EMPAT BELAS

1.6K 40 4
                                    

Aura turun menuju ruang tamu, hanya memakai celana selutut dan kaos warna putih yang bertuliskan girl. Rambutnya digerai bebas karena masih basah. Ia bahkan baru saja bangun tidur, kalau saja Danan tidak membangunkannya mungkin saat ini ia belum bangun dan mandi.

Setelah berada tepat di ruang tamunya, mata Aura menangkap teman-temannya dan teman-teman Danan yang sedang duduk di ruang tamu dengan mata yang tertuju pada layar televisi, sampai-sampai Aura datang mereka tidak menyadarinya.

"Aura." Vina berteriak lalu berlari ke arah Aura dan memeluknya. Semua orang yang berada di ruang tamu terkejut mendengar teriakan Vina. Aliv dan Kinan kemudian berlari menyusul Vina dan memeluk Aura.

"Udah kali, kaya Teletubbies aja peluk-pelukkan," ucap Fajar.

"Iri aja kamu sayang, pengen aku peluk?" tanya Vina.

"Mau." Mata Fajar berbinar seperti anak kecil yang akan dibelikan es krim.

"Sini." Vina merentangkan tangannya. Ketiga sahabatnya hanya saling memandang, heran dengan sikap Vina. Fajar perlahan berjalan ke arah Vina dan merentangkan tangannya.

Sebelum berhasil dipeluk kekasihnya, Vina lebih dulu menghindar dan langsung melayangkan jeweran ke telinga milik Fajar.

"Eittss, nggak boleh ya, nakal, bukan muhrim." Vina menjewer telinga Fajar cukup kuat.

"Auww iya, iya sayang, sakit tau nggak." Fajar mengusap telinganya setelah terlepas dari jeweran Vina. Telinganya terlihat merah akibat ulah Vina.

"Gue pikir bakal beneran lo peluk Vin." Kinan tertawa kecil yang diikuti oleh Aliv dan Aura.

"Ya nggak lah, menang banyak nanti dia." Vina menunjuk Fajar dengan dagunya.

"Yaudah ayo duduk." Aura menyeret ketiga sahabatnya menuju sofa.

Aura duduk di samping Danan, karena memang tempat duduk yang masih kosong hanya itu. Sementara ketiga sahabatnya itu duduk di tempatnya semula. Terlihat Dheson dan Aifan yang duduk di bawah dengan memainkan ponselnya masing-masing. Mungkin sedang bermain game.

"Udah baikan?" Aliv membuka pembicaraan.

"Udah kok, lagian cuma demam."

"Oh ya gue ke dapur dulu ya? Ambil cemilan sama minum." Aura beranjak dari tempat duduknya.

"Kakak bantu." Danan langsung memegang tangan mungil milik Aura.

Tanpa menjawab perkataan kekasihnya itu, Aura langsung berjalan menuju dapur diikuti oleh Danan di sampingnya yang masih setia menggenggam tangan Aura.

"Obatnya udah diminum?" Danan melirik sekilas Aura yang berjalan di sampingnya.

"Belum."

"Udah makan?"

"Belum."

"Kenapa belum?" tanya Danan masih dengan wajah andalannya. Tanpa ekspresi.

"Kan Kakak tau gue baru bangun." Aura langsung melepaskan genggaman tangannya dari Danan dan menuju kulkas untuk mengambil beberapa cemilan.

Intelligible (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang