SATU

5.8K 151 7
                                    

Hanin Aura Iranti, cewek cantik kelahiran Jakarta yang hanya tinggal berdua dengan mamanya, Ayahnya sudah meninggal sejak satu tahun yang lalu. Mamanya, Ira Fitriyani, mengajar di salah satu SMA di Jakarta.

Aura bangun dari tidurnya saat suara teriakan mamanya itu sedikit mengagetkannya.

Mungkin sudah menjadi kebiasaan mamanya berteriak dari lantai bawah, karena memang Aura hanya tinggal berdua dengan mamanya. Aura sebenarnya sudah meminta pembantu kepada mamanya, tapi mamanya itu adalah tipe orang yang tidak mudah percaya dengan orang baru.

Suara sapaan menggema ke seluruh ruang kelasnya saat Aura memasuki kelas. Aura berjalan ke arah tempat duduknya.

"Pagi cantik." Aura menoleh ke luar jendela saat suara familiar yang terdengar dari luar jendela memasuki indra pendengarannya.

"Iya, pagi sayang." Tebak saja itu siapa, ya, pacar Aura, Kevin Wirma Kusuma. Cowok tinggi, kapten basket dan tidak setampan most wanted di novel-novel.

Aura tersentak saat suara gebrakan meja mengagetkannya. "Di sekolah sayang sayangan, nggak malu sama gue?" ucap seorang cewek dengan logat Vietnam yang ketara sekali.

Namanya Indri Felani, sahabat terbaik Aura. Cewek kelahiran Vietnam yang bisa di bilang cantik, tinggi dan pinternya kebangetan.

"Ngapain gue malu sama lo, lo iri karena nggak punya pacar?" Kevin menaik turunkan alisnya disertai senyuman jailnya. Entahlah, Kevin senang sekali membuat Indri kesal.

"Iri sama kalian? Không sẵn lòng." Aura dan Kevin hanya melongo. Keluar sudah bahasa andalan Indri. Indri tersenyum penuh kemenangan melihat wajah kebingungan Kevin dan Aura.

Untung ia punya andalan agar Kevin itu kalah telak jika berdebat dengannya. Indri memang sering di jahili Kevin, dan akhirnya ia pasti akan mengeluarkan bahasa yang menurut orang Indonesia sangat aneh. Bukan aneh sih, kita saja yang memang tidak mengerti artinya.

"Kayaknya gue harus kursus bahasa Vietman deh. Kan nggak lucu kalo tiap lo pake bahasa itu gue cuma bisa melongo kayak orang bego." Indri melebarkan senyumannya mendengar penuturan Aura.

.....

Bel pulang sekolah berbunyi, Aura dijemput mamanya dengan mobil merahnya. Sesampainya di rumah, Aura sedikit terkejut dengan berita yang dibawa mamanya. Ia tidak menyangka hari itu adalah hari terakhirnya di sekolah itu, hari terakhirnya dengan teman-temannya dan hari terakhirnya bersama Indri. Entah ia akan bertemu kapan dengan Indri setelah ini. Mamanya di tugaskan mengajar salah satu SMA di Jogja.

Paginya Aura mondar-mandir di dalam kamarnya dengan ponsel dalam genggamannya.

"Apa gue telfon Kevin dulu? Dia pasti kaget gue hari ini harus pindah ke Jogja." Aura bermonolog di dalam kamarnya.

Kevin
Aura

"Halo, kenapa telfon pagi-pagi gini? Kangen ya?"

"Pengen ketemu sama kamu sebelum aku pergi."

"Kamu mau pergi kemana?"

"Mama di tugasin ngajar SMA di Jogja, mau nggak mau aku harus ikut mama, kamu tau sendiri kan disini aku nggak punya saudara. Siang ini aku berangkat."

"Kok mendadak gitu?"

"Sebenernya mama udah bilang dari kemarin waktu aku pulang sekolah, tapi aku baru sempet bilang sekarang."

"Terus kamu mau ninggalin aku gitu?" tanya Kevin menaikkan volume suaranya.

'Iya nggak usah ngegas anjir, bukan tanjakan,' batin Aura mulai sebal dengan sikap Kevin.

Intelligible (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang