"Agatha Syailendra!! Cepat turun!!" Agatha langsung berlari keluar kamar dan menemui ibunya. Semua orang di rumah tengah sibuk mempersiapkan pernikahan kakaknya yang tinggal menghitung hari dan membuat emosi semua orang naik turun, tak terkecuali ibunya.
"Adel udah nunggu di mobil dari tadi, cepat berangkat!" Agatha mengangguk dan segera menyusul sepupunya, tak lupa mencium pipi ibunya sebelum keluar rumah. Hari ini, ia dan para sepupu akan melakukan fitting gaun untuk bridesmaid.
Sekilas, ia melihat sosok familiar memasuki rumahnya saat mobil mulai bergerak. Sosok familiar yang sudah lama tak ia lihat, namun ia ragu akan siapa pemilik sosok itu. Ia terdiam, entah melamunkan apa, hingga membuat Adel harus memukul pelan pundaknya agar memperhatikannya.
"--ta! Ata!!" Agatha kemudian tersadar hari lamunannya. "Hah--?"
"Elo mikirin apa sampe gue ngomong nggak di dengerin?" tanya Adel, sedikit merasa kesal. Agatha hanya tersenyum tipis.
"Sorry.. Gue nggak mikirin apa apa, cuma masih agak ngantuk aja. Gue semalem begadang soalnya.." Adel sempat menatapnya tak percaya, namun akhirnya menyerah dan kembali menatap handphonenya.
Five years, huh? pikirnya sambil menatap keluar jendela. Sudah 5 tahun, mungkin lebih, sejak terakhir kali ia melihat sosok itu, punggung itu. Sudah 5 tahun berlalu sejak ia terakhir kali berkunjung ke rumah sahabatnya yang hanya dipisahkan beberap rumah dari rumah Agatha. Sudah 5 tahun berlalu sejak ia menghubunginya untuk terakhir kali.
Sebuah helaan napas keluar dari mulutnya ketika ia mengingat kenangan itu. Kenangan dimana ia menangis karena sahabatnya memutuskan untuk mengikuti program student exchange ke luar negeri tanpa sepengetahuannya, dan disaat yang bersamaan, ayahnya 'memaksanya' masuk boarding school di luar kota. 'Takdir tengah mengejekku', pikirnya saat itu. Tahun pertama merupakan tahun terberat untuknya, baik mental maupun fisik. Ia terbiasa dengan sahabatnya dan kini ia sendiri. Namun pada akhirnya, ia berusaha bangkit, membuktikan kepada ayahnya dan 'takdir' bahwa ia bisa melewati semuanya. Setelah lulus, ia memutuskan untuk berkuliah di kota sendiri, tak peduli jika harus berdebat dengan ayahnya. Sedikit berharap, ia dapat 'bertemu' dengan sang sahabat.
Sayang, hanya sekedar harapan. Tahun pertama ia lalui dengan tugas dan laporan yang menumpuk, membuatnya hanya bisa pergi ke kampus atau perpustakaan saja. Tahun kedua..... tak lebih baik, walaupun setidaknya ia bisa sesekali pergi cafe untuk sekedar menikmati me-time-nya. Tahun ini ia bersyukur bisa sedikit bernapas lega dan tepat saat kakaknya akan menikah. Ia senang dapat membantu kakaknya mempersiapkan semuanya.
"Eh, Ta.." Agatha menjawab dengan sautan pelan, nyaris tak bersuara.
"Kemarin Dylan ke rumah, kirain kenapa taunya diminta jadi groomsmen sama Mbak Kayla" Ucapan Adel membuatnya diam membeku. Ia kemudian menoleh, menatap Adel.
"D-Dylan?" Adel mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari handphonenya. "K-Kok gue nggak tau?" tanya Agatha, berbisik. "Elo kan kemaren seharian di kampus, kata Tante Nina elo ngurusin pendaftaran anggota baru UKM. Pas elo pulang, pas Dylan juga balik.."
"Dia kok makin ganteng sih, Ta? Makin tinggi gitu. Dia makan apaan sih?" Agatha kembali menatap keluar jendela, tak mempedulikan racauan Adel yang sudah biasa ia dengar. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Dylan, sahabat masa kecilnya yang sudah lama 'menghilang'. Jadi yang tadi itu benar Dylan? pikirnya.
.
.Agatha melempar tubuhnya ke tempat tidur. Setelah fitting selesai, ia memutuskan untuk langsung pulang, tak peduli akan rengekan Adel yang memaksanya untuk hangout dengan para sepupu. Moodnya benar benar sedang tidak bagus dan ia masih memikirkan pembicaraannya dengan Adel pagi ini. Dylan.. Rindu? Pasti! Sudah lebih dari 5 tahun ia tak mendengar kabar apapun dari sahabatnya. Ingin bertemu? Agatha merasa ragu. Ia merasa belum siap untuk bertemu dengan Dylan, melihat seperti apa ia sekarang dan perubahan apa yang terjadi pada Dylan. Yang ia ingat saat pertemuan terakhirnya dengan Dylan hanyalah senyum khasnya dan pipi chubbynya. Agatha menatap langit langit kamarnya seraya mengingat kenangannya dengan Dylan, dan tanpa sadar ia terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long-Lost Love (✔)
Romance'Five years, huh..' . . "Eh, Ta, kemaren Dylan ke rumah, diminta Mbak Kayla jadi groomsmen.." "D-Dylan?" Adel mengangguk dan kembali memainkan handphonenya. . . "Thank you so--" ucapannya terhenti saat menyadari sosok yang kini berdiri di depannya. ...