SEMBILAN BELAS

1.3K 38 0
                                    

Aura masih berada di atas tempat tidurnya. Berkali kali ia mencoba bangun tapi rasa sakit di seluruh badannya menjadi halangan, apalagi sakit di kepalanya sungguh membuatnya semakin pusing.

Aura sudah menggunakan selimutnya, bahkan sampai di lehernya, tapi rasanya masih dingin.

Pagi ini Aura benar-benar tidak bisa apa-apa, kepalanya sangat pusing, jika sedikit bangun saja pusingnya bertambah.

Di dapur, Mama Ira sedang menyiapkan sarapan untuk Aura.

'Biasanya jam segini Aura udah bangun, udah turun pula, tapi ini kok belum turun ya?' batin Mama Ira sedikit khawatir dengan putrinya, apalagi semalam Aura pulang dengan keadaan basah kuyup.

Mama Ira lalu naik ke kamar putrinya itu, hanya sekedar mengecek apakah Aura sudah bangun, tapi saat memasuki kamar Aura. Ia hanya melihat Aura yang masih terbalut selimut dengan tubuh yang menggigil.

Mama Ira lalu berlari menghampiri Aura dan mengecek suhu badannya. "Sayang, ya ampun kenapa kamu?" tanya Mama Ira mulai panik dengan keadaan Aura.

"Dingin Ma, kepala Aura juga sakit, pusing," ucap Aura lemas, sambil menggigil.

"Ya ampun, yaudah ayo ke rumah sakit, bentar Mama ambil baju kamu." Mama Ira lalu membuka lemari Aura dan kembali dengan baju dan jaket.

"Ini ya pake, sama jaketnya." Aura menatap mamanya yang menyodorkan pakaian kepadanya dan entah kebetulan atau tidak jaket yang diambil adalah jaket pemberian Danan. Mengingatnya pun membuat Aura kembali sedih. Ia kembali bergulat dengan pikirannya.

"Hey, sayang ini pake, kok malah melamun." Suara Mama Ira sukses mengejutkan Aura.

"Eh, i-iya Ma," jawabnya lemas, terlihat jelas bibirnya sangat pucat, matanya seperti mata panda.

Aura lalu bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi dibantu oleh mamanya. Mama Ira menunggunya di depan pintu kamar mandi.

"Udah? yaudah ayo, mana jaketnya tadi? Nah ini ayo pake," ucap Mama Ira terlihat terburu-buru.

"Ma Hp Aura jangan lupa dibawa." Mama Ira lalu menuju nakas Aura mengambil ponsel Aura.

"Nih." Mama Ira menyodorkan ponsel Aura dan memapah Aura keluar rumah sampai mobil.

Aura langsung menghidupkan ponsel dan data seluler. "Sayang jangan mainan Hp dulu nanti tambah pusing, sini simpen di tas Mama aja." Aura menurut dan memasukkan ponselnya ke tas mamanya lalu menyenderkan kepalanya sembari menutup mata agar rasa sakitnya sedikit hilang.

Tidak butuh waktu lama, mobil Mama Ira sudah berada di area rumah sakit. Ia langsung turun dan memanggil suster untuk membantu membawa Aura ke dalam.

Selama Aura di periksa, Mama Ira tidak bisa tenang, ia mondar-mandir berharap Aura baik-baik saja.

Ponsel Aura bergetar berkali-kali, tapi ia tidak menghiraukannya karena terlalu khawatir dengan Aura. Merasa terganggu akhirnya Mama Ira menjawab telfon dari seseorang yang ternyata adalah Danan.

Danan
Aura

"Hallo."

"Aura, kok baru dijawab? Kok diem? kamu marah sama Kakak?"

Intelligible (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang