*Cerita ini dibuat dengan pengetahuan medis terbatas. Jika terdapat kesalahan mohon kritik dan sarannya*
"Aku bertemu dokter Suresh kemarin malam. Dia mengetahui soal kehamilanku dan dia .......memintaku untuk tinggal bersamanya" Ujarku pelan.
Kit dan Phana menatapku terkejut.
"Lalu apa yang kamu katakan?" ujar Kit sambil menatapku tajam.
"Kamu tidak menerimanya bukan?!" Phana berjalan ke sampingku dan menatapku tajam
Aku ingin menjawab keduanya tapi asisten perawatku tiba-tiba masuk
"Dokter Suresh meminta anda untuk datang ke ruang bedah lantai 5 sekarang. Ada pasien darurat" ujarnya.
Aku berlari ke lantai lima tanpa menunggu reaksi Kit dan Phana. Ketika aku sampai, seluruh tim bedah sudah ada disana. Dokter Suresh tersenyum ke arahku ketika aku masuk.
"Hi Nong Beam" ujarnya ramah. Seorang suster memakaikan gaun bedah sekali pakai padaku.
"Umurnya 10 tahun. Kecelakaan mobil. Ibunya tidak berhasil selamat tapi mari coba menyelamatkan dia" Ujar Dokter Suresh sambil memperlihatkan hasil scan otak anak tersebut. Aku melihat nama pasien, May, dan hasil scan otaknya. Anak yang malang. Dia terluka hampir di semua bagian otaknya. Bahkan jika aku bisa menyelamatkannya, dia mungkin akan kehilangan fungsi utama tubuhnya seperti kaki dan tangannya.
May berjuang cukup lama. 10 jam. Tapi pada akhirnya aku tidak dapat menyelamatkannya. Aku bergegas membersihkan diriku dan duduk di kursi ruang bedah.
Aku mencoba mengatasi tanganku yang gemetar. Orang bilang Neurosurgery (Ilmu bedah saraf) adalah pekerjaan berat karena kami harus berhadapan dengan ribuan sistem saraf yang rumit dan sulit untuk di taklukkan. Kesalahan sedikit bisa menyebabkan seseorang kehilangan masa depannya atau malah berakhir tragis.
Di Thailand, tidak banyak yang mengambil spesialis Neurosurgery. Tidak ada yang mau mengambil spesialis menyebalkan ini. Selain membutuhkan usaha keras untuk belajar, Penelitian di bidang sistem saraf sangat jarang dan sulit dilakukan. Orang lebih banyak memilih bedah umum sebagai pelarian. Karena hanya ada dua pilihan bagi pasien yang dirujuk ke Neurosurgery: Hidup atau Mati.
Dan aku adalah dokter dengan tingkat kematian pasien terendah saat ini. Tapi aku tidak merasa bangga pada angka itu. Karena itu berarti masih ada pasien yang meninggal ditanganku.
"Apa kamu baik-baik saja Nong Beam?"
Sebuah tangan menyodorkan kopi hangat padaku. Tanpa melihat pun aku tahu siapa pria yang berdiri di sebelahku. Aku melirik ke arah kopi tersebut sekilas.
"Sepertinya kamu memang tidak mempercayaiku" ujarnya kecewa sambil menarik kopinya. Aku mendesah dan mengambil kopi di tangannya lalu meminumnya.
Dokter Suresh tersenyum senang dan duduk di sebelahku.
"Apa kamu baik-baik saja?" dia menepuk kepalaku.
Aku menutup mataku dan menggeleng
May bukan kasus kecelakaan pertama bagiku. Sebagian dari mereka berhasil bertahan, sebagian lagi tidak. Tidak peduli berapa banyak kematian pasien yang kulalui atau berapa banyak sabun yang kuhabiskan untuk mencuci habis darah di tubuhku, rasa sakitnya tetap akan sama dan aku tidak bisa melupakan gambarannya di pikiranku.
"Well tidak ada yang bisa Nong lakukan. Ketika dia datang, persentase kesadarannya sangat rendah. Nong sudah melakukan yang terbaik. Di mata Phi kamu tetap dokter dengan statistik keberhasilan yang tertinggi dan walau dia pasien anak pertama yang meninggal di rumah sakit ini tapi itu tidak akan mengurangi kredibilitas kita"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted
FanfictionSatu kesalahan berkembang menjadi kesalahan-kesalahan lainnya. Bisakah Beam dan Forth memperbaikinya satu persatu? karakter milik chiffon cake foto milik fanclub cerita murni fiksi dan mengandung unsur dewasa. Jadi saya berharap anak dibawah 21 tah...