7

3.2K 466 7
                                    

15/11/18

.

.

Taeyong benar benar mengambil cuti 1 minggu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana pekerjaan Taeyong akan beranak karena tidak dikerjakan. Menurutku, jika Taeyong meninggalkan pekerjaannya satu hari saja, itu sama dengan dia meninggalkan pekerjaannya satu minggu.

Karena itu, aku sedikit tidak setuju saat Taeyong diangkat menjadi penerus Lee Corp.

Rasanya tidak rela, Taeyong lebih sering berada di kantor daripada bersama sama denganku di rumah menjaga David.

Tapi sekarang, aku sudah bisa menerimanya.

Sekarang, aku dan Taeyong sedang berada di ruang santai keluarga Lee di lantai atas. Kami berdua sedang duduk di atas lantai beralaskan karpet tebal sambil bersandari di sofa. Aku membaca novel sambil bersandar di bahu Taeyong, sedangkan Taeyong sibuk dengan sebuah folder dan pulpen di tangannya.

"Yahh sad ending." Aku menghela nafas kecewa.

Novel yang baru selesai aku baca malah berakhir sad ending. Sang tokoh perempuan mati dan si tokoh pria bunuh diri karena tidak terima ditinggalkan. Selesai. Padahal novel ini cukup bagus.

"Memangnya kenapa kalau sad ending?" Tanya Taeyong dengan tatapan masih pada folder di tangannya.

"Tidak seru. Semua orang pantas mendapat happy ending bukannya sad ending." Aku merengut.

"Hey, itu sudah menjadi takdir orang kalau kisah hidupnya berakhir sad ending." Taeyong menurunkan tangannya lalu memandang kearahku sambil tersenyum. "Dan sudah menjadi takdir kita untuk berakhir happy ending."

Kalimat terakhir Taeyong membuatku tertawa geli. Aku mengelus perutku. "Ya, kau benar." Aku tersenyum.

Taeyong memegang tanganku yang sedang mengelus perutku. "Aku berharap ini perempuan." Ucap Taeyong.

Aku tertawa. "Kenapa?"

"Supaya gadis yang aku jaga sudah berjumlah 3. Ibu, kau dan ini."

Aku mengangguk. "Hm."

Semenjak mendengar berita tentang kehamilanku, ayah dan ibu benar benar sangat senang. Ayah bahkan juga setuju saat Taeyong memberitahunya ingin mengambil cuti. Semuanya merasa bahagia begitupun aku. Bahkan Jeno tidak berhenti menempel padaku sambil tersenyum lebar.

Jeno juga berharap aku melahirkan anak perempuan.

Sedangkan Yuta..

Aku menghela nafas. Taeyong langsung menatapku. "Ada apa?"

Aku menggeleng pelan lalu tersenyum, berusaha terlihat baik baik saja.

Aku yakin aku tidak salah lihat. Yuta satu satunya orang yang terlihat tidak senang mendengar aku hamil lagi. Seolah olah dia tidak terima. Padahal seharusnya dia senang kan? Aku sahabatnya, tentu saja dia harus senang.

Tapi, semua yang dia berikan padaku kemarin palsu. Seolah dia hanya berakting seolah ikut bahagia.

Dia seharusnya senang kan?

.tryagain.

"Mana Taeyong?"

Yuta menoleh kesana kemari sebelum memandang ke arah Jennifer dengan tatapan aneh. Lihat, bahkan gadis di depannya dengan berani memanggil Taeyong dengan namanya, bukan dengan panggilan bos atau apalah itu.

[2] try again ; taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang