Chapter 17

38 5 3
                                    

Dylan mengetuk pintu di depannya dengan sedikit tidak sabar. Ia tak ingin menekan bel rumah karena takut mengganggu. Ia kembali mengetuk pintu tersebut sebelum akhirnya terdengar jawaban dari dalam rumah. "Yaaa? Sebentar-- Lho? Dylan?"
"Sore, Tante.." sapa Dylan.
"Masuk, masuk!" Dylan melangkah masuk ke dalam rumah.
"Mau jenguk Agatha?" tanyanya.
"Iya, Tante.. Tapi itu juga kalau Dylan nggak ganggu Agatha istirahat.." Ibunya Agatha tersenyum.
"Enggak apa-apa, Agatha baru selesai makan kok! Mungkin masih ngobrol sama Raisa dan temannya." Teman?, pikir Dylan.
"Langsung naik saja!"
"Makasih, Tante!" Baru saja Dylan akan melangkah naik, langkahnya terhenti saat mendengar panggilan dari ibunya Agatha.
"Titip obatnya Agatha.." Dylan mengangguk dan membawa plastik obat yang diberikan padanya.

"Elo beneran nggak apa-apa gue tinggal?" Terdengar suara Raisa saat Dylan berjalan mendekati kamar Agatha.
"Serius! Gue nggak apa-apa. Tinggal minum obat terus istirahat.." Raisa menatap ragu Agatha. "Gue janji! Lagipula kasihan Yoga daritadi nungguin elo.." Raisa menghela napas.
"Kalau gitu gue--" Ucapannya terhenti saat mendengar suara ketukan pintu. "Masuk!"
Dylan membuka pintu dan memunculkan kepalanya terlebih dahulu. "Hai.." sapanya.
"Akhirnya datang juga!!" sorak Raisa, merasa lega.
"Lho? Ada elo, Yog?" Yoga mengangguk.
"Tadi di telepon Raisa.."
"Elo yang nganter mereka?" Yoga kembali mengangguk.
"Thanks ya!" ucap Dylan, menepuk bahu Yoga.
"Yoiii!"

"Nah berhubung Dylan udah datang, gue bisa pulang dengan tenang!" ucap Raisa, meraih tasnya. "Cepat sembuh, nggak usah maksain datang kalau emang belum fit. Awas aja!" ancam Raisa, membuat Agatha tertawa pelan.
"Titip Raisa ya, Yog. Antar sampai rumah dengan selamat." ucap Agatha.
"Tenang aja! Cepat sembuh ya, Ta!" ucap Yoga, mengacak pelan rambut Agatha. Agatha mengangguk dan menatap Raisa serta Yoga yang berjalan keluar dari kamarnya.

Dylan berjalan mendekati tempat tidur Agatha dan duduk di sisi tempat tidur. Ia menghela napas saat melihat wajah pucat Agatha. Dylan menyentuh kening Agatha dan terasa panas. Ia kembali menghela napas dan mulai membuka satu per satu obat Agatha. Ia meraih gelas Agatha dan memberikannya pada Agatha bersama dengan obatnya.
"Kamu tuh ngapain aja sih sampai bisa tumbang gini?" Agatha meneguk habis air minumnya setelah memasukan obat ke dalam mulutnya.
"Kecapekan, D, sama telat makan hehe..." Dylan sedikit menarik susut bibirnya ke bawah dan merapikan obat Agatha, menyimpannya di meja nakas bersama dengan gelas minum Agatha.
"Jaga kondisi kamu, Ta.. Kan kamu juga tahu sendiri pencernaan kamu bakal bermasalah kalau kamu keseringan telat makan.."
"Iya, maaf..." Agatha menundukkan kepalanya mendengar Dylan mengomeli dirinya. Dylan kemudian tersenyum tipis dan mengelus pelan kepalanya.

"Yaudah kamu istirahat ya! Aku pulang.." Dylan hendak beranjak namun terhenti saat Agatha meraih tangannya dan menggenggamnya.
"D!" Dylan menatap genggaman tangan Agatha dan beralih menatap Agatha dengan perasaan sedikit bingung. "A-Aku mau ngomong sama kamu....." ucap Agatha. ".....Jawaban perasaan kamu.." tambahnya.
"Ta... Kan aku udah bilang, nggak usah kamu pikir--"
"Tapi aku nggak bisa, Lan!" Dylan terdiam. Agatha memanggilnya Lan? Oke ini serius., pikirnya. Agatha melepas genggamannya. "Kamu bisa aja bilang kayak gitu tapi kamu nggak tahu kan kalau aku sebulan ini, sampai kayak gini, karena kepikiran terus?" Agatha tertawa miris.

"Aku juga sempat ngira kalau dengan banyaknya tugas bisa bikin aku lupa, Lan.. Tapi aku salah. Semakin aku berusaha buat nggak pikirin, malah berakhir sebaliknya. Bahkan sampai Raisa sadar kalau aku belakangan ini jadi aneh dan sering banget nggak konsen.." Agatha berusaha untuk menahan tangisnya. Damn! I hate this fever!, pikirnya. Demam dan perasaan frustasi yang ia rasakan membuatnya semakin merasa emosional.
"Sebelum kamu datang, Raisa kasih aku kondisi, gimana kalau misalnya kamu dekat sama cewek lain, atau jalan sama cewek lain, atau kamu pinjemin hoodie kamu ke cewek lain, atau--" Ucapannya terhenti saat ia merasakan air matanya akhirnya mengalir. Dylan sedikit terkejut. Ia sama sekali tak mengangka akan melihat Agatha tiba tiba menangis seperti ini.
"Aku nggak suka, Lan! Aku nggak suka lihat kamu dekat sama cewek lain, aku nggak suka lihat kamu jalan sama cewek lain, aku nggak suka kalau kamu pinjemin hoodie kamu ke cewek lain selain aku, aku--" Dylan menarik lengan Agatha dan memeluknya erat.
"Bahkan sekedar buat ngebayangin aja aku nggak bisa, Lan dan aku nggak bisa tidur nyenyak mikirin hal itu.." Dylan membiarkan Agatha menangis di pelukannya dan baru melepaskannya setelah tangis Agatha mulai mereda.

"A-Aku suka sama kamu, Lan..." ucap Agatha, menatap matanya. Dylan terdiam, mereka terdiam dan seakan baru sadar akan apa yang ia ucapkan, wajah Agatha perlahan mulai memerah. "Ah......" Agatha menundukkan kepalanya, memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya. What the hell are you doing, Ta?!, umpatnya dalam hati. Dylan menghela napasnya, keras. "For God's sake!!"
Ia menarik tengkuk Agatha dan mendekatkan wajahnya pada wajah Agatha. "Eh--" Agatha tak dapat bereaksi apapun saat Dylan menciumnya. Dylan melepas ciumannya dan menatap mata Agatha.
"I thought I said it before that you need to stop biting your lips before I kiss you.." bisiknya dan sukses membuat wajah Agatha bertambah merah. Ia kemudian menjatuhkan tubuhkan ke tempat tidur dan menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya.

Tawa Dylan terdengar saat melihat reaksi Agatha. Agatha mengintip dari balik selimut dan menatap Dylan dengan tatapan kesal. Dylan menghentikan tawanya dan mengacak rambut Agatha. Ia tersenyum lembut.
"Aku pulang ya? Kamu juga harus istirahat. Nanti aku yang kena omel Raisa kalau gangguin waktu istirahat kamu, kan kamu juga udah janji.."
Dylan beranjak dari duduknya dan kemudian mengecup kening Agatha. "Besok aku kesini lagi, kita lanjutin ngobrolnya ya!" Agatha mengangguk. Belum sempat Dylan melangkah, Agatha kembali meraih tangannya, menariknya dan mengecup cepat pipi Dylan. Ia kemudian kembali menyembunyikan wajahnya di balik selimut.
"Hati-hati.." bisiknya dan membuat Dylan kembali tertawa.
"See you tomorrow.." ucap Dylan sebelum keluar dari kamar Agatha. Agatha memejamkan matanya dengan senyum di bibirnya, berpikir ia dapat tidur dengan nyenyak malam ini.

Long-Lost Love (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang