DUA PULUH LIMA

1.3K 34 4
                                    

"Ngapain ke rumah lo?" tanya Aura ketus saat sudah turun dari motor Danan dan sekarang berada di depan pintu.

Danan tidak menjawab, pandangannya lurus ke depan, wajahnya datar tanpa ekspresi. Aura berasa sedang di gandeng oleh patung es.

"Bunda," panggil Danan saat duduk di ruang tamu.

Tidak berselang lama Bunda Vira datang dan langsung mendekat pada Danan.

"Kenapa?" tanya Bunda Vira setelah Aura mencium punggung tangannya. Bunda Vira lalu duduk di samping Aura.

"Aku tadi pergi sama Bunda kan?" tanya Danan to the point.

"Iya, kenapa sih?" tanya Bunda Vira bingung.

"Itu Aura bilang liat aku sama cewek di pinggir jalan. Padahal enggak kan?" ucap Danan datar.

"Tapi Aura beneran liat Kak Danan di pinggir jalan sama cewek Bun. Lagi gandengan," ucap Aura yakin.

"Nggak mungkin sayang, dari tadi pagi Danan sama Bunda kok, mungkin kamu salah liat," ucap Bunda Vira meyakinkan Aura.

"Nggak mungkin Bun, nggak mungkin aku salah liat. Jelas banget kok itu Kak Danan," ucap Aura kekeuh.

'Mana mungkin Aura liat gue di pinggir jalan, gue aja tadi sama sekali nggak berhenti di pinggir jalan. Apalagi sama cewek. Apa mungkin? Ahh gue bakal selidiki,' batin Danan.

"Kamu nggak percaya sama Bunda sayang?" ucap Bunda Vira sudah kehabisan akal untuk meyakinkan Aura.

"Bukan gitu Bun-"

"Danan itu sayang banget sama kamu, nggak mungkin dia main belakang. Kamu ngerti kan?" ucap Bunda Vira mencoba meyakinkan Aura.

'Tapi gue kan nggak mungkin salah liat,' batin Aura.

Aura mengangguk. "Maaf Bunda."

"Yaudah nggak papa. Danan ikut Bunda." Suruh Bunda Vira lalu beranjak dari duduknya diikuti Danan menuju dapur.

Bunda Vira berdiri menghadap Danan. "Kamu belum ngomong sama Aura?" Danan menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku belum siap Bun," jawabnya menunduk.

"Danan, ini udah dua minggu. Waktu kamu tinggal dua minggu lagi, setelah itu kita berangkat. Jadi cepat selesain ini." Danan mengangguk cepat.

"Kamu harus secepatnya ngomong ini sama Aura, jangan sampe dia tau dari orang lain. Kalaupun iya dia pasti kecewa, Aura pasti mikirnya kamu bohongin dia." Bunda Vira duduk di kursi yang berada di dapur.

"Iya Bun, secepatnya aku ngomong sama Aura."

"Yaudah sana anter Aura pulang!" Danan mengangguk. Cowok itu lalu pergi meninggalkan Bundanya.

"Mana pesenan gue?" tanya Dika saat Danan akan kembali ke ruang tamu.

"Lupa gue belinya Bang," ucap Danan sambil terus berjalan.

"Aelah lo, bullshit."

"Gue beliin ntar pas anter Aura balik. Ribet lo Bang."

Intelligible (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang