Chapter 5

54 9 2
                                    

Sebulan sudah Dylan rajin menjemput Agatha di kampusnya. Memang tidak setiap hari, namun cukup membuat Raisa merasa kesal karena quality time-nya dengan Agatha berkurang. Pasalnya, Dylan selalu datang tanpa memberitahu terlebih dahulu.

"Weekend ini elo nggak ada planning sama Dylan kan? Kita udah lama nih nggak jalan bareng!" ucap Raisa. Agatha hanya tertawa sambil memasukan textbooknya ke dalam loker.

"Sebenernya ada sih...." Belum sempat Agatha menyelesaikan kalimatnya, sudah terdengar erangan dari Raisa. ".....tapi bukan ngedate or whatever you call it. Gue diajak nonton gigsnya dia sama temen-temennya. Kalau elo mau kita bisa kemana dulu gitu baru nonton dia bareng.." Raut wajah Raisa seketika berubah.

"DEAL!!" Raisa kemudian memeluknya. "Elo nanti kabarin gue ya, kapannya dan kita janjian jam berapa. Dah, gue mau kelas dulu. Bye! Love you!" ucap Raisa, melemparkan kecupan sambil berlari menjauhi Agatha menuju kelas. Agatha tak dapat menahan tawanya dan menggelengkan kepalanya. Sejujurnya Agatha juga mulai merasa kangen dengan quality time-nya dengan Raisa. Entah itu sekedar pergi ke coffee shop baru, bergosip, window shopping atau bahkan menemani Raisa berbelanja.

.
.

"Aku kena protes Raisa tadi.." ucap Agatha, saat Dylan mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Di protes apaan?"

"Aku keseringan main sama kamu, jadi aku nggak ada waktu buat jalan bareng sama Raisa" Dylan hanya merespon dengan tertawa.

"Sorry deh, tapi aku berusaha nebus 5 tahun aku nggak bareng kamu.." Dylan menjawab dengan senyuman dan menatap langsung Agatha. Agatha sedikit terkejut dan tak dapat menyembunyikan pipi merahnya.

"Apaan sih?" Agatha memukul pelan pundak Dylan yang kemudian hanya tertawa melihat rona merah di wajah Agatha. "Tapi kamu udah ajak dia buat ikut nonton gigs weekend ini?" Agatha menganggukkan kepalanya.

"Tapi aku rencananya mau jalan dulu sama dia baru nonton kamu. Is it okay?" Dylan mengangkat tangannya dan mengusap kepala Agatha, seakan berkata 'iya nggak apa apa'.

.
.

Agatha dan Raisa mampir ke salah satu coffee shop favorite mereka dan kini tengah menunggu pesanan mereka. Raisa sedari tadi menatap Agatha yang tak henti tersenyum seraya menatap handphonenya.

"Ngedate sama gue, tapi tetep aja ngobrolnya sama Dylan.." sindirnya. Agatha mengangkat kepalanya dan menatap Raisa sambil tertawa.
"Bentar, gue bales ini terakhir. Janji!" Agatha mengetik cepat, lalu mengunci layar handphonenya dan menyimpannya diatas meja.

"Done! Puas?" tanya Agatha dan dijawab senyuman lebar oleh Raisa. Tak lama, pesanan mereka datang, bertepatan dengan layar handphone Agatha yang menyala. Namun, sesuai janjinya, Agatha tak menyentuh handphonenya. Sebuah pertanyaan terlintas di pikiran Raisa.

"Ta.."

"Hmm?"

"Gue kepikiran sesuatu.."

"Apaan?" Raisa sempat ragu namun akhirnya ia tanyakan.

"Kalian berdua tuh sebenernya kayak gimana sih?" Pertanyaan Raisa membuat Agatha terdiam. "I mean, iya kalian temenan dari kecil, udah biasa bareng bareng, tapi pernah nggak sih elo mikir juga kalau perlakuan Dylan yang sekarang beda dari yang dulu?"

"Elo juga ngerasa ada yang aneh nggak kalo bareng dia?" Agatha mengambil gelas dan meminumnya sebelum menjawab pertanyaan Raisa.

"Aneh gimana?"

"Iya, kayak tiba tiba deg-degan gitu, atau malu, or like butterfly in your stomach gitu macem elo dulu sama Cya.."

"Kok bawa bawa Cya?"
"Ya contoh aja" Agatha terdiam. Sebenarnya ia tahu betul semua pertanyaan Raisa hanya ada satu jawaban, tapi ia tak mau menyimpulkan terlalu cepat. Agatha juga merasa takut jika Dylan tidak merasakan hal yang sama padanya.

"Harus gue jawab sekarang?" tanya Agatha. Raisa mengangkat kedua bahunya.

"Enggak sih, gue nanya karena gue kepikiran aja. Bebas elo mau jawab kapan." jawab Raisa sambil mengambil gelasnya. Agatha menghela napasnya sebelum memasukkan handphonenya ke dalam tas.

"Shall we go now?" tanyanya dan dijawab dengan anggukan oleh Raisa.

Long-Lost Love (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang