Yoon Gi dan Ha Na sudah kembali ke Korea, dan Yoon Gi sudah masuk kantor hari ini. Untungnya proyeknya berjalan dengan baik selama ia tidak di kantor. Ayahnya semakin bangga dengan pencapaian kerjanya, dan hal itu membuat Seok Jin kian terpuruk.
Hari ini ia harus ke kantor ayahnya untuk membicarakan proyek besar lain yang menjadi tanggungjawabnya. Setelah urusannya selesai, Seok Jin keluar dan bertemu dengan Ye Na, teman masa kecilnya. Ye Na kemudian mengajak Seok Jin untuk berbicara.
"Seok Jin-ah aku ingin bertanya sesuatu." Ucap Ye Na, dan Seok Jin hanya mengangguk. Dipikirannya hanya ada keinginan untuk membalas Yoon Gi.
"Yoon Gi... dia kenapa berubah seperti itu?" tanya Ye Na. Mendengar hal itu Seok Jin menghela napas.
"Itu karena Ha Na kurasa..." ucap Seok Jin lagi, membuatnya melunak saat menyebut nama wanita itu. Ye Na yang mendengarnya juga ikut-ikutan menghela napasnya.
"Jadi begitu ya... Karena istrinya..." ucap Ye Na lagi, kali ini membuat Seok Jin menaikkan satu alisnya, bingung dengan pernyataan Ye Na barusan.
"Apa maksudmu?" tanya Seok Jin.
"Kami sekarang sudah jarang bertemu. Bahkan dia sudah tidak pernah menjenguk ayah." Ucap Ye Na. Ada nada kecewa di sana.
Seok Jin jadi semakin terkejut. Seorang Yoon Gi yang sampai mati hanya akan memikirkan Ye Na sekarang sudah tidak pernah berhubungan lagi dengan gadis itu. Bahkan menolak ayah Ye Na yang jelas-jelas ada kelemahannya? Ada apa dengan Yoon Gi?!
"Dia sudah menolak beberapa kali saat aku mengajaknya menemui ayah. Saat ayahku kritis dulu Yoon Gi sering menemaninya. Ayah juga sudah menganggap Yoon Gi sebagai anak sendiri. Tapi melihat gelagatnya akhir-akhir ini, aku jadi takut ia benar-benar akan pergi dari kehidupanku." Ucap Ye Na lagi. Meskipun dulu dia berharap Yoon Gi tidak mengikutinya kemanapun ia pergi, namun dilubuk hatinya ia merindukan pria itu.
Dari percakapan mereka, Seok Jin pun menyadari sesuatu. Yoon Gi mungkin sudah jatuh cinta pada Ha Na, dan itu membuat kesempatannya makin menurun karena Yoon Gi memiliki posisi yang lebih superior sebagai suami Ha Na.
Ia masih belum bisa melepaskan Ha Na bersama dengan adiknya. Ha Na adalah miliknya. Dia yang pertama kali jatuh cinta pada perempuan itu, menjadi lelaki pertama yang memberikannya perhatian, dan jika ia tidak mendapatkan Ha Na seutuhnya, ia akan merasa dirinya benar-benar gagal dan ia benci kalau harus gagal hanya karena Min Yoon Gi.
Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah membuat Ye Na kembali pada posisinya di hati Yoon Gi. Ada ide yang hinggap di kepalanya, namun ia masih tidak yakin dengan hal itu. Pikiran itu buyar saat Ye Na kembali berbicara.
"Jadi hari ini, aku mohon bantuanmu. Mungkin kau bisa membujuk Yoon Gi untuk menjenguk ayahku... " ucap Ye Na ragu, tahu karena hubungan mereka kurang baik. Namun, ia sudah tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa, sedangkan ayahnya butuh Yoon Gi secepatnya.
"Aku tidak bisa janji. Yoon Gi bukan orang yang bisa mengubah pikirannya hanya karena situasi seperti ini. Tapi akan kucoba." Ucap Seok Jin lagi. Ia melihat ada harapan jika Yoon Gi kembali menemui ayah Ye Na, yang mana mungkin saja menguntungkan dirinya. Ye Na yang mendengar hal itu tersenyum lega.
"Terima kasih, Seok Jin-ah." Ucapnya. Seok Jin hanya membalasnya dengan anggukan dan tersenyum pada gadis itu.
***
Malamnya, Yoon Gi pulang membawa makanan. Ia masuk dan langsung meletakkan bungkusan itu . Ha Na yang mencium wangi makanan langsung sumringah.
"Ini apa?" tanya Ha Na.
"Tteokbeokki." Ucap Yoon Gi singkat.
"Kau membelikannya untukku?" tanya Ha Na lagi dengan mata berbinar.
"Tadi dikasih orang. Tidak bisa kuhabiskan sendiri." Ucap Yoon Gi lagi sambil naik ke tangga menuju kamar. Ia memang tidak pandai berkata-kata manis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Real Arranged Marriage [Complete]
Fanfiction"Perjodohan ini hanya akan kulakukan jika calon istriku adalah Park Ha Na." - Min Yoon Gi. "Yoon Gi-ssi... hampir saja aku percaya dengan kata-katamu tadi. Seandainya aku tidak mengingat status kita yang pada dasarnya tidak memiliki kewajiban untuk...