TUJUH BELAS

1.3K 39 2
                                    

Danan berbohong dengan Bundanya, sebenarnya hari ini sama sekali tidak ada jadwal latihan basket.

Hanya saja ia ingin meluapkan emosinya, berharap jika ia memainkan bola basketnya, pikirannya tentang Aura akan teralihkan.

Danan membelokkan mobilnya menuju parkiran sekolah. Sudah ada hujan yang menyambutnya. Ia keluar dari mobilnya dan langsung menuju ruang ganti.

Setelah berganti pakaian, ia langsung menuju ke tengah lapangan, tidak memperdulikan hujan dan penyakitnya yang semakin hari semakin parah.

Tidak ada suara apapun, hanya suara hujan yang beradu dengan lapangan. Ini adalah ketenangan tersendiri bagi Danan saat memainkan bola basketnya.

Danan lemah dalam masalah cinta, sangat lemah, hingga sekarang hanya Danan, Tuhan dan Author yang tahu kalau Danan sedang menangis dalam guyuran air hujan.

Danan terus men-drible bola basketnya, melemparkan ke ring basket dan terus seperti itu, sampai rasa sakit itu kembali lagi ke tubuhnya.

Entah apa yang direncanakan Author, ehh ralat entah apa yang direncanakan Tuhan sampai mendatangkan rasa sakitnya disaat yang bersamaan dengan sakit hati karena Aura. Danan sesekali tersenyum miris jika mengingat akan nasibnya.

Badannya lemas, keseimbangannya mulai terganggu. Tangannya bagai lumpuh seketika. Dia menjatuhkan bola basket yang berada di tangannya.

"Kak Danan," teriak seseorang yang masih bisa didengar Danan sebelum cowok dengan pakaian basket itu benar-benar tidak sadarkan diri. Yang Danan tahu itu adalah suara Aura.

Aura berlari ke tengah lapangan dan langsung memegang lengan Danan yang sudah lemas. Ia diguyur hujan bersama Danan yang sekarang sudah tidak sadarkan diri. Seragamnya yang sejak tadi sudah basah, sekarang semakin basah.

Perlahan Aura menidurkan tubuh Danan di tengah lapangan saat ia sudah tidak kuat menahan beban Danan.

Aura berlari mencari bantuan untuk mengangkat Danan. Saat di dekat pos, ia melihat ada satpam yang memang belum pulang, ia langsung menghampiri satpam dan meminta tolong.

Aura berlari dengan sekuat tenaga menghampiri Danan, ia hanya takut Danannya semakin sakit karena berada di bawah guyuran hujan terlalu lama.

Satpam tadi langsung mengangkat tubuh Danan menuju parkiran dan Aura membawakan tas yang tadi dibawa Danan.

"Pak tolong dudukin di kursi samping kemudi aja," ucap Aura sedikit panik saat sudah berada di samping mobil Danan.

Aura merogoh tas Danan dan mengambil kunci mobilnya. Ia segera melajukan mobil Danan setelah berterima kasih kepada satpam sekolah.

Entah apa yang dipikirkan Aura, ia sangat mengkhawatirkan Danan sampai lupa untuk mengabari keluarga Danan. Mobil Danan berhenti saat lampu berubah menjadi warna merah.

"Ra?" Panggil Danan yang berada di samping Aura dengan lemah.

"Kak, Kakak udah sadar?" Aura mengusap pipi Danan yang sangat dingin.

"Kak, ya ampun dingin banget, pasti Kakak bakal demam. Lagian Kakak apa-apaan sih hujan-hujanan segala kaya anak kecil tau nggak." Aura lalu menarik tangannya yang berada di pipi Danan dan membuang muka.

Intelligible (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang