DUA PULUH DELAPAN

1.3K 36 1
                                    

"Kak sehari lagi ya?" Aura memohon. Ini sudah beberapa hari Aura berada di Jakarta. Selama beberapa hari itupun Aura jarang sekali keluar rumah sakit.

Kadang ia hanya menemani Danan di ruangannya atau ke taman rumah sakit mencari udara segar, kadang juga membaca novel yang sempat ia beli bersama Indri.

"Besok sekolah," ucap Danan datar. Ia berjalan mendekati Aura yang berada di sofa sedang memasukkan bajunya kedalam koper.

Aura berdecak sebal, ini sudah kesekian kalinya ia memohon agar Danan tidak memulangkannya hari ini. Tapi tetap saja Danan menolak, ia lupa jika Danan memiliki sifat keras kepala.

"Kalo udah siap Kakak anter ke bandara." Danan duduk di samping Aura. Aura memberhentikan kegiatannya lalu memutar menghadap Danan.

Matanya beredar ke seluruh bagian wajah Danan. Pucat.

"Enggak usah," ucap Aura penuh penekanan. Ia tidak mau Danan bertambah sakit.

"Perintah." Aura mengumpat dalam hati. Jika sudah begini ia pasti tidak akan bisa menolak.

Aura membuang napas gusar. Kenapa Danan harus mempunyai sifat keras kepala? Cukup dingin saja sudah membuat Aura mengumpat karena terkadang Danan mencuekinya.

Mobil berwarna biru itu memarkirkan dirinya di parkiran bandara. Pemiliknya keluar bersama seorang cewek dengan rambut yang ia biarkan tergerai.

Di punggung tangannya masih terlihat jelas infus yang menempel. Tangan kirinya membawa infus dan tangan kanannya membawakan koper milik Aura.

Aura dengan senang hati langsung menggandeng lengan kiri Danan. Ia hanya berusaha memanfaatkan waktu agar tidak terlalu merindukan Danan nantinya.

Danan berhenti melangkah dan duduk di salah satu tempat duduk. "Take off jam berapa?"

Aura menggapai tas selempangnya lalu mengeluarkan selembar kertas yang diyakini Danan adalah tiket.

"Jam tiga."

Danan melihat jam tangan di pergelangan tangannya. "Masih punya waktu sepuluh menit," ucapnya datar.

"Kak aku disini baru sebentar, masa udah disuruh pulang." Protes Aura.

Danan berdecak dalam hati, ternyata Aura nya tidak berubah. Yah maklum saja baru ditinggal 3 bulan saja. Kadang seseorang mampu berubah sikap dengan cepat dan kadang pula memerlukan waktu.

Danan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Membukanya lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas berwarna merah. Aura mengernyit bingung.

"Nih." Danan memberikan beberapa lembar uang itu kepada Aura.

"Maksudnya?" tanya Aura heran.

"Bawa aja, buat jaga-jaga. Uang kamu habis?" Aura langsung mengeluarkan dompet dari tas selempangnya dan mengecek isinya.

"Hehe iya. Makasih." Aura menyengir lalu menerima uang pemberian Danan.

"Yaudah sana, udah mau take off." Danan beranjak dari duduknya dan hendak berjalan meninggalkan Aura.

Aura langsung berlari dan memeluk Danan dari belakang, menempelkan kepalanya pada punggung Danan.

"Nanti aku bakal kangen sama Kakak," ucapnya lirih, mungkin matanya sudah memerah.

Danan lalu berbalik badan dan memeluk Aura. "Kakak juga pasti kangen." Ia mengusap punggung Aura yang sedikit bergetar, Danan yang paham sedikit tersentak.

Intelligible (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang