18. drama

9.7K 543 14
                                    

Sumpah ya kepalaku rasanya berasap melihat Austin dengan si botol Tupperware. Aku tau dia emang lebih cakep dari pada aku, lebih muda, lebih langsing.tapi kan dia udah bilang sayang sama aku tapi malah gandengan sama cewe lain. Rasanya tuh kaya ditinggal pas lagi sayang - sayangnya.Dikasih hati malah minta empedu. Bilang doang ada tugas kuliah ,pret tugas kuliah dari mana. Iya aku mah apa atuh cuma remahan rengginang di dalem toples Khong Guan, cuma sisaannya doang. Awalnya aku emang berniat mau nyamperin mereka, seengganya ada satu tamparan aja.. tapi aku berpikir itu malah akan membuat ku malu. Untungnya aku bukan cewe menye - menye yang nangis - nangis. Ya walaupun hati ku juga merasa sakit.

Setelah aku Sampai dirumah ,aku segera membereskan baju - bajuku, tapi jangan salah aku bukan mau kabur dari rumah ko tapi cuma mau pindah tempat tidur aja. Aku bakal pindah di kamar tamu aja. Aku ga mau sampai bikin keluarga ku shock berjamaah kalau mendengar anaknya yang baru nikah beberapa Minggu malah udah jadi janda. Aku sekarang harus cepat - cepat membereskan barang - barangku, aku yakin dia pasti sedang menuju kerumah. Semoga aja macet yang lama ya tuhan...

Bersamaan dengan suara mesin mobil, aku juga baru keluar dari kamar untuk membawa barang - barang ku ke kamar tamu. Aku bisa mendengar suara Austin yang teriak - teriak mencari ku. Aku sih tidak perduli.
Aku bisa melihat Austin berjalan kearahku dengan tergesa - gesa. Aku mencoba untuk biasa saja melihatnya. Aku hanya melewatinya.

"Devie, aku minta maaf. Itu cuma salah paham" bodo amat, mau salah paham, mau engga kan intinya sama - sama bohong. Aku hanya terdiam sebentar lalu melanjutkan langkah ku lagi.

"Sayang aku mohon" huh tidak semudah itu ferguso.emang dikira aku cabe - cabean, yang cuma dipanggil sayang aja luluh.aku masih tetap melanjutkan langkah ku lagi.

"Adonia Devie" katanya dengan suara aga meninggi. Duh ko perasaan aku mulai ga enak. Dia udah manggil pake nama lengkap lagi, ini mah udah ada aura - aura seram. Tapi aku harus tetap dengan pendirian ku.

Prangggg....

Aku langsung berhenti dari langkahku setelah mendengar suara benda jatuh . Astaga dragon, itu guci dapet dari bunda, inimah alamat diomelin. Belum aku sadar dari keterpakuanku, aku melihat Austin malah menjatuhkan barang - barang lainnya. Duh kenapa aku bisa lupa si tentang kelakuan Austin. Aku juga takut sebenernya, mau kabur tapi dia kan suami aku. Ga kabur takut di lempar dari atas.

Saat ini aku sangat berharap punya kekuatan super, bisa menghilang. Tapi ini tidak bisa dibiarkan. Yang ada abis dah nih rumah. Kayanya aku bakal mengganti barang - barang beling menjadi plastik saja.
Tanpa sadar air mataku telah turun melihat kejadian didepan mataku.
Tiba - tiba Austin mengambil pecahan kaca yang ada dibawah dan mengarahkan ke tangannya. Jantungku rasanya ingin berhenti melihatnya. Aku langsung berlari dan menubruknya. Aku langsung memeluknya dengan erat, tidak perduli aku terkena pecahan beling atau tidak. Dan benar saja dia langsung menjatuhkan pecahan beling itu.

"Jangan seperti itu, aku takut" Kataku sesenggukan dipelukannya.

"Maaf, maaf" ia langsung memelukku dengan sangat erat. Dalam beberapa menit aku masih terdiam dalam keadaan seperti ini. Aku mulai merenggangkan pelukanku, tapi Austin malah mengeratkannya.

"Aku cuman mau mengajakmu ke kamar, bukan ingin kabur ko" kataku sedikit tertawa, untuk mengurangi ketegangan. Dia pun menurut.

"Aku minta maaf, aku ga bisa ngontrol diri aku sendiri." katanya mengambil tanganku dan mengecupnya singkat. Aku hanya tersenyum melihatnya. Aku menuntunnya untuk berbaring di ranjang. Aku rasa cara menangani paling ampuh adalah dengan mengusap kepalanya.

"Engga papa, jangan diulangi lagi" kataku lembut sembari mengusap kepalanya. Aku rasa dia mulai nyaman dengan usapanku ini. Hufttt Alhamdulillah deh.. tapi kerjaan aku masih ada, yaitu ngebersihin bekas kejadian tadi. Ya selama ini aku memang mandiri. Tapi kadang aku juga manggil orang untuk bantu - bantu kalo lagi males atau capek banget.
Aku bisa merasakan nafas Austin yang sudah mulai teratur, dengan perlahan aku melepaskan genggaman tanganku dijarinya. Aku langsung menuju keluar untuk membereskan semuanya. Semangat Devie, itung - itung olahraga.

Saat aku sedang membersihkan pecahan beling, aku merasakan ada yang memelukku dari belakang. Yang pasti si bukan hantu pasti Austin. Ini anak emang ya persis banget bocah tidur aja mesti ditungguin. "Maaf aku cuma bikin susah kamu" entah sudah berapa kali aku mendengar kata maaf darinya hari ini. Tapi yang pasti itu tulus.

"Anggap aja aku lagi baik" kataku sedikit bergurau.

"Aku ga bisa janjiin apapun untuk kamu. Apalagi emosi aku yang suka ga stabil kaya gini. Tapi aku selalu berusaha buat berubah" katanya merasa bersalah. Yang ada dipikiran ku adalah segera membawa Austin ke psikiater. Bukan berarti Austin gila, aku cuma mau merubah dia menjadi lebih baik.

"Aku akan bantu kamu menghadapi itu semua" aku juga bingung kenapa kata - kata manis kaya gitu bisa keluar dari mulutku ya?. Tapi hatiku yakin, aku bisa merubahnya. Aku Gatau apa yang aku rasakan sekarang. Tapi sepertinya hatiku sudah milik Austin sekarang. Sepertinya aku sudah mulai jatuh pada Austin.

"Aku akan berusaha ngilangin itu semua. Aku cuma butuh kamu, sayang" aku lalu membalikkan badanku dan membalas pelukannya tanda aku setuju. Tiba - tiba aku merasakan tubuh terangkat, dan ternyata Austin menggendong ku menuju kamar,dan yang kudengar hanyalah suara tutupan pintu dan kasur yang berdenyit. Dan malam itu pula aku melaksanakan kewajibanku.

-----------------------BROWNIS---------------------

Sesuai permintaan kalian, Austin bakal tetep lanjut. Terimakasih buat yang udah komen + vote untuk cerita Austin.

Minggu depan mungkin author bakal rehat dulu karena sedang ada ujian, hehe. Tapi kalo lagi gabut, tetep nulis ko.

Salam manis dari author yang cantik dan baik hati


BROWNISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang