Beam POV
Selama 8 jam aku harus mengeluarkan sebuah tumor jinak dari kepala seorang wanita. Operasinya berjalan lebih lancar dibandingkan hidupku. Seperti di setiap ruangan lainnya, Para perawat berkumpul menikmati acara gosip di televisi untuk membunuh waktu mereka ketika aku keluar dari ruang bedah. Tapi kali ini, mereka tidak terlihat senang. Mereka menutup mulut mereka dan bergumam tidak percaya.
"Rumah Sakit Khongtanin Internasional akan diinvestigasi atas penelitian ilegal yang dilakukan oleh salah seorang dokter mereka"
Aku secara otomatis memegang perutku ketika melihat berita itu. Jantungku seakan terlepas dari tempatnya dan tanah dibawahku terasa lunak. Tapi aku mencoba untuk tidak terlihat panik. Aku menghidupkan handphoneku dan seketika itu handphoneku bergetar. Ayah Phana menelpon. Aku menelan ludahku. Aku memberi masalah besar pada orang yang sudah seperti Ayah bagiku.
"Datang ke ruanganku segera" ujarnya dengan nada marah. Dia tidak pernah marah padaku.
"krab" jawabku sebelum telpon dimatikan.
Aku mendesah dan mengetikkan sesuatu
"Aku akan menginap di tempat phana malam ini. Kamu tidak harus datang" kirimku pada Forth. Lalu aku mematikan handphoneku dan melangkah ke tempat Ayah phana.
Aku melihat Kit, Phana, dan Dokter Ploy (yang merupakan ahli patologi di rumah sakit ini) sudah duduk di ruangan, beserta Ayah Phana dan pengacara Rumah Sakit Khongtanin Internasional. Aku duduk di sebelah kit. Hening. Tidak ada yang berbicara sepatah kata pun sampai Ayah Phana melemparkan sebuah tumpukkan dokumen.
Aku mengambil dan membaca dokumennya. Selective Gender Research. Itu adalah nama yang Dokter Suresh berikan soal penelitian resminya sebelum penelitian tersebut melenceng jauh dari tujuan utama. Dokumen tersebut memperlihatkan hasil percobaan demi percobaan kami. Dokumen tersebut merupakan upaya setahun kami mencoba pembuahan secara aseksual. Tapi tidak berhasil. Anehnya hanya ada namaku, Kit dan Dokter Ploy di dalam dokumen itu. Tidak ada nama Dokter Suresh. Aku ingat bahwa aku menuliskan nama Dokter Suresh dalam formulir persetujuanku dan kini nama itu hilang. Dokumen ini jelas di fabrikasi.
"Katakan bahwa semua itu tidak benar" pinta Ayah Phana. Dia terdengar frustasi.
"Penelitian itu tidak berhasil. Kita bisa mengatakan bahwa itu tidak pernah terjadi" Dokter Ploy mencoba memberi solusi. Ayah Phana melemparkan tatapan mematikan padanya.
Aku menelan ludahku dan menatap kit dan Phana. Phana mendesah.
"Kita tidak bisa berpura-pura penelitian itu tidak terjadi" jawab Phana.
Aku terdiam dan menunduk.
Aku bisa merasakan Ayah Phana, Dokter Ploy dan Pengacara Rumah Sakit ini, Tuan Nataphon, melirik Phana penasaran.
"Apa maksudmu?" Dokter Ploy menatap aku, kit dan phana bergantian.
Aku, Kit dan Phana sudah membicarakan persoalan ini ketika Dokter Suresh menghilang. Phana dan Kit memintaku untuk jujur dan tidak mengorbankan diriku sendiri. Aku mempertimbangkan banyak hal. Sejujurnya aku sudah bosan melarikan diri.
"Penelitiannya berhasil" ujar Kit. Dia mengeluarkan hasil print ultrasoundku termasuk scan terakhirku. Sekarang semua orang bisa dengan jelas melihat bentuknya kini. Bayi 16 mingguku.
"NO FAKKIN WAY!!!" Dokter Ploy mengambil hasil ultrasoundku dan menatapku tidak percaya. Ayah Phana dan Pengacaranya sama terkejutnya dengan Dokter Ploy.
"Apa ini mungkin?" tanya tuan Nataphon.
"So jadi persetujuan ke Amerika itu untuk ini!!?" Ayah Phana menatap Phana tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted
FanficSatu kesalahan berkembang menjadi kesalahan-kesalahan lainnya. Bisakah Beam dan Forth memperbaikinya satu persatu? karakter milik chiffon cake foto milik fanclub cerita murni fiksi dan mengandung unsur dewasa. Jadi saya berharap anak dibawah 21 tah...