Aku sedikit menggeliatkan tubuhku, kulirik jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi. Aku melirik kesebelahku. Ada Abi diantara aku dan Austin. Ahhh adem banget dah liatnya. Tanpa sadar tanganku sudah mengarah ke wajah Austin.
Baru saja tanganku akan nemplok di wajahnya, aku malah langsung kaget saat ia membuka matanya
"Let it go, let it go" kataku mengarahkan tanganku di udara. Ko aku jadi kaya orang bego gini si."Apaan liat - liat? Orang aku lagi latihan nyanyi buat Nesya" njayy ko aku bego banget si make Alesan yang engga banget. Masa mau ngaku? tapi kan malu. Lagi masa perang ini. Aku bisa melihat dia mengulum senyumnya. Bego banget sih dev, harusnya aku make Alesan yang lebih wajar. Jadi macan ke, atau engga pura - pura pingsan gitu.
"Duhh kayanya matahari lagi hijrah deh ketempat sebelah, ko panas banget ya." Kataku mengibaskan bajuku seakan kepanasan. "Enaknya mandi ini mah" kataku langsung kabur ke kamar mandi.
~BROWNIS~
Abi sudah kuantarkan ke induknya setelah sarapan tadi. Kenapa aku sebut induk, karena si Fanny itu labih mirip jailangkung. Datang tak dijemput ,pulang maunya diantar dan di traktir. Sudahlah lupakan saja tentang si emak beruang itu.
Sekarang yang kupikirkan adalah Austin. Aku bingung deh kenapa jadi Austin yang ngediemin aku. Ini ga bisa dibiarin. Kan aku jadi kangen di pelukin dia...eh maksud kan ga enak aja ya ,masa serumah tapi gitu. Ya gitu deh maksud aku.
Aku sekarang sedang berada di dalam sebuah cafe untuk sekedar memikirkan tentang Austin sambil mengesap secangkir hazelnut. ,Mumpung masuk siang, aku lebih baik kesini saja. Daripada dirumah didiemin doang lama - lama di lalatin yang ada.
Aku jadi teringat awal ketemu tuh bocah. Menurut ku itu konyol. Ya masa ada anak bocah ngomongin tentang pernikahan? Dan dia menanggapi omonganku dengan serius padahal waktu itu aku juga terpaksa ngomong mau jadi istrinya dia. Bocah umur 5 tahun loh?? Aku aja umur lima tahun masih ngobak di kali, ngumpetin sendal tetangga dan malingin mangga rumah sebelah. Apa itu kali ya bedanya orang yang punya IQ tinggi sama yang pas - pasan kaya aku?. Hidup ini emang kadang konyol, tapi itu yang ngebuat hidup terasa lebih menyenangkan. Aku ga bisa bayangin gimana reaksi anak aku nanti saat tau aku dan Austin beda 10 tahun. Pasti disangkanya aku yang kegatelan deh..
Setelah beberapa saat di cafe, aku memutuskan untuk pulang saja. Aku menjatuhkan tubuhku di sofa depan tv. Aku melirik Austin yang sedang duduk di sofa sebelahku. Bahkan saat aku sudah mendekati nya duluan, dia malah tetep diem lagi. Padahal aku sudah sengaja mepet - mepet kedia lohh... Tuh muka pengen banget aku lemaparin kuah seblak sekalian.
Aku mengambil ponsel ku yang bergetar, dan melihat ada nama dokter Arya tertera disitu. Angkat engga ya?? Ga diangkat takut nya masalah rumah sakit, diangkat takutnya bakal bikin nih Limbad ngamuk. Tapi sabodo teinglah dia kan juga lagi ngambek sama aku, palingan juga dia ga perduli. Tapi kayanya aku harus nyari tempat aman deh , yang jauhan dikit.
Aku segera bangkit, dan menuju halaman belakang. Aku langsung menerima panggilan dari dokter Arya.
"Halo dokter Arya?"
"Dokter Devie, bisa tidak hari ini datang sedikit lebih cepat?"
"Ha? Memangnya ada apa ya dok?" Tanyaku. Pasti ada yang sedang tidak beres nih dirumah sakit. Aku harus siaga 45 nihh...
"Dokter Dimas tidak bisa datang hari ini. Jadi pasien mengeluh karena lamanya pelayanan"
"Bisa ko dok, tapi mobil saya sedikit rusak. Jadi sayang harus kebengkel dulu"
"Saya jemput saja nanti , kira - kira dokter bisanya dimana?" Duh gimana
"Mungkin di......."
Prangggg
Tiba - tiba saja aku merasakan ponselku yang direnggut seseorang. Dan sekarang aku malah melihat nasib ponsel ku yang sudah tergeletak di lantai. Astaghfirullah ini ponsel kedua ku setelah kejadian malam pertama itu.
Aku langsung menoleh ke Austin yang menjadi pelaku utama dari semua ini. Dan Austin malah memasang wajah datar saja."Kamu itu kenak - kanakan tau ga," kataku emosi kepadanya. Ini sudah diluar nalar ku. Aku benar - benar tidak menyangka dia tetap memasang wajah datar tidak bersalah. Ini bukan masalah harga ponselnya. Tapi ini rasa tanggung jawabnya.
"Harus nya.. harusnya aku tahu kalo kamu masih bocah. Belum siap untuk menikah. Kamu belum bisa apa - apa. Bahkan ngebedain yang mana obesesi dan cinta aja kamu ga bisa. Kamu gila, psikopat. Aku nyesel nikah sama kamu" astaga kenapa kata - kata itu bisa keluar dari mulut aku. Dan sekarang aku harus menanggung semua akibatnya. Aku bisa bisa melihat tangan Austin yang sudah mengepal sangat keras, sampai - sampai tangannya terlihat berwarna putih. Kenapa aku bisa bego banget si ngomong gitu.
Aku hanya bisa terdiam melihat semua reaksi yang dikeluarkan Austin. Seperti ada gejolak dalam tubuhnya yang sedang ia lawan. Aku tahu ini salahku. Harusnya aku bisa menjaga emosi ku.harusnya aku bisa mengerti bahwa Austin sedang belajar mengontrol dirinya sendiri.
"M..m..maaf aku ga bermaksud ngomong gitu" kataku berjalan berjalan kearahnya. Aku langsung mengambil tangannya yang terkepal dan membukanya dengan lembut. Aku bisa melihat darah segar yang keluar dari telapak tangannya. Sepertinya ia terlalu keras mengepalkan tangannya hingga kukunya menggores kulitnya.
Aku langsung mencium kedua tangannya itu. Tapi reaksi Austin masih saja diam. Aku langsung memeluknya dengan erat untuk menyampaikan rasa maafku. Aku bisa merasakan bahuku yang basah yang menandakan Austin menangis. Aku semakin merasa bersalah padanya.
"Aku emang ga pantes buat kamu. Aku masih kekanak-kanakan. Aku ga bisa apa - apa, aku cuma bisa bikin repot kamu, aku...."
" Kamu pantes buat aku. Jangan pernah merendah. Maaf, maafin aku" kataku lirih.
---------------------BRWONIS-------------------------
Akhirnya update juga ya. Author seneng liat reaksi dan komen dari kalian. Makasi juga buat kalian yang udah ngasih saran atau komentar tentang babang Austin.
Author selalu menerima saran dan komentar dari kalian. Kecuali minta fast update author baru ga bisa Nerima hehe. Soalnya author suka mager
KAMU SEDANG MEMBACA
BROWNIS
ChickLitSejomblo - jomblo nya gue. Bukan berarti gue mau sama bocah -devie, 29 tahun Kakak itu cuma milik aku. -Austin,19 tahun Ini tentang devie, yang menunggu jodoh. Dan austin yang menunggu devie. Devie yang tidak suka cowo posesif ditambah lagi...