DUA PULUH EMPAT

1.3K 45 4
                                    

Aura berjalan sendiri menyusuri trotoar jalanan, matanya beredar melihat pemandangan kendaraan yang berlalulalang. Ini sudah 2 minggu setelah HUT Sekolah dan Danan sudah sembuh total.

Ngomong-ngomong tentang Danan, cowok itu baru saja menelfon Aura dan izin tidak bisa menemaninya pergi karena ada urusan penting.

Aura kembali melihat ke arah jalanan. Matanya membulat tak percaya. Apa ini? Apa matanya sedang bermasalah? Rasanya seperti ditampar kenyataan.

Di seberang sana ia melihat Danan duduk di atas motor sport berwarna hitam dengan cewek yang berdiri di sampingnya dan menggandeng tangannya.

Cantik sih, tapi tetap saja membuat Aura mengerang kesal. Aura tertunduk, matanya menutup, ia menggeleng cepat, berharap saat membuka matanya itu hanya halusinasinya saja.

Matanya memanas saat pemandangan ini tidak hilang setelah ia membuka matanya. Seketika cairan bening itu lolos dari pertahanannya. Rasanya ia ingin berlari kesana dan menampar cewek kurang ajar itu. Tunggu dulu, bagaimana kalau yang kurang ajar cowoknya?

Pikiran itu semakin membuat Aura terisak, ia tidak memperdulikan tatapan aneh dari beberapa orang yang melintas di trotoar.

Dengan cepat ia memberhentikan taksi yang melintas. Aura sudah sangat tersakiti melihat pemandangan itu, bahkan ia mengurungkan niatnya untuk menghampiri Danan dan cewek ganjen itu.

Biar saja nanti Danan yang menjelaskan. Toh Aura ingin melihat Danan akan mengakui kesalahannya atau tidak. Aura tunggu pengakuanmu Danan!

"Darimana?" tanya Mama Ira saat melihat Aura masuk kedalam rumahnya dengan penampilan yang kacau.

"Keluar, tadi cari angin," balas Aura sekenanya. Ia berjalan kearah tangga tanpa mengucapkan salam atau mencium punggung tangan Ira seperti biasa.

'Kenapa tuh anak?' batin Mama Ira sambil menggeleng-geleng.

"Arrgghh," teriak Aura frustasi sambil melemparkan tas selempangnya ke atas kasur.

Aura membaringkan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya. "Hah lo boongin gue Kak? Kampreett," gerutu Aura.

Nah kan sifatnya ini muncul kalau sudah begini. Aura jika sudah marah maka akan seperti ini. Jangan pikir dia ini cewek alim ya.

Ya meskipun tidak pernah bolos pelajaran, selalu nurut sama Mamanya, tidak bandel, tidak nakal, rajin sholat, sopan. Tapi tetap saja omongannya kasar-kasar.

Tau kan zaman sekarang? Pergaulan bisa merubah segalanya. Dan ya, sifat Aura ini tertular oleh teman-temannya dulu di Jakarta.

Bukannya Aura bermuka dua, tapi ia sopan dan berkata kasar pada waktu yang tepat.

"Liat aja lo abis sama gue besok," gerutu Aura.

"Gue bakal tunggu lo jujur sama gue Kak, awas aja." Aura menjerit kesal sambil memukul kasur dan meremas selimutnya.

Tok tok tok

"Sayang kamu kenapa? Kok teriak-teriak?" tanya Mama Ira sambil menggedor pintu sambil berteriak.

"Sayang Mama masuk ya?" ucapnya yang kini melembut.

Intelligible (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang