka akan tetap datang."

"Sial!"

Refleks, aku memejamkan kedua mata. Mencoba untuk tetap tenang dan waras.

"Aku akan mengundurkan diri."

"Nona ...."

"Tidak ada jalan lain. Aku tidak akan menarik perusahaan ke dalam masalah pribadiku. Aku akan mengakui semuanya. Namun, bukan atas nama perusahaan. Setidaknya dengan begini, kesalahan akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dariku."

Aku membuka kembali mata. Melihat Mielten dengan pandang kosong. Kalau boleh jujur, sekarang aku sudah benar-benar pasrah. Tidak ada gunanya berjuang. Semua tetap akan menjadi masalahku. Dalam cerita ini, agar semua tokoh bahagia, maka hanya perlu satu hal. Kehancuran diriku ... aku yang memang diktakdirkan menjadi tokoh antagonis ini ....

"Tapi, jika Nona mengakui semuanya, Nona akan dipenjarakan! Tidak! Semua adalah karena kesalahan saya! Biar saya saja yang mengambil semua tuduhan."

Aku tersenyum. Berdiri dari tempatku duduk. Berjalan lurus ke arah Mielten. Lalu, setelah kami berada dengan jarak cukup dekat, maka aku mensejajarkan tubuh dengan dirinya. Memeluk erat Mielten dengan tulus.

"Aku tahu kamu menjadi satu-satunya penopang keluarga, Mielten. Kamu tidak perlu mengobarkan diri sendiri dan keluargamu hanya untuk orang jahat sepertiku. Lagi pula, tanda tangan itu adalah tanda tangan diriku. Semua sejak awal memang murni kesalahanku."

Aku melonggarkan pelukan. Melihat kedua mata Mielten yang sudah menahan tangis.

"Nona tidak jahat ... saya ... saya benar-benar tidak ingin Nona menderita seperti ini ... Maafkan saya, Nona."

Mielten menunduk. Kali ini wanita itu menangis. Benar-benar meneteskan air mata untuk diriku.

"Terima kasih karena sudah setia berada di sisiku. Sejak aku berada dalam kisah ini, mungkin hanya dirimu seorang yang benar-benar melihat diriku sebagai Lily. Menerima semua buruk dan baikku. Dan atas semua sikapmu itu, aku benar-benar berterima kasih."

"Tidak! Aku yang harusnya berterima kasih, Nona!" jawab Mielten sembari menggeleng keras. Telah melihat diriku kembali dengan dua iris birunya.

Hah ... benar-benar membuatku tidak nyaman. Aku jadi makin merasa bersalah jika terus bersama dirinya. Karena tidak ingin lebih lama mengulur waktu, aku pun berdiri. Memunggungi Mielten.

[End] Ending MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang