6

3.1K 489 27
                                    

13/11/18

.

.

Entah sudah kesekian kalinya Jennifer mencoba menggoda Taeyong. Dan entah sudah kesekian kalinya Taeyong menolak Jennifer.

Sudah 3 minggu Jennifer melakukan pekerjaannya sebagai model di sana, dan dalam 3 minggu itu Jennifer tidak menyerah menggoda Taeyong meskipun sudah mendapat penolakan mentah mentah.

Bahkan sekarang pun, Jennifer benar benar gigih mendekati Taeyong. Di depan Yuta pula.

"Berhenti menolakku!" Ucap Jennifer tersulut emosi.

Alis Taeyong terangkat sebelah. "Kenapa harus?" Tanya Taeyong cuek.

"Aku tidak pantas kau perlakukan seperti ini!" Suara Jennifer semakin tinggi.

Beberapa pegawai yang berada di daerah sana mulai memperhatikan aksi Jennifer.

"Buuh like I care." Balas Taeyong.

Yuta menahan tawa. Jennifer langsung melayangkan tatapan tajamnya pada Yuta, tapi Yuta tidak peduli.

"Lihat saja! Akan aku buat kau bertekuk lutut padaku!"

Melihat Jennifer sudah pergi, Taeyong menghela mafas lega. Akhirnya si bitchy itu pergi, mata Taeyong segar kembali. Lebih baik melihat istrinya yang super lembut daripada gadis yang centil seperti tadi.

Idih.

"Dia terlalu percaya diri." Yuta tertawa lalu menepuk bahu Taeyong. "Aku tidak menyangka kau sabar sekali menghadapinya."

Taeyong mendengus lalu menepis tangan Yuta. "Kalau bukan karena Johnny si designer hebat itu, aku sudah memecatnya di hari pertama dia bertemu denganku." Ucap Taeyong ketus.

Yuta kembali terbahak. Sudah lama dia tidak melihat Taeyong kesal seperti ini. Biasanya Taeyong itu datar, dingin, tenang. Tapi sekarang, sepertinya kesabaran Taeyong mulai menipis karena Jennifer.

Drrt drrt

Taeyong mengeluarkan ponselnya dan langsung tersenyum begitu menemukan nama yn di layar.

"Ya?"

"Taeyong!"

Taeyong mengerjap. Suara yn yang terdengar panik dan gelisah menular padanya. Matanya Taeyong bergerak ke sana kemari membuat Yuta bingung. Yuta sedikit mendekat pada Taeyong dan mulai mendengarkan.

"Ada apa?!" Tanya Taeyong panik.

"Aku.. cepat pulang! Hikss.. please.."

Taeyong dan Yuta saling tatap. Beberapa detik setelahnya, keduanya berlari keluar gedung, masuk ke mobil yang sama. Bedanya Taeyong yang memegang stir mobil sedangkan Yuta duduk di sampingnya.

"Cepat, Taeyong!" Yuta mulai mendesak Taeyong.

Dan Taeyong pun semakin panik.

Untung saja jalan sedang tidak ramai dengan mobil atau macet. Jadi hanya butuh 15 menit mereka sampai ke rumah besar Taeyong. Taeyong dengan secepat kilat langsung masuk ke dalam rumahnya, sedangkan Yuta hanya berjalan cepat. Kekhawatiran benar benar melingkupi perasaan Yuta.

Jeno yang sedang sibuk ngemil di ruang tengah menyerit bingung. "Yuta hyung?"

Yuta berhenti. "Mana yn?"

Jeno mengerjap. "Noona ada di kamar. Kau berantakan sekali, hyung. Ada apa?"

Yuta menghela nafas kasar. "Terjadi sesuatu pada yn dan kau tidak tahu?!" Tanpa sadar Yuta membentak Jeno.

Jeno melotot. "HAH?!"

Sementara di atas, aku tengah berada di kamar mandi. Membeku menatap ke arah benda yang berada di atas wastafel. Rasanya semua oksigen di tempatku berdiri menghilang. Mau bernafas rasanya sulit.

"Yn! Sayang! Kau di mana?!"

Suara Taeyong tidak aku pedulikan. Aku masih tetap terpaku menatap ke benda itu.

Pintu kamar mandi di buka secara kasar tidak mengagetkanku. Taeyong membalikkan badanku dengan kuat. Tatapannya benar benar terlihat sangat khawatir.

"Ada apa?!" Bentak Taeyong.

Tanpa sadar aku mulai terisak pelan. Rasa bahagia benar benar membuncah hingga aku tidak bisa menahannya. Taeyong semakin bingung.

Aku menepis pelan tangan Taeyong yang berada di pundakku dan memeluknya erat. Aku menyembunyikan wajahku di dadanya. Taeyong membalas pelukanku tak kalah erat. Dia benar benar bingung.

"Ssstttss ada apa?" Suara Taeyong kini terdengar lembut.

"Aku.." aku menjauhkan badanku darinya dengan tangan yang masih memeluk Taeyong.

Taeyong mengusap air mataku dengan tatapan khawatir. Aku memegang tangannya yang sibuk mengusap pipiku lalu tersenyum bahagia.

"Aku hamil."

Taeyong melotot. "Apa?"

Aku tertawa senang. "Aku hamil."

"Katakan lagi."

"Aku hamil, Taeyong."

Taeyong tiba tiba memelukku, mengangkat badanku dan berputar putar. Aku memeluk lehernya sambil tertawa.

"Thank you." Taeyong berhenti berputar.

"Ayah dan ibu sudah tahu?"

Aku menggeleng. "Aku ingin kau yang lebih dulu tahu soal ini."

Taeyong mendekatkan wajahnya lalu mencium keningku lembut. "Aku akan mengambil cuti 1 minggu." Ucap Taeyong.

"Hm? Kenapa?" Aku menyerit bingung.

"Aku ingin menjagamu. Kau sedang hamil, dan aku tidak mungkin lebih memilih pekerjaan. Kau lebih penting."

Mendengarnya aku langsung memeluk Taeyong erat. Rasanya seperti kembali ke 5 tahun lalu dimana aku sedang hamil David. Taeyong benar benar sabar menghadapi kelakuanku bahkan memperlakukanku dengan lembut.

"Ayo beritahu ayah dan ibu." Ucap Taeyong semangat.

Kami berdua keluar dari kamar dan turun ke bawa. Di sana ada Yuta dan Jeno yang sedang beradu mulut entah apa itu aku tidak peduli. Tanganku tidak berhenti mengelus perutku yang masih rata.

"Kau kenapa?!" Yuta langsung menghampiriku dengan wajah panik. "Perutmu sakit?! Kau jatuh? Matamu kenapa?! Kau-"

"Ey, calm down." Ucap Taeyong menghentikan Yuta.

Aku tersenyum lebar lalu melompat memeluk leher Yuta. Yuta hanya menahan pinggangku agar tidak jatuh.

"Ada apa?" Tanya Yuta bingung.

Aku menjauhkan diri dari Yuta dan mempertahankan senyum lebarku. "Aku hamil lagi."

"HAH?!" Seruan Jeno di belakang membuatku tertawa senang.

Aku lalu menatap Yuta, tapi senyumku perlahan menghilang begitu menangkap ekspresi aneh darinya.

Mungkin hanya perasaanku saja. Tapi Yuta terlihat tidak senang mendengar aku mengandung lagi.

Meskipun hanya beberapa detik.

"Wah! Selamat, yn!"

Ekspresi itu... palsu...

.

.

makin pendek🙃🤣🤣
happy or sad? choose one!🤣🤣
next? vote dongss uwu💚


[2] try again ; taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang