Bonus Chapter I

34 5 3
                                    

Agatha tersenyum saat melihat baju ukuran mini di tangannya. Ia merasa gemas jika membayangkan keponakan barunya kelak memakai baju tersebut. Rasanya baru kemarin Hugo datang ke dunia, tapi ternyata 2 hari yang lalu Hugo sudah mendapatkan seorang adik laki-laki dan seminggu lagi umurnya menginjak angka 2.
Agatha melihat ke sekelilingnya berusaha mencari seseorang. Matanya kemudian menangkap sosoknya sedang duduk di sofa bersama dengan boneka besar di sebelahnya. Ia tersenyum dan menyimpan kembali baju yang sedari tadi dipegangnya. Ia berjalan menuju sofa dan duduk di sebelahnya.
"Ng? Udah?" tanyanya. Agatha hanya tersenyum dan merapikan rambutnya.
"Capek ya, yang?" tanya Agatha. Dylan sedikit merenggangkan badannya.
"Lumayan sih, Hugo masih sebocah itu tapi tenaganya nggak habis-habis.. Atau aku yang makin tua ya, yang?" Ucapan Dylan membuat Agatha tertawa pelan dan menepuk pelan pahanya. "Kalau kamu tua berarti aku juga dong?" Dylan ikut tertawa.

"Yaudah kamu tunggu disini sebentar, aku udah nemu kok! Habis itu kita langsung pulang aja, kasihan kamu.." Dylan menganggukkan kepalanya.
"Mau aku yang nyetir?" tawar Agatha.
"Nggak usah! Masih bisa kok nyetir sampai rumah.." Agatha mengangguk dan meninggalkan Dylan untuk beristirahat sejenak.
Ia sendiri tak menyangka kalau kakaknya benar-benar menitipkan Hugo padanya dan Dylan selama proses persalinan. Kedua orang tuanya juga harus stand by di rumah sakit dan tak mungkin membawa Hugo ke rumah sakit. Orang tua Gama juga sedang berada di luar kota dan baru kembali tadi malam. Setidaknya ia bersyukur Dylan menemaninya dan tak membiarkannya sendiri mengurus Hugo. Agatha membayar beberapa baju bayi yang sebelumnya ia pilih dan kemudian menghampiri Dylan, mengajaknya pulang.

.
.

Dylan menjatuhkan tubuhnya di sofa begitu mereka memasuki rumah. Agatha hanya tersenyum tipis melihatnya. Ia menyimpan barangnya di kamar dan kemudian berjalan menuju dapur. Aroma kopi menyapa penciuman Dylan dan membuatnya membuka mata. Ia bangun dan terduduk saat melihat Agatha menghampirinya dengan membawa secangkir kopi untuknya.
"Kamu kalau ada kopi aja langsung melek.." Dylan hanya memberikan cengiran khasnya dan menerima uluran cangkir dari Agatha.
"Hehe.... Makasih, yang!" Agatha duduk di sebelah Dylan dan langsung merasakan berat di bahunya. Mereka terdiam, menatap tv yang sebelumnya telah Agatha nyalakan.

"Kamu sidang akhir kapan, yang?" tanya Dylan, tiba-tiba.
"Minggu depan. Kamu datang kan?" Agatha berharap Dylan datang memberinya semangat.
"Aku usahain ya, soalnya aku belum cek jadwal ngajar minggu depan.." jawab Dylan dan membuat Agatha menarik sudut bibirnya ke bawah. Merasa tak ada respon, Dylan melirik Agatha dan menghela napasnya.
Ia menaruh cangkir diatas meja di depannya dan memeluk Agatha. "Kalau ditanya aku mau datang atau enggak, ya aku pasti mau lah, yang! Tapi kan aku juga nggak bisa milih jadwal ngajar aku.." ucap Dylan sambil mengelus kepala Agatha. Agatha tak menjawab apapun hanya balas memeluk Dylan.
"Gini deh... Kalau misalnya ternyata aku ada jadwal ngajar, nanti aku tanya Jeff bisa gantiin aku atau enggak, oke? Tapi aku nggak janji.." Mendengar ucapan Dylan membuatnya terpaksa mengangguk. Ia juga tak bisa memaksakan keinginannya.

Dylan menghela napas, sedikit lega dan kemudian mendorong tubuh Agatha dan menimpanya. "Uwaa--" Tangannya berpindah dan kini memeluk pinggang Agatha, menaruh kepalanya tepat diatas perut Agatha.
"Yang!"
"Bentar aja! Udah lama nggak kayak gini.." rengek Dylan.
"Tapi kamu tuh berat tahu!" Dylan hanya tertawa mendengar protes Agatha. Namun pada akhirnya, Agatha tetap membiarkan Dylan menimpanya.
"Yang..."
"Hmm?"
"Kamu nggak mau benerin warna rambut apa?" tanya Agatha saat memainkan rambut Dylan.
"Emang kenapa? Udah jelek ya warnanya?"
"Enggak sih, cuma bladus aja kesannya-- Aw!" Dylan mencubit pelan pinggang Agatha saat mendengar jawabannya. "Becanda, yang!"

"Tapi aku suka sama warna platinum blonde kamu, gantengnya makin hehe.." Ucapan Agatha membuat Dylan kini menoleh dan menatapnya. "Apa?"
"Kok baru bilang sekarang? Kemana aja pas aku ganti warna rambut tahun tahun kemarin?" protes Dylan.
"Dih ngambek!" Agatha mencubit pelan kedua pipi Dylan sambil tertawa. Ia kemudian mengelusnya.
"Kan aku gengsi, yang. Kayak nggak tahu aku aja!" Dylan terkekeh dan kini menaruh dagunya di atas perut Agatha, menatapnya.
"A-Apa sih, yang? Gitu amat ngeliatnya!" Agatha berusaha menutupi kedua mata Dylan, sambil berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Siapa juga yang tidak gugup kalau ditatap seperti itu.
"Pengen aja ngeliat kamu, masa nggak boleh?"
"Dih!" Agatha menepuk dahi Dylan dan dibalas dengan tawa.
"Udah cepetan tidur, nanti sore kan kita ke rumah sakit." Dylan kembali menaruh kepalanya diatas perut Agatha dan tak lama terdengar dengkuran halus darinya. Agatha hanya tersenyum sambil memainkan rambut Dylan sebelum akhirnya ia pun tertidur.

Long-Lost Love (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang