DELAPAN BELAS

1.4K 36 1
                                    

Hening masih menyelimuti keduanya, Aura masih diam di posisinya dengan tangannya yang masih menggenggam tangan kekar milik Danan.

Begitupun dengan Danan, ia masih diam tanpa menatap Aura. Bahkan untuk Danan berkata pun tidak ada niatan.

"Jujur, dulu aku emang cuma mau ngelupain Kevin, mau coba cinta sama Kakak, jadi aku mau jadi pac-" ucapan Aura terpotong. Aura kembali menunduk saat mengucapkannya.

"Itu Ra, kamu maksain hati kamu buat lupain Kevin. Dan kamu jadiin Kakak pelarian kam-"

"Aku nggak pernah berfikir sekalipun buat jadiin Kakak pelarian, aku udah sayang sama Kakak, aku cuma mau perasaan sayang aku jadi cinta Kak, Kakak nggak ngerti," ucap Aura semakin lirih, air mata yang sudah dibendungnya tumpah juga.

"Ra maaf, maaf kalo Kakak nggak bisa ngertiin kamu, Kakak nggak pengertian, Kakak nggak cocok buat kamu Ra." Danan mengangkat dagu Aura lalu menghapus air mata Aura. Aura menggeleng kuat.

"Enggak Kak, bukan itu maksudku." Aura semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Danan, seolah tidak ingin kehilangan Danan. Disini Aura merasa serba salah.

"Aku nyaman sama Kakak, bahkan aku nggak pernah ngerasa senyaman ini kalo lagi sama Kevin." Aura menunduk lagi, entah mengapa, tapi rasanya dia tidak berani menatap Danan.

"Jangan samain Kakak sama Kevin," ucap Danan tegas.

"Maaf," ucap Aura sekali lagi, lirih.

Danan berpikir sebentar, ia diam. Semoga saja keputusannya kali ini tidak salah.

"Ra, Kakak udah fikirin, mending kita putus aja," ucap Danan dingin yang sukses membuat Aura mendongakkan kepalanya spontan.

"Kak jangan ngaco deh." Aura semakin erat menggenggam tangan Danan.

"Kakak beneran," ucap Danan dengan wajah yang menjelaskan keseriusan.

"Enggak Kak, aku nggak mau." Untuk kesekian kalinya Aura meneteskan air matanya.

"Kita intropeksi diri kita sendiri Ra." Danan tidak menatap Aura. "Kita cari kekurangan kita, yang perlu di perbaiki."

"Kita mulainya sama-sama Kak, dan kita juga harus ngakhirinnya sama-sama." Aura lalu memeluk tubuh cowok di depannya yang notabennya masih pacar. Danan diam.

"Kita bisa cari kekurangan kita tanpa putus kan Kak?" Aura masih memeluk Danan dari samping.

"Yaudah kita break," ucap Danan dingin.

"Enggak." Aura tegas penuh penolakan.

"Break sama putus itu sama aja Kak." Lanjut Aura dalam tangisnya. Entahlah, tapi hari ini Aura merasa sangat cengeng.

"Ekhem." Terdengar seseorang berdehem, Aura dan Danan langsung menoleh ke arah pintu. Aura melepaskan pelukannya pada Danan dan langsung menghapus air matanya saat melihat Bunda Vira dan Dina berada di ambang pintu.

"Gini toh kalo nggak ada orang, mainnya peluk-pelukkan," ucap Bunda Vira menggoda Aura saat sudah berada di samping brankar Danan.

"Hehe, Bunda." Aura lalu mencium punggung tangan Bunda Vira dan mencoba menyembunyikan rasa sedihnya.

"Gimana sih kamu Danan, Bunda khawatir tau nggak, katanya latihan, terus kenapa Dheson bilang hari ini nggak ada latihan?" Danan mencium punggung tangan Bunda Vira.

Intelligible (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang