D I L A R A
"KALIAN ngapain?"
Dilara terlonjak kaget menyadari keadaannya dan Arjuna saat ini. Buru-buru ia mendorong Arjuna membuat lelaki itu terjungkal.
"Kasar amat sih jadi cewek," ucap Arjuna mendramatisir. "Padahal tadi hampir nganu," sambungnya pelan.
Dilara mendecih. "Najis, punya otak gak pernah dicuci." Gadis itu duduk di bangkunya mengabaikan tatapan bertanya dari Alfa.
"Nah makanya itu cuciin biar bersih, rapih, lembut, sensasional~!" ucap Arjuna seperti bintang iklan. Cowok duduk di sebelah Dilara tepatnya di bangku Alfa.
"Mesti gak jelas," cibir Dilara.
"Yang penting ganteng," Arjuna menyisir rambut dengan jari-jarinya sembari mengedipkan mata ketika Dilara menatapnya. Sementara ada seorang manusia yang sedikit risih melihat kedekatan keduanya. Siapa lagi kalau seorang Alfa.
Cowok itu menghampiri Dilara dan Arjuna dengan wajah tanpa ekspresi. "Minggir," ucapnya dengan ekspresi teramat datar.
"Ngusir?" Arjuna bertanya tak kalah datar. "Ini bangku gue," jawab Alfa lebih datar. "Emangnya lo yang beli? Enggak kan? Jadi lo gak berhak ngusir gue."
Skakmat, ucapan Arjuna berhasil membuat Alfa kicep. Bukan mengaku kalah melainkan cowok itu malas berdebat saat ini. Alhasil, Alfa memilih untuk duduk di bangku belakang Dilara.
Beberapa saat kemudian bel berdering. Siswa-siswi P2 IPA A berbondong-bondong memasuki kelas. "Bel udah bunyi, gak denger?" sindir Alfa.
"Emang ngapain kalo bel? Ini kelas gue kok."
"Jun, mending lo balik aja. Pusing gue denger kalian ribut mulu," ucap Dilara geram.
"Tapi Dilara sayang, ini kelas gue. Gimana sih, masa gue disuruh pergi dari kelas gue sendiri. Nggak lucu kan?"
"Jangan ngayal deh, mending lo pergi sana! Ini bukan kelas lo, jangan ngaku-ngaku!" ucap Alfa pedas.
Bu Ratna memasuki kelas. Ekspresinya terkejut melihat kehadiran Arjuna. "Firgareand Arjuna?" panggilnya.
"Iya Bu?"
"Nakal ya kamu, saya cari-cari di P2 IPS C ternyata udah di sini. Saya jadi merasa bersalah sama kembaran kamu. Untung tadi saya nggak marah-marah." cerocos Bu Ratna.
"Iya Bu, maaf hehe," balas Arjuna sembari menggaruk tengkuknya tidak gatal.
"Ya udah, kamu sebangku sama Dilara. Sedangkan Alfa pindah sama Afgar. Seperti posisi kalian sekarang."
Arjuna tersenyum senang sementara Alfa semakin kesal. Lelaki itu mengambil tas dari belakang Arjuna dengan kasar lalu meletakkan di bangku barunya.
"Tuh kan gue bilang," ucap Arjuna sambil mengedipkan sebelah matanya pada Dilara.
"Najis,"
💌💌💌
"Raya,"
Dilara tersentak mendengar Arjuna memanggilnya dengan nama "Raya". Ia melayangkan tatapan bertanya pada Arjuna.
"Bosen ah di kelas, bolos yuk?"
Dilara mendelik. "Kalo dosa jangan ngajak orang. Mau dosa jariyah?"
"Mana ada dosa jariyah, adanya itu amal jariyah. Nggak pernah ngaji sih lo," elak Arjuna.
"Serah,"
"Jangan serah-serah, nanti sakit loh."
"Gak ada hubungannya,"
"Ada,"
"Enggak,"
"Ada,"
"Enggak,"
"Ada Sayang,"
"ENGGAK!"
"DILARA, ARJUNA JANGAN BERISIK!"
💌💌💌
Aldrich menghampiri adiknya yang tengah menikmati es krim rasa taro di tengah kantin sekolah. Tunggu, Dilara terlihat bete dengan kehadiran cowok yang Aldrich tau bernama Arjuna di sebelahnya.
"Cie berduaan nih ye," ledek Aldrich lalu duduk di depan Dilara.
"Cie yang mesra-mesraan di kelas, nanti Ara laporin mama ah," balas Dilara sinis.
"Ee-eh laporin apa Dek? Perasaan kakak nggak bolos pelajaran lagi deh,"
"Emang enggak, liat sendiri nih,"
Aldrich terbelalak melihat fotonya bersama Belva di handphone Dilara. Bagaimana bisa gadis itu mendapatkan fotonya?!
"Ara dapat foto itu dari mana?"
Dilara tersenyum bangga. "Ara kan stalker,"
"Yain, eh ngomong dong bro diem-diem bae. Tadi aja gue liat lo nyerocos mulu sebelum gue datang. Ngapa sekarang kicep?" Aldrich melirik Arjuna yang terdiam di sebelah Dilara.
"Gapapa Bang, adek lo yang nyuruh gue diem waktu lo ke sini. Katanya dia bosen dengerin suara cempreng gue. Padahal suara lo juga cempreng sih," jelas Arjuna dengan memelankan nada di kalimat terakhir. Namun jangan dikira Aldrich tidak mendengarnya ya! Cowok itu justru mendengarnya dengan amat jelas bahkan sepertinya dia bisa mendengar pembicaraan semut-semut!
"Gue mah cempreng sadar diri. Tapi yang penting cempreng-cempreng gini banyak yang naksir ya kan Dek?" Aldrich melirik adiknya lalu menaikturunkan kedua alisnya membuat Dilara berekspresi seakan ingin muntah. Kepedean banget!
"Dia nggak tau cogan yang sebenarnya itu kek gimana Bang. Dia yang liat gue tiap hari diteriakin cewek-cewek aja gak mau ngakuin kalau gue cogan. Padahal nyatanya dia juga suka tuh sama gue," cibir Arjuna.
"Kapan gue bilang gitu?!" tanya Dilara tak santai.
"Lo emang nggak pernah bilang. Tapi tindakan lo itu yang buat gue ngerti kalau lo nyaman dan suka sama gue." jawab Arjuna sembari meneguk habis thai tea rasa taro miliknya.
"Emang apa yang gue lakuin ke lo?"
"Emang adek gue ngapain?"
Dilara dan Aldrich bertanya bersamaan membuat Arjuna tersenyum lebar selebar mulut kuda nil. Gak juga deng. "Jadi Bang, kemarin adik lo yang imut-imut tapi boong itu gak mau lepas dari pelukan gue. Sampe-sampe ekspresinya pueengen banget gue cium, malah kepergok sama temennya."
"Serius, Ara?"
"Nggak Kak, dia boong! Malahan dia tuh yang modus. Masa iya dia pindah dari kelas IPS 2 ke kelas Ara cuma biar sekelas plus sebangku sama Ara, namanya apa kalau enggak modus?" ucap Dilara semakin sinis.
"Yeu gue gak pernah modus ya. Kalaupun memang gue modus, harusnya lo seneng dong dimodusin cowok yang dimodusin banyak cewek. Itu artinya lo itu istimewa,"
"Maksud lo?"
"Lo istimewa,"
TBC
07/03/20
KAMU SEDANG MEMBACA
DILARA ( SUDAH TERBIT )
Fantasy[ sudah diterbitkan oleh Penerbit CMG Bekasi] . Untuk sang pangeran yang tak mungkin membaca ini. Dariku, kelinci hitam yang t'lah lama mengagumimu. Berpadu dengan ilusi, kau hadir mengisi kalbu. Semalam. Membuatku bahagia walau sekadar bunga tidur...