Chapter 16

27 5 5
                                    

Sudah hampir sebulan ini baik Agatha maupun Dylan tak saling bertemu. Tugas kuliah membuat Agatha sibuk, begitu pula Dylan, baik tugas kuliah maupun latihan band membuatnya sedikit kelimpungan. Mengobrol melalui chat pun hanya disaat mereka senggang atau sebelum tidur.
Namun sayangnya, kesibukannya tak membuat Agatha kemudian lupa akan pengakuan Dylan padanya. Agatha belum memberitahu Raisa karena itu malah akan membuatnya ikut stress. Agatha tak ingin hal itu terjadi apalagi tugas Raisa sama banyaknya dengan tugasnya mengingat mereka berada di jurusan yang sama.

"Pagi, Ta!" sapa Raisa. Agatha mengintip dari balik pintu lokernya. "Pagi, Sa..." Raisa menangkap ada yang aneh dari nada bicara Agatha.
"Ta?" panggilnya.
"Hm?"
"Elo kenapa?" Agatha menutup pintu lokernya dan memandang Raisa.
"Hah? Gue baik-baik aja." jawab Agatha. Raisa menatap Agatha, sedikit tak percaya apalagi wajah Agatha terlihat sedikit pucat dari biasanya.
"Elo tadi sarapan nggak?"
"Nggak sempet, Sa." Agatha memeluk bukunya dan berjalan menuju kelas bersama Raisa. "Gue telat bangun, semalam begadang ngerjain tugas Pak Danu sampai jam 2.."
"Ta.... itu kan tugas buat minggu depan.." ucap Raisa dan membuat Agatha menghentikan langkahnya.
"Demi apa?!" Agatha berdecih dan mengacak pelan rambutnya.

"Elo kenapa sih, Ta? Gue perhatiin elo akhir-akhir sering banget nggak konsen." Raisa menatapnya khawatir. Agatha menghela napasnya.
"Ada yang gue pikirin tapi gue belum bisa cerita ke elo.." jawab Agatha.
"Why?" Pertanyaan Raisa membuatnya menatap tak percaya.
"Helloooo~ Elo nggak lihat gue kayak apa mikirin tugas sama 'masalah' itu? Emang elo mau kayak gue?" tanya Agatha. Raisa tertawa kecil.
"Ya enggak Ta! Bahaya kalau gue kayak elo, otak gue kan nggak sekonclong elo!" Agatha memukul pelan lengan Raisa.
"Tugas kita sampai minggu depan tinggal tugas Pak Danu aja kan?" Raisa terdiam sebelum menjawab dengan anggukan. "Yaudah nanti pas makan siang gue cerita ke elo."

.
.

Raisa hampir tersedak minumannya saat Agatha menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. "He what?!" Raisa menatap Agatha tak percaya.
"Gue kira bakal elo duluan yang bilang......" ucap Raisa. "Itu sebulan yang lalu?" Agatha mengangguk.
"Pas selesai event bulan kemarin tepatnya.."
"Terus elo jawab apa?"
"Belum gue jawab...." Raisa menepuk pelan jidatnya.
"Kenapa nggak elo jawaaaaab?"
"Ya gimana mau gue jawab, Sa, kalau begitu dia selesai nembak langsung ngajak pulang?" jawab Agatha. "Dia juga bilang katanya nggak usah dipikirin.." Raisa menghela napasnya.
"Kalau udah gini gue bingung mau maki-maki elo atau Dylan.." Agatha mengangkat kedua bahunya, kemudian melirik jamnya dan bangkit dari kursi.

"Kemana?"
"Gue ada kelas 5 menit lagi." jawab Agatha.
"Elo nggak makan dulu?"
"Nanti aja! Gue lanjut pas balik ya, Sa!" Baru saja Agatha berbalik, siap untuk melangkah, ia berhenti. Pandangannya tiba-tiba saja seperti berputar. Raisa menghampiri Agatha dan menyuruhnya kembali duduk di kursinya.
"Elo nggak apa-apa, Ta?" tanya Raisa, khawatir.
"Nggak apa-apa, agak pusing aja barusan.." Raisa kemudian meraih tasnya.
"Gue antar sampai kelas deh! Gue takut elo kenapa-kenapa.

"Elo selesai jam berapa?" tanya Raisa.
"Sekitar jam 3an kayaknya.."
"Yaudah kalau gitu gue tunggu elo di perpus, sekalian nyicil ngerjain tugas Pak Danu. Nanti habis itu gue antar elo pulang.." ujar Raisa.
"Nggak usah, Sa! Gue nggak mau ngerepotin--" Raisa mengetuk pelan kepala Agatha.
"Sstt! Udah nggak usah bawel! Kalau elo kenapa-kenapa nanti gue yang ditanyain macam-macam sama Dylan. Ogah gue kena omel!" Agatha hanya tertawa mendengar jawaban Raisa.

"Elo kalau emang ngerasa nggak kuat, chat gue lho ya, biar langsung gue datengin ke kelas!" ucap Raisa saat sampai di depan kelas.
"Iyaaa, tenang aja, gue sanggup kok samp--" Ucapan Agatha terputus saat ia merasakan lututnya melemas dan pandangannya kembali seperti berputar. Dengan sigap, Raisa segera menahan tubuh Agatha agar tak jatuh secara langsung dan membenturkan kepalanya.
"Oh my God!" Raisa berusah menyandarkan tubuh Ata di dinding sebelah pintu kelas. "Ta? Ata?" Agatha masih sempat mendengar suara Raisa memanggilnya sebelum akhirnya ia tidak lagi mendengar apapun.

"Ta!" Raisa menyentuh kening Agatha dan terasa panas. Berusaha untuk tidak panik, Raisa meraih handphonenya dan mengetuk layarnya dengan cepat, berusaha menelepon seseorang. "Damn!" Merasa orang yang diteleponnya tak akan menjawab, Raisa mematikan panggilannya dan berusaha menghubungi orang lain.
Raisa menggigit ujung kukunya, sambil menatap cemas Agatha, berharap kali ini panggilannya tersambung. "Halo?" Raisa bernapas lega saat mendengar jawaban.
"H-Hai, Yog.. Ini Raisa..." ucapnya.
"Oh! Hai, Sa! Ada apa?" tanya Yoga.
"Err.... Sorry banget kalau aku ganggu, tapi aku boleh minta tolong nggak?"

Long-Lost Love (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang