01.28 | Berbagai Tanya

212 24 3
                                    

D I L A R A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

D I L A R A

SELEPAS kalimat yang dilontarkan oleh Arjuna di kantin, Dilara merasa sedikit gugup ketika bertemu cowok itu. Ah kalau gini ceritanya, gimana ia menghadapi Arjuna? Mereka 'kan sebangku!

Sungguh Dilara tidak mengerti alasan Arjuna yang akhir-akhir ini semakin terkesan "membuat baper". Atau mungkin Dilara yang mulai membuka hati?

Misal saja sekarang. Cowok itu tengah bersandar di pundak Dilara tanpa memedulikan reaksi darinya. Tadinya Dilara berniat mencari ketenangan di taman belakang sekolah. Tapi lagi-lagi Arjuna membuntutinya. Alhasil di sinilah mereka. Dilara membaca novel, Arjuna tertidur di bahunya. Aneh-aneh ancene.

Dilara menutup novelnya dengan perlahan. Ini novel kedua yang ia selesai baca selama Arjuna tertidur. Ia melirik cowok berbulu mata lentik di pundaknya. Tentu saja cowok itu masih di alam mimpi.

Memang sih kondisi saat ini cocok untuk tidur. Di siang yang terik ketika tumbuhan menghasilkan Oksigen dalam proses fotosintesis ditambah lagi keduanya tengah berteduh di bawahnya. Kurang enak apalagi coba?

Dilara mendengus. Ia melirik jam tangannya, pukul satu siang. Artinya, sudah dua jam cowok itu tertidur. Dan lima menit lagi bel masuk akan berbunyi.

"Juna," panggil Dilara namun tak ada jawaban dari Arjuna.

"Juna bangun!"

Lagi-lagi tak ada balasan dari Arjuna. Cowok itu terlihat semakin nyenyak saja membuat Dilara semakin geram.

"ARJUNA BURUAN BANGUN BENTAR LAGI MASUK!"

Arjuna mengucek matanya. Memang ia terbangun, tapi bukan karena suara Dilara loh. Cowok itu bahkan tidak mendengar teriakan Dilara sama sekali.

"Ngapain?" tanya Arjuna dengan wajah tanpa dosa justru mendapat pelototan dari Dilara. Karena kesal, gadis itu beranjak meninggalkan Arjuna.

💌💌💌

Arjuna berlari menyusul Dilara yang berjalan dengan cepat di depannya. Ia heran, memangnya Arjuna salah apa? Arjuna kan nggak ngapa-ngapain selain tidur.

"Dilara!" panggil cowok itu sembari mengejar Dilara yang semakin jauh. Bukannya menjawab, gadis itu justru berjalan semakin cepat meski wajahnya menatap Arjuna dengan raut kesal.

"Gak usah gitu juga kali liatnya. Gue tau gue ganteng!" ucap Arjuna dengan berteriak yang membuat Dilara memasang ekspresi ingin muntah andalannya.

Arjuna terkekeh, ia semakin bernafsu untuk menggoda Dilara. "Kalo jalan liat ke depan, nabrak tiang tau rasa!"

Bukannya mendengarkan Arjuna, Dilara malah menjulurkan lidahnya tanpa memalingkan wajah ke depan. Alhasil sesaat kemudian, ia menabrak tiang koridor kelas membuat beberapa orang yang tadinya tidak memperhatikan, beralih memperhatikan karena suara tawa Arjuna.

"Dibilangin gak percayaan, nabrak kan sekarang." ucap Arjuna masih dengan tawa yang membuncah. Gadis itu semakin kesal. Bagaimana tidak, Arjuna lah yang membuatnya semakin malu!

Dilara mempercepat langkahnya meninggalkan Arjuna. Gadis itu memilih untuk menuju kelas daripada diejek cowok itu terus-terusan. Ya meskipun mereka satu bangku sih. Tapi setidaknya ia tidak dipermalukan seperti tadi!

"Cie Dilara sama Babang Juna,"

"Dari mana aja nih kok barengan?"

"Tadi waktu lewat taman belakang, aku liat kalian berduaan loh. Di bawah pohon lagi, mana si Juna nyandar ululu so sweet,"

"Pj nya jangan lupa ya!"

Mood Dilara semakin menurun mendengar ucapan keempat sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan anak The Hijabers Squad. Viva, Vasya, Livia dan Leena! Mereka seolah menyambut kedatangan Dilara dan Arjuna di depan kelas.

"Tau deh, ngeselin banget tuh cowok. Mau pecah kepalaku ngurusi dia. Apalagi kalo berantem sama Alfa. Ramene ngalah-ngalahi pasar!" ucap Dilara sembari duduk di antara keempat sahabatnya.

"Jangan-jangan mereka suka sama kamu. Apalagi si Juna, sikapnya kan beda banget kalau di kamu." ucap Livia.

"Bukan jangan-jangan lagi, emang udah suka! Keliatan banget, masa nih ya si Juna pindah kelas buat sekelas sama Dilara. Terus si Alfa, bukannya dia seangkatan sama Bang Aldrich? Kok bisa gitu tiba-tiba pindah kelas, bahkan turun kelas! Bukannya bentar lagi mereka mau UN ya harusnya?" Viva menanggapi dengan keheranan.

"Iya, aku juga mikir gitu. Maaf ya Dilara, tapi aneh aja gitu masa iya gara-gara mau sekelas sama kamu Alfa rela turun kelas? Kayaknya ada sesuatu yang bikin Alfa rela membuang dua tahunnya di sekolah," Kini Leena yang berkata.

"Aku rasa Juna juga terlibat, buktinya aja dia rela pindah dari kelas IPS ke kelas IPA demi Dilara. Pokoknya mereka berdua kayak terlibat dalam hal yang serupa sama kamu Dilara." Vasya menyahuti.

Perkataan keempat sahabat Dilara membuat gadis itu termenung sejenak. Ia menatap Arjuna yang bercakap dengan Rhena--kembarannya. Lalu manik matanya beralih menatap Alfa yang berjalan meninggalkan kelas. Benarkah mereka menyimpan rahasia besar? Kenapa harus melibatkan dirinya?

"Menurutku, setelah kepergian Darren, Kak Rasya, Kak Nanta sama Kak Devon, semua yang dialami Dilara tambah ribet. Kayak di luar nalar gitu."

"Rasanya sulit buat dipercaya tapi kita nggak bisa nolak kenyataan. Tapi tetep aja, aneh."

Dilara sedikit merasa bingung. Alisnya bertaut menandakan terdapat banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan.

"Siapa Darren, Kak Rasya, Kak Nanta sama Kak Devon yang kalian omongin? Kakak kelas kita ya? Emangnya sebelumnya aku punya urusan sama mereka?"

Tentu, pertanyaan Dilara membuat keempat siswi itu terkejut. Bagaimana bisa Dilara melupakan Darren dan Rasya yang berseteru untuknya? Hingga bel masuk berbunyi membuat kelima siswi itu kembali ke kelas masing-masing.

TBC.

13/03/20

DILARA ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang