17

2.8K 413 6
                                    

18/12/18

.

.

Pintu kamarku tiba tiba di buka kasar. Aku dan Yuta menoleh ke pintu, di sana ada Jeno. Pelipisnya berkeringat, rambutnya berantakan. Mungkin dia berlari saat menuju kesini.

"Jeno, ada apa-"

"Taeyong hyung sudah pulang."

Aku terdiam membeku. Sedangkan Yuta langsung panik. Kedua pria di depanku kini membereskan barang barangku dengan gerakan cepat. Aku hanya menatap kosong kegiatan mereka berdua.

"Yn! Kau bisa berdiri kan?" Tanya Yuta.

Aku mengangguk kaku.

"Kita mau kemana?" Tanyaku.

Sebenarnya aku bingung kenapa mereka mengemas barang barangku yang di bawa ayah dan ibu mertuaku.

"Pulang. Kita harus lebih dulu tiba di rumah sebelum Taeyong hyung." Ucap Jeno dengan wajah serius.

"Kenapa?"

Jeno dan Yuta diam. Tidak menjawab pertanyaan sederhanaku.

Kenapa?

Sederhana kan?

"Kalian merahasiakan keadaanku darinya?"

Yuta dan Jeno masih saja diam tidak mau membalas. Aku menipiskan bibirku lalu menghela nafas. Ide mereka ada bagusnya juga, karena aku sedang tidak ingin bertemu dengan Taeyong.

Aku tidak siap..

Aku membuatnya kehilangan bayi yang sangat dinanti nantikan olehnya. Dan itu semua karena aku tidak bisa menjaga diri dengan baik.

"Noona, kalau kau ingin kami memberitahu Taeyong hyung, akan kami beritahu." Aku menoleh ke arah Jeno saat Jeno bersuara.

"Karena Taeyong hyung juga harus tahu tentang itu.."

Aku memeluk perutku lalu menunduk dalam. Jeno benar, Taeyong juga harus tahu. Dia berhak tahu.

"Aku akan memberitahunya kalau kau ada di sini." Yuta menyahut.

Suara benda diletakkan terdengar. Aku mendongak dan menatap punggung Yuta dengan mata berair. Tangan Yuta sudah memegang gagang pintu, sudah bersiap ingin membukanya.

Tapi, pintu kamar itu telah dibuka lebih dulu dari luar.

Aku melotot.

"T-Taeyong!"

Yap. Yang membuka pintu kamar inapku itu Taeyong.

Aku langsung membuang muka ke samping saat tatapan tajam Taeyong langsung tertuju padaku. Aku menggigit bibirku kuat kuat dan semakin memeluk perutku.

"T-Taeyong, tunggu!"

Beberapa detik setelah Yuta berucap, seseorang memeluk leherku erat.

"Who did this to you? Damn it.."

Nafas Taeyong terdengar memburu. Aku mengelus punggung Taeyong dan menyembunyikan wajahku di bahunya.

Gosshh, I miss him..

"I'm okay.." aku berbisik.

"How 'bout our baby?"

Aku tersentak. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan satu itu.

Tanganku berhenti mengelus punggungnya, berganti mencengkram bajunya. Aku berusaha untuk tidak menangis lagi. Tapi rasanya benar benar sulit.

"Yn?"

[2] try again ; taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang