Bonus Chapter III

35 7 9
                                    

Agatha menatap Dylan tak percaya. "Yang...... Kamu serius mau pake vans kesana?"
"Emang kenapa? Kan garden party, yang.."
"But it's your bestfriend's wedding!!" Agatha menghela napasnya mengurut keningnya. Emosi mulai tak stabil sejak 2 hari yang lalu dan bertambah parah saat iya mengetahui tamu bulanannya datang tadi pagi.
Dylan berjalan ke arah dapur dan mengambil sesuatu. Ia kemudian menghampiri Agatha.
"Buka mulutnya.." Agatha menatapnya bingung namun tetap membuka mulutnya. Dylan memasukkan sesuatu ke dalam mulut Agatha. Rasa familiar menyapanya, coklat kesukaannya.
"Better?" tanya Dylan. Agatha mengangguk dan tersenyum. Ia bersyukur beberapa tahun belakangan ini Dylan selalu sabar menghadapi moodswingnya setiap kali tamu bulanannya datang.

"Aku ke kamar dulu, ganti baju sekalian benerin rambut." ucap Agatha.
"Mau aku temenin nggak?" goda Dylan.
"Nggak usah!" Dylan hanya tertawa mendengar jawaban Agatha. Tak lama, Agatha keluar dari kamar dengan memegang tas kecilnya.
"Kamu nggak ada yang ketinggalan kan, yang? Perjalanan jauh soalnyab kan nggak lucu kalau--" Ucapannya terhenti saat melihat Dylan menatapnya.

"Kamu nggak ada yang ketinggalan kan, yang? Perjalanan jauh soalnyab kan nggak lucu kalau--" Ucapannya terhenti saat melihat Dylan menatapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia kemudian berjalan menghampiri Agatha. "A-Apa?" Dylan meraih pinggangnya dan memeluknya, membawa Agatha mendekat padanya.
"Cantik, yang, hehe.." Dylan mengecup bagian belakang telinga Agatha yang saat ini tak tertutupi oleh rambut.

"Dylan!!" Rona merah mulai menjalar di kedua pipinya. Agatha menepuk bahu Dylan karena kini Dylan mulai mengecupnya di bagian leher dan Dylan tahu betul kalau salah satu kelemahan Agatha adalah di bagian leher. "Oh my God! Dylan!! Udahan sih! Geli tahu! Ahahaha...."
Dylan tersenyum puas saat mendengar tawa Agatha. Setidaknya ia tahu mood Agatha akan membaik sampai mereka tiba di venue. Agatha masih berusaha mengatur napasnya saat sadar tatapan Dylan sudah berpindah ke yang lain.
"Yang--"
"Jangan mulai lagi deh! Kan kamu yang pilih dressnya.."
"Tapi kan aku nggak tahu kalau bakal sependek ini.." Dylan menarik sudut bibirnya ke bawah. Agatha mengusap bahu Dylan, berusaha menenangkannya.
"Nggak akan apa-apa, yang, kan ada kamu yang jagain aku hehe.." Ucapan Agatha sukses membuat Dylan tersenyum.
"Berangkat yuk! Keburu macet nanti telat lagi!" Agatha melepas pelukan Dylan dan mengapit lengannya.

.
.

"Kamu nggak mau ikut Kiana maju ke depan?" tanya Dylan.
"Kayak aku bakalan dapat aja.."
"Lho? Siapa tahu kan?" Dylan mengusap kepala Agatha. "Udah sana! Aku tungguin disini.." Agatha menatap Dylan dan melihatnya tersenyum. Agatha balas tersenyum dan menitipkan tasnya pada Dylan sebelum akhirnya menghampiri Kiana yang sudah bersiap untuk menangkap lemparan bunga.
"Udah siap, Lan?" Dylan menoleh dan menemukan Leo kini berdiri di sebelahnya.
"Siap apaan?"
"Itu kalau Ata yang dapat bunga.."
"Ohh..." Dylan kembali menatap Agatha.
"Harusnya sih gue yang nanya ke elo." Leo terkekeh. "Elo duluan yang pacaran, elo duluan yang tunangan, eh yang nikah duluan malah Jeff.."
Leo mengangkat kedua bahunya. "Gue sih siap-siap aja, Lan, malah dari awal pas gue ngelamar Kiana juga udah siap. Cuma gue menghargai Kiana yang masih pengen ngajar.." Leo tersenyum kecil. "Kasihan juga lihat dia kudu pisah sama anak-anak kesayangannya.." Dylan menganggukkan kepalanya.

Long-Lost Love (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang