Aku membuat beberapa versi bab ini, made 2 angst version. Tapi aku memutuskan untuk upload yang ini. The light and happy one. TaeTee make me happy lately
Beam POV
Aku terbangun dan terkejut ketika aku membuka mataku dan menatap dada seseorang di depanku. Selain itu, tanganku melingkar di pinggang orang tersebut. Dalam panik, Aku melepaskan diri dari pria tersebut hingga membuat kepalaku membentur dagunya
"Shit..." Aku meringis
"Aw...." Pria didepanku mengelus dagunya yang kesakitan tapi dia menatapku tajam ketika dia mendengar sumpah serapahku.
"Tidak bisakah kamu berkata hal yang baik didepan anak kita?!" protesnya. Perkataannya membuat wajahku memanas. Aku masih tidak terbiasa mendengar kata "anak kita" yang keluar dari mulutnya dengan gampang.
"Ma-maaf" ujarku sambil mengusap kepalaku dan menunduk. Dia duduk di tempat tidur dan mengulurkan tangannya ke atas kepalaku.
"Sakit?" tanyanya sambil mengusap kepalaku. Aku mengalihkan pandanganku dan menatap wajahnya. Matanya memandangku khawatir. Aku bisa merasakan jantungku berdetak semakin kencang hingga membuatku kesulitan bernafas jadi aku menepis tangannya dan turun dari tempat tidur lalu melarikan diri ke kamar mandi.
Aku menatap wajahku yang memerah di depan cermin dan memegang dada kiriku yang masih berdebar hebat.
Aku harusnya tidak membiarkan dia tidur di apartemenku
Tapi tadi malam adalah saat pertama aku tidur dengan nyenyak dalam tiga bulan ini.
Gezzz....sekarang melepaskannya akan sangat sulit. Hanya dengan berada disisinya hidupku terasa lebih baik. Kehadirannya seakan bisa mengangkat seluruh bebanku.
"No. Beam. Kita bisa mengatasi hidup tanpanya. Sudah cukup kamu merepotkan Kit dan Phana. Jangan menjadi beban bagi orang lain lagi" ujarku sambil memandang ke depan cermin. Aku memutuskan untuk mandi dan membuang jauh pikiran tentang Forth.
Aku pikir Forth sudah menghilang ketika aku keluar kamar mandi tapi ketika aku berjalan keluar kamar, dia dengan santai duduk di meja makan sambil memegang cangkir kopi di tangan kanannya. Dia tersenyum lebar melihatku.
"Morning~" ujarnya senang. Aku mencoba untuk tidak terpesona oleh wajah bangun tidurnya yang seksi.
"Apa kamu tidak punya kerjaan lain?" tanyaku kesal sambil menarik kursi dan duduk. Aku menatap ke mejaku, dia membuat spageti, susu hangat dan meletakkan anggur di meja. Aku mengambil susu dan meminumnya.
"Aku berencana untuk berhenti dari pekerjaanku" ujarnya santai. Perkataanya membuatku hampir menjatuhkan gelasku. Aku mendesah kesal dan meletakkan gelasku di meja lalu memandangnya tajam.
"Mari kita bicara!" ujarku sambil menyilangkan tanganku di depan dada. Dia tersenyum lebar.
"Benar. Ayo bicara, bicara soal masa depan kita. Seperti pasangan suami istri lainnya" ujarnya antusias.
Perkataannya membuatku ingin tersenyum lebar. Tapi aku mencoba menahan diri "Hanya karena aku mengandung anakmu bukan berarti aku berubah menjadi seperti wanita" ujarku.
Dia menatapku bingung
"Aku bukan istrimu" jelasku.
"Ah benar juga. Jadi harusnya pembicaraan diantara para suami atau para ayah" ujarnya lagi. Kali ini aku hanya menggeleng dan menutup wajahku dengan sebelah tanganku. Pria ini, bagaimana bicara dengannya tanpa membuatku emosi?
"Tapi sebelum itu, lebih baik kita makan dulu. Bukankah kamu harus tiba di rumah sakit pukul 8?" tanyanya. Aku terdiam dan menatap jam tanganku. Pukul 7 lewat 15 menit. Dia benar. Aku memutuskan untuk makan dan mendiamkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted
FanfictionSatu kesalahan berkembang menjadi kesalahan-kesalahan lainnya. Bisakah Beam dan Forth memperbaikinya satu persatu? karakter milik chiffon cake foto milik fanclub cerita murni fiksi dan mengandung unsur dewasa. Jadi saya berharap anak dibawah 21 tah...