DUA PULUH SATU

1.3K 45 0
                                    

Aku takut, takut kamu menghilang dari hidupku.

H. Aura I.

.....

Aura duduk di depan UGD sambil menangkup wajahnya dengan telapak tangannya. Ia menahan isaknya yang nyatanya sama sekali tidak berhasil.

"Danan bakal baik-baik aja, lo tenang ya Ra." Dengan nada sedih Dheson lalu mengusap bahu Aura yang bergetar, berusaha menenangkan. Aura menyenderkan kepalanya dibahu Dheson sambil terisak.

Aura langsung berdiri saat melihat dokter keluar dari UGD. Dheson yang juga melihat dokter keluar langsung berdiri di samping Aura.

"Dok gimana keadaannya?" tanya Aura tidak bersabar. Dheson lalu mengusap bahu Aura untuk bersabar.

"Sstt tenang dulu Ra, lo duduk dulu, gue mau bicara sama dokter." Dheson lalu membantu Aura duduk. Dheson mengingat perkataan Danan yang tidak ingin Aura mengetahui penyakitnya.

"Dok bisa bicara sebentar?" Dokter mengangguk lalu berjalan ke pojok koridor rumah sakit diikuti Dheson.

"Gimana dok keadaan teman saya?" Dheson memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Keadaannya kritis karena luka di kepalanya yang cukup parah. Dan kakinya retak karena terkena benturan yang keras. Saya beberapa hari lalu menangani pasien dan saya sudah mengatakan pada pasien untuk segera melakukan transplantasi ginjal, tetapi pasien belum melakukannya. Apa keluarganya sudah tau?"

"Kemungkinan keluarganya belum tau dok," jawab Dheson.

"Sebenarnya penyakit pasien semakin parah dan harus segera melakukan transplantasi ginjal, kalau tidak akan sangat membahayakan bagi keselamatan pasien." Dheson mengangguk.

"Saya bisa menjenguknya?"

"Bisa tapi hanya satu orang saja, kalau begitu saya permisi." Dheson mengangguk lalu menghampiri Aura yang masih terisak.

"Ra." Aura mendongak menatap wajah lelaki di depannya. "Lo boleh masuk."

"Gimana keadaan Kak Danan Son?" Aura mengatakannya disela-sela isakan.

"Kritis." Aura menutup mulutnya tidak percaya lalu terduduk lemas saat mendengar kata itu terlontar dari mulut Dheson.

"Lo nggak papa?" tanya Dheson saat tiba-tiba Aura terduduk.

"Ini salah gue Son, harusnya gue nggak ngehindar dari Kak Danan. Gue bakal benci diri gue sendiri kalo sampe terjadi apa-apa sama Kak Danan." Aura kembali terisak, lama-lama dadanya terasa sesak.

Dheson berlutut dan menatap Aura intens. Tatapannya berubah menjadi sendu saat mengingat penyakit Danan.

"Lo tau Ra?" Aura langsung menatap Dheson yang menatapnya. "Danan itu orang terkuat yang pernah gue temui." Dheson menunduk. "Lo nggak tau gimana perjuangan dia Ra, dia itu kuat, dia nggak bakal secepat itu nyerah sama penyakitnya, apalagi sekarang ada lo. Lo semangat baru yang buat Danan berjuang ngelawan semuanya."

Untuk pertama kalinya Aura melihat Dheson menangis dan itu semakin membuatnya penasaran apa penyakit Danan.

"Maksud lo?"

Intelligible (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang