Kesalahan Kesembilan

6.3K 488 25
                                    

Beam terkejut ketika dia membuka mata dan melihat Forth duduk disebelahnya. Dia bangun dengan tiba-tiba tapi Forth menahannya dan menyuruhnya untuk berbaring.

"Apa aku sedang bermimpi?" tanya Beam pelan. Forth tersenyum dan meraih tangan Beam.

"Kamu bisa mencubitku jika mau" Forth meletakkan tangan beam di pipinya dan menawarkan pipinya. Beam menarik tangannya dan menutupi seluruh tubuhnya hingga ke hidungnya dengan bed cover. Kehangatan jemari forth sudah cukup membuatnya menyadari bahwa ini bukan mimpi.

"A-apa yang kamu lakukan disini?" tanya Beam panik.

Forth tertawa melihat reaksi Beam. Dia menjulurkan tangannya dan menyisir rambut beam.

"Melihat keadaanmu...." ujarnya "dan anak kita" tambahnya. Perkataan terakhir Forth membuat Beam semakin panik. Dia membuka bed covernya dan duduk.

"Pha memberitahumu?!" tanyanya terkejut. Forth mencoba membuat beam kembali berbaring "Hei...tenanglah. kata Phana kamu tidak boleh turun dari tempat tidur" ujar Forth khawatir. Beam menatap Forth beberapa saat sebelum dia memutuskan kembali berbaring dan menutupi sebagian wajahnya kembali. Forth hanya bisa tertawa melihat tingkahnya.

"Maaf" ujar Beam pelan.

Forth menatap bingung

"Jika ada yang harus disalahkan maka orang itu adalah aku. Aku yang merayumu duluan dan aku yang tidak berhati-hati. Walaupun kamu pria, seharusnya kita tidak tidur tanpa pengaman"

Beam semakin meringsek kedalam bed cover mendengar pengakuan Forth. Dia merasa malu. Forth tersenyum melihat beam.

"Kamu pasti merasa jijik" ujar Beam. Forth menatap beam terkejut.

"Kenapa?" tanya Forth bingung.

"Karena aku tidak normal" ujar beam pelan.

Forth tersenyum. Dia menunduk dan menarik selimut beam. Beam terkejut dan panik tapi kemudian dia terdiam ketika merasakan bibir forth di bibirnya. Hanya sebentar tapi cukup membuat jantung beam berdebar hebat. Forth melepaskan ciumannya dan meletakkan kedua tangannya di sebelah tubuh beam. Ia menatap beam lembut.

"Kamu tidak aneh Beam. Aku menyukaimu sejak kamu mengenakan jasku. Saat itu dan sampai sekarang, aku masih menganggapmu manis"

Perkataan Forth membuat seluruh tubuh beam memanas. Beam ingin membenamkan wajahnya ke bed cover tapi Forth menahan bed covernya jadi beam hanya bisa memalingkan wajahnya. Forth pasti sedang memandang wajahnya yang seperti tomat.

"Aku seorang pria, bagaimana bisa aku terlihat manis" ujarnya. Forth tertawa dan melepaskan tangannya dari tempat tidur. Beam bernafas lega dan buru-buru menarik bed cover ke wajahnya.

"Baiklah...tampan kalau begitu" koreksi Forth.

"Kamu akan berubah pikiran saat aku terlihat gemuk nanti" ujar Beam. Tapi kemudian dia terdiam. Forth mungkin tidak akan ada disisinya saat bayinya mulai tumbuh besar di perutnya.

"Ada apa?" tanya Forth

Beam menggeleng. Dia ingin mengatakan sesuatu tetapi Phana tiba-tiba membuka pintu kamarnya lebar.

"Waktumu sudah habis" teriak Phana. Forth mengeram kesal. Dia melirik jamnya. Phana benar-benar hanya memberikannya waktu 30 menit.

"Cepatlah. Aku harus bekerja" ujar Phana tidak sabar.

"Kenapa kamu tidak pergi saja. Aku akan pergi nanti" ujar Forth kesal.

Phana masuk ke kamar Beam dan menyilangkan tangannya di dada sambil menatap Forth tajam "Karena aku tidak mempercayaimu. Aku tidak tahu apa yang akan kamu lakukan padanya. Kamu bisa saja membahayakan beam dan bayinya"

The UnwantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang