Pukul setengah lima pagi aku merasakan ada yang menepuk - nepuk pipiku, membuat aku terbangun dari mimpi nyenyak ku. Padahal aku lagi mimpi makan mie abang ade yang pedes banget gitu sambil minum es teh manis,surga dunia banget kan?. Setelah aku berusaha membuka kelopak mataku aku bisa melihat austin yang sudah lengkap dengan baju kokonya. Subahanallah, laki gue cakep banget, apalagi liat mukanya yang kayanya abis wudhu itu, adem banget bawaannya.
"Sudah puas melihatku?" A en je aye ko gue berasa kaya maling yang ketahuan yaa.
"Apaan si orang ada nyamuk" kataku langsung mengarahkan tanganku ke pipinya seperti orang yang menampol nyamuk, padahal mah mukanya bersih banget. Dia malah tertawa melihat aksiku itu. Emang salah apa mengagumi suami sendiri?. Aku langsung lari ke kamar mandi sebelum pipiku terlihat merona.
Setelah selesai sarapan, dan membersihkan rumah, aku pergi menuju taman belakang untuk sekedar melihat ikan yang berada dikolam belakang, walaupun kelihatannya gabut, tapi menurutku itu bisa mengurangi kepenatan, kadang aku mikir jadi ikan itu enak, makan dikasih, kawin tinggal kawin dan yang pasti ga mikirin utang.
"Sayang, aku kira kamu kemana"tiba - tiba austin sudah ada di belakang ku. Ia mencium puncak kepalaku, lalu duduk di sebelah ku dan menyandarkan kepalaku ke dadanya. Berasa nyaman banget, dan austin sama sekali ga keliatan sebagai bocah di mataku kalau dia seperti ini."Abis dari mana?" kataku mendongak kearah wajahnya.
"Liat restaurant"
"Hah?" Kagetku? Restaurant siapa? Restaurant padang?
"Kamu kira aku bakal ngajak kamu nikah tanpa penghasilan? Kamu itu berharga, mana mungkin aku ngebiarin kamu sengsara"huaaa ko deg - deg ser gitu yang dengernya. Tapi sekarang aku sudah dapat jawaban dari mana austin mendapat uang, aku lega, ternyata bukan dari jaga lilin.
"Sayang." Aku langsung mendongakan kepalaku lagi, aku bisa melihat dengan jelas rahang tegas suami bocah ku ini.
"Kenapa?"
"Aku boleh meminta sesuatu sama kamu?"
"Apa? Asal kamu ga minta aku buat makan kaca sama beling"dia tertawa mendengar jawabanku. Membuat badanku yang berada di dadanya juga bergetar."Aku ingin kamu berhenti bekerja.. Aku rasa penghasilan ku sudah cukup untuk kita. Setelah lulus nanti juga aku akan menjadi dosen dan membuka usaha lagi" aku sontak kaget dan langsung terbangun dari tempat bersandarku.
"Aku ga bisa" kataku,
"Kenapa? Apa yang kamu mau lagi? Kamu sudah punya suami. Seharusnya kamu tetap dirumah dan aku yang bekerja" apa austin masih berpikiran kuno yang berpikir bahwa wanita harus dirumah? Apa dia juga masih berpikir wanita hanya berada di kasur, dapur dan sumur?. Entah kenapa aku malah tidak terima dengan pendapatnya.
"Ini sudah modern, wanita banyak yang berkarir" jawabku datar tidak memandang kearahnya, dia malah langsung menarik ku wajahku kehadapannya .rasanya tuh takut juga, tapi aku berusaha untuk tidak terlihat takut.
"Untuk apa? Jika aku bisa memenuhi semua fasilitas kamu. Untuk apa kamu mencari uang lagi?" Tanyanya sedikit membentak. Hati ku rasanya makin memanas saja mendengarnya. Dia pikir aku sekolah kedokteran itu gampang? Dia pikir itu cepet? Aku bukan dirinya yang punya otak hebat.
"Ini bukan tentang uang. Ini tentang pengabdianku. Aku ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Maaf aku gabisa" kataku langsung meninggalkannya. Aku takut amarah ku makin membuncah.
Di dalam mobil, aku menangis. Aku kecewa dengan austin yang tidak bisa mengerti. Sejak dulu,impian ku menjadi dokter, tidak mungkin aku meninggalkan nya begitu saja. Kalian pasti pernah dengarkan, orang yang paling baik itu orang yang bermanfaat bagi orang lain. Aku juga ingin seperti itu. Aku ingin dengan kemampuan yang aku punya aku bisa membantu orang lain, apalagi pekerjaan ku yang melihat kehidupan lahir dengan bantuan ku ,membuat aku selalu bersyukur melihatnya... lebih baik aku kerumah sakit untuk mengurangi amarah ku.
---------------------BROWNIS--------------
Setelah melayani pasienku, aku beranjak untuk pulang. Tapi otakku langsung mengingat lagi kejadian tadi pagi,rasanya amarah ku masih saja ada. Kulihat jam tanganku, menunjukkan pukul 5 sore. Aku memutuskan untuk pulang kerumah bunda saja. Austin juga tidak menghubungi ku sejak kejadian tadi pagi. Dan aku juga tidak ada niatan sama sekali untuk menghubunginya. Aku tahu aku egois. entah, mungkin karena terlalu lama sendiri membuat aku seperti ini."Assalamualaikum" kataku memasuki rumah bunda.
"Waalaikumussalam. Masih inget balik? Austin mana?". Jawab bunda. Bunda nih ya aku yang segede gini di depan mata. Malah nanya nya austin.
"Jadi bunda ngusir aku nih?"
" bunda ramal kamu pasti lagi berantem sama austin." Aku terdiam mendengarnya. Awalnya aku mau bohong aja, tapi kayanya jiwa emak - emak nya bunda udah keluar. Dan dia pasti tahu alasan ku disini. Akhirnya aku mengangguk saja mendengarnya.
Setelah tau permasalahan ku dengan austin, bunda menasihatiku, Rasanya setiap perkataan yang bunda lontarkan malah membuat diriku menjadi lebih bersalah dan berdosa. Bagaimana bisa aku membantah suamiku sendiri. Entah aku merasa sangat egois disini.Seharusnya aku memberi pengertian bukan meninggalkannya.Seharusnya aku berpikir. Bagaimana hubungan ini mau maju jika aku saja tidak mau melangkah.
Setelah mendengarkan semua nasihat bunda. Aku langsung terpikir untuk pulang dan meminta maaf dengan austin. Tidak tersadar ternyata sudah pukul sembilan. Aku langsung pulang setelah berpamitan dengan bunda dan ayah. Namun sebelum pulang ,aku mampir membeli sate padang ,,makanan kesukaan austin. Sapa tau luluh gitu. Kan dari perut naik ke hati.
Aku langsung menyalakan semua lampu rumah. Kenapa gelap sekali ya? Emangnya austin kemana? Ke kampus? Masa lama banget.
Aku benar - benar kaget saat setelah lampu menyala. Kenapa nih rumah hancur begini? Apa jangan - jangan ada maling? Aku langsung melirik kearah televisi. Aman ko, tv ada.Setelah melihat - melihat keadaan di Lantai bawah aku langsung menuju ke kamar. Tidak ada bedanya dengan dibawah. Sama - sama gelap. Aku mencari - cari sakelar lampu.
Seketika jantungku rasanya ingin berhenti melihat pemandangan di depanku."Austin bangun, aku minta maaf"
-----------------------------------------------------
Author come back...
Siapa nih yang kangen sama austin sama devie??
KAMU SEDANG MEMBACA
BROWNIS
ChickLitSejomblo - jomblo nya gue. Bukan berarti gue mau sama bocah -devie, 29 tahun Kakak itu cuma milik aku. -Austin,19 tahun Ini tentang devie, yang menunggu jodoh. Dan austin yang menunggu devie. Devie yang tidak suka cowo posesif ditambah lagi...