01.31 | Kebenaran (01)

144 17 4
                                    

D I L A R A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

D I L A R A

"SEBELUM potong kue, ada sesuatu yang harus kamu ketahui, Dilara." ucap Pak Jefan tiba-tiba membuat Dilara sedikit tersentak. Terlebih setelah ayahnya memberi kode pada Arjuna untuk mendekat.

"Sesuatu apa, Pa?" tanya Dilara polos.

"Kebenaran," Pak Jefan menggantungkan perkataannya. "Kebenaran yang seharusnya kamu ketahui sejak lama," sambungnya.

"Kebenaran mengenai memori yang sengaja dihapus semenjak kembalinya kakakmu, Aldrich." Kali ini bukan hanya Dilara yang terkejut melainkan Aldrich, kakaknya turut merasakan keterkejutan.

"Aku?"

Pak Jefan mengangguk. "Darren, mulai." ucapnya yang direspon anggukan Arjuna. Cowok itu memejamkan mata disertai kedua tangannya yang terkepal. Perlahan angin berhembus diikuti lampu rooftop yang padam. Semua tercengang, tak menyangka jika kekuatan Arjuna sebesar itu.

Telapak tangan Arjuna memancarkan hologram menampilkan tiap-tiap kejadian yang dialami Dilara bersama Darren atau Pangeran Athlas. Bagian pertama mereka dapat melihat awal mula kedatangan Darren di SMA Perkasa.

Cowok itu terlihat amat keren dengan seragam sekolah beserta kaca mata yang bertengger di hidungnya. Dapat disimpulkan jika itu kejadian dimana Darren memperkenalkan diri di depan kelas dimana ketampanannya menyihir tiap siswi di kelas itu kecuali seorang siswi tengah tertidur di bangku dengan wajah yang tertutup novel. Siapa lagi kalau bukan Dilara.

Tidur gadis itu sedikit terusik. Mungkin karena mendengar bunyi kecil ketika Darren meletakkan tasnya. Dia terbangun dengan kondisi yang setengah sadar.

"Kamu siapa?"

"Gue Darren,"

Gadis itu hanya mengangguk lalu kembali memejamkan mata. Hingga Darren kembali mengusik gadis itu dengan ejekannya.

"Dasar kebo,"

Tanpa membuka matanya, gadis itu berkata. "Aku denger ya!"

Darren terkekeh, "Air liur lo aja udah bentuk pulau."

Perkataan cowok itu sontak membuat gadis itu mendelik, "Bodo amat," ucapnya lalu kembali melanjutkan tidurnya. Sementara Darren yang tersenyum sembari melihat wajah polos gadis itu.

Dilara menatap Arjuna penuh arti. Ia masih mencerna apa yang terjadi. Hingga layar hologram kembali memperlihatkan momen selanjutnya.

Darren mengambil buku catatan dari tangan Dilara. Matanya bergerak teratur membaca tiap goresan pena di buku itu. Cowok itu meninggikan bukunya ketika Dilara hendak mengambil bukunya.

DILARA ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang