Ha Na membisu. Apa barusan ia melihat Yoon Gi memohon padanya? Ada apa sebenarnya dengan lelaki ini? Lagipula dirinya juga tidak akan kemana-mana. Dia hanya akan bertemu Seok Jin, yang sekarang adalah temannya, bukan lagi berstatus sebagai orang yang dicintainya.
Memang watunya agak cepat, dan Ha Na juga ragu ia akan kembali berpaling pada Seok Jin jika ia bertemu dengan lelaki itu. Melihat Yoon Gi sekarang, membuat sorot mata Ha Na melembut.
"Baiklah. Aku tidak akan pergi." Ucap Ha Na. Benar, ia harus tahu memprioritaskan siapa dalam hidupnya. Dan pria di depannya ini adalah prioritas utamanya saat ini. Mendengar kata itu keluar dari mulut Ha Na, Yoon Gi langsung menarik wanita itu dalam pelukannya.
"Janji?" tanya Yoon Gi. Ha Na menepuk pelan punggunya.
"Iya aku janji." Ucap Ha Na sambil mengangguk, dan seketika Yoon Gi dipenuhi rasa lega. Ia menenggelamkan kepalanya lebih dalam pada ceruk leher Ha Na.
"Kau sudah janji, ingat itu..." Yoon Gi kembali mengingatkan istrinya. Mendengar hal itu Ha Na tertawa geli. Yoon Gi terdengar seperti seorang anak kecil yang akan diajak pergi ke taman hiburan pake janji segala.
"Dasar Yoonmanja." celetuk Ha Na. Wanita itu melepas pelukan mereka. Tubuhnya pegal dan ia mengantuk.
"Ayo tidur. Besok oppa harus bangun pagi." Ucap Ha Na sambil merebahkan diri di kasur diikuti oleh Yoon Gi.
***
Ha Na menepati janjinya. Esok paginya ia bangun dan mengirim pesan kepada Seok Jin. Ia memohon maaf karena tidak bisa memenuhi undangan Seok Jin. Seok Jin yang menerima pesan itu kesal. Ia tahu siapa yang melarang Ha Na bertemu dengannya, pasti Yoon Gi. Ia jadi merasa Ha Na tidak adil. Seharusnya Ha Na juga memberikannya kesempatan untuk mengutarakan hatinya.
Seok Jin jadi gencar dan berusaha menemui Ha Na. Tapi sialnya hari ini Ha Na tidak berlama-lama di kantor. Ia hanya mengantarkan makan siang Yoon Gi dan langsung pulang. Ia tidak mungkin mencegat Ha Na untuk berbicara karena ia lebih mementingkan omongan orang. Ia tau banyak karyawan disini yang tukang gosip, dan ia tidak ingin ada gosip-gosip miring bertebaran tentang Ha Na. Ia tidak ingin nama Ha Na dijelekkan.
Sementara itu, Yoon Gi terlihat mulai tenang, karena Ha Na benar-benar tidak menggubris Seok Jin sama sekali. Bahkan di hari pertunangan Seok Jin, Ha Na tidak meninggalkan sisinya. Ia merasa menjadi orang paling beruntung.
Ha Na kini duduk di samping Yoon Gi, mengambil beberapa hidangan dan memberikannya pada suaminya itu. Kedua orang tua mereka juga ikut bahagia melihat Yoon Gi dan Ha Na yang semakin lengket.
Ibu Yoon Gi dan Ha Na mulai membicarakan dan menanyakan mereka tentang cucu. Ha Na benar-benar tak tahan dengan semua pertanyaan itu. Bukannya apa, dirinya saja masih sering terkejut jika Yoon Gi bersikap manis padanya. Apalagi berbuat seperti itu, sungguh Ha Na tidak pernah terpikir sama sekali.
Ha Na dan Yoon Gi hanya beradu pandang, dan hanya bisa tersenyum dimintai momongan seperti itu. Untungnya Seok Jin dan Ye Na masih sedang melakukan foto bersama jadinya mereka tidak perlu mendengar hal-hal ini.
Rasa canggung akibat ditanyai macam-macam masih juga belum berkurang, malah semakin kuat saat mereka hanya berdua di dalam mobil. Ha Na tidak berani menatap Yoon Gi karena ia yakin mukanya kini seperti kepiting rebus.
Mereka pulang dan bebersih. Yoon Gi langsung ke kamar mandi, membasuh mukanya dan berganti baju. Ia keluar dengan baju kaos oblong putih dan celana training hitam, kesukaannya jika berada di rumah. Dikiranya Ha Na sudah selesai berganti juga namun wanita itu masih kesusahan melepas gaunnya.
"Oppa... Tolong bantu aku melepas ini." Ucap Ha Na sambil masih berusaha menggapai penarik ritsletingnya. Yoon Gi melangkah pelan.
"Naikkan rambutmu." Suruhnya dan menurunkan penarik ritsleting itu, menampakkan punggung Ha Na yang mulus. Ada rasa aneh saat tangannya bersentuhan dengan punggung polos Ha Na, dan Ha Na juga memerah, bergidik merasakan sentuhan Yoon Gi yang tak disengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Arranged Marriage [Complete]
Fanfic"Perjodohan ini hanya akan kulakukan jika calon istriku adalah Park Ha Na." - Min Yoon Gi. "Yoon Gi-ssi... hampir saja aku percaya dengan kata-katamu tadi. Seandainya aku tidak mengingat status kita yang pada dasarnya tidak memiliki kewajiban untuk...