D I L A R A
SETELAH makan, Arjuna juga Dilara beralih ke kebun sesuai saran Pak Jefan. Dilara tersenyum lebar melihat pohon mangga dan jeruk berbuah lebat. Ia terlihat sumringah. Semenjak pindah ke rumah baru mereka, gadis itu belum pernah mengunjungi kebun ini.
"Seneng banget kayaknya," ucap Arjuna melihat raut sumringah Dilara. Gadis itu tersenyum. "Banget, udah lama aku gak ke sini. Kangen tau," ucapnya membuat Arjuna mencubit pipi istrinya gemas.
"Ih Mas Darren kebiasaan," kesal gadis itu seraya memanyunkan bibirnya. "Abisnya kamu gemesin. Itu bibir kenapa dimajuin, mau cium hm?" tanya Arjuna seraya menaikturunkan alisnya.
"Nggak ih mesum!" Dilara semakin kesal ditambah pipi gadis itu mulai merah padam. Ia beranjak menyusuri pohon mangga yang menjulang. Tidak lupa memetik beberapa yang masak.
"Sayang, kok mas ditinggal," rengek Arjuna lalu menyusul Dilara. "Bodo amat," ucap gadis itu sedikit berteriak. Ia terlihat asyik berselfie menggunakan HP-nya.
Arjuna menyeringai melihat istrinya. Sebuah ide jahil kembali terpikir olehnya. Laki-laki itu mengendap-endap mendekati Dilara. Tanpa aba-aba ia menggendong istrinya ala bridal style lantas berlari menyusuri kebun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILARA ( SUDAH TERBIT )
Fantasy[ sudah diterbitkan oleh Penerbit CMG Bekasi] . Untuk sang pangeran yang tak mungkin membaca ini. Dariku, kelinci hitam yang t'lah lama mengagumimu. Berpadu dengan ilusi, kau hadir mengisi kalbu. Semalam. Membuatku bahagia walau sekadar bunga tidur...