*gambar dokter Suresh
3rd person POV
Beam menatap layar monitor dan mendengarkan suara degup jantung bayinya dengan takjub. Bayinya sudah berusia sepuluh minggu sekarang. Beam mulai bisa melihat bentuk bayinya, kepalanya, matanya, dan tangan kecilnya.
"dia dalam keadaan baik. Perkembangannya normal. Kita sudah bisa melakukan tes untuk kelainan kromosom" ujar kit sambil memandang beam lembut. Beam masih tidak bisa melepaskan matanya dari layar monitor. Bayinya, bayi forth juga, terlihat menakjubkan. Beam mendesah. Setiap melihat bayinya dia akan teringat peristiwa malam itu, saat pertama kali dia dan forth bertemu dan peristiwa di hotel ketika dia menangis di depan forth.
Tiba-tiba beam mengacak rambutnya dan mengeram kesal. Bagaimana bisa dia menangis di depan Forth. Forth pasti mengira dirinya sudah gila. Kit memandang sahabatnya sambil menggeleng.
"Ada apa? Katakanlah" ujar kit sambil membereskan peralatannya. Dia lalu menyerahkan print hasil ultrasound pada beam dan kembali duduk ke kursinya. Beam turun dari tempat tidur dan duduk di depan kit.
"Tidak ada. Aku hanya mengingat kejadian aneh yang kulakukan demi dia" ujar beam sambil memandang perutnya. Dia masih tidak ingin membicarakan soal forth pada kit dan phana. Lagi pula dia sudah bertekad tidak akan menemui forth lagi.
"Seperti apa?" tanya kit penasaran. Dia menyukai mendengar cerita para pasiennya. Tentang kebiasaan aneh mereka. Menakjubkan bagaimana seorang ibu berubah secara fisik dan emosional karena bayinya.
"Aku mengendarai mobilku 15 menit pada jam 2 pagi hanya untuk mencari supermarket yang buka 24 jam karena bayi ini ingin makan ice cream" ujar beam sebal.
Kit tertawa. Dia menatap senang ke arah beam. Beam sudah terlihat lebih baik dibandingkan saat bulan pertama kehamilannya. Kini dia terlihat lebih cerah dan lebih tenang. Kit bisa melihat rona bahagia di pipinya. Para dokter dan perawat wanita banyak membicarakan beam dibelakangnya. Mereka bertanya-tanya kenapa beam tidak pernah terlihat bersama siapapun selama beberapa bulan ini. Bukan rahasia lagi kalau beam suka tidur dengan siapapun yang dianggapnya menarik. Kit yakin beam sudah tidur dengan setengah dari dokter dan perawat wanita di rumah sakit ini. Dia dan Phana sudah menyerah menasehatinya. Sejujurnya Kit bersyukur beam hamil, dengan begitu dia akan berpikir dua kali setiap dia ingin melakukan tindakan ceroboh.
"Jangan terlalu banyak makan makanan manis. Kamu bisa mulai menyimpan stock makanan beam, jadi kamu tidak perlu keluar tengah malam" saran kit. Beam mengangguk.
"Tentang tes itu... " beam menatap sahabatnya khawatir. Kit terdiam.
"Bukankah kamu harus mendapat persetujuan dokter suresh. Apa yang akan kamu lakukan. Dia pasti akan bertanya jika kamu melakukan tes tanpa ada hasil catatan medis pasien"
Mereka belum memberitahu dokter Suresh tentang keberhasilan penelitian mereka. Tidak seperti Kit dan Phana, Beam yakin dokter Suresh tidak akan tinggal diam jika dia tahu. Dan Beam tidak ingin jadi objek penelitian yang harus diawasi 24 jam. Dia sudah cukup stress dengan keadaannya dan dia tidak ingin menambah tekanan bagi dirinya dan bayinya.
"Jangan khawatir. Kita memiliki Phana" ujar kit sambil mengedipkan matanya. Beam tersenyum tipis dan mengangguk. Dia menatap jam ditangannya dan mendesah.
"Aku harus pergi" ujar Beam sambil berdiri. Kit mengangguk "jika terjadi sesuatu telpon aku. Walau tengah malam sekalipun"
Beam mengangguk dan berjalan keluar ruangan kit. Dia kembali berhenti ketika melewati ruang perawatan bayi. Dia menatap senang ke arah jajaran bayi didepannya.
"Mereka menakjubkan bukan?" suara seseorang di telinganya membuat beam terkejut. Dia membalik badannya dan terdiam ketika melihat dokter Suresh berdiri di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted
FanfictionSatu kesalahan berkembang menjadi kesalahan-kesalahan lainnya. Bisakah Beam dan Forth memperbaikinya satu persatu? karakter milik chiffon cake foto milik fanclub cerita murni fiksi dan mengandung unsur dewasa. Jadi saya berharap anak dibawah 21 tah...