First of all: sorry bukan update.
Katanya bab ini kosong, ini beneran kosong? Udah aku coba publikasi berkali-kali :(
Bagi yang nggak tau Hybrid itu semacam apa, silakan baca part "Hybrid itu apa?"
Kalau masih gak paham, deritamu~
***
"Chanyeol, ayo ke kafe. Aku yang traktir," Jongdae menepuk pundak Chanyeol yang sibuk membereskan buku dan laptopnya.
"Tidak, Dae. Aku ingin pulang. Aku mengantuk."
"Ayolah, Bung. Aku yang traktir, ini," bujuk Jongdae.
"Maaf, lain kali saja. Aku benar-benar lelah. Semalam aku lembur untuk mengerjakan presentasi," tolak Chanyeol lagi.
"Baiklah, hati-hati di jalan. Aku pergi dulu," pamitnya. Chanyeol hanya mengangguk.
Chanyeol menenteng tasnya dan keluar dari kelas. Angin dingin berhembus cukup kencang, menembus pori-pori, menyebabkan sensasi tertusuk jarum pada permukaan kulit. Si pemuda dengan tinggi 186 sentimeter itu berdecak kesal, ia mengutuk dirinya yang dengan ceroboh hanya memakai hoodie tipis. Padahal, suhu udara semakin menurun saja tiap harinya.
Kakinya yang panjang membawa tubuhnya pergi meninggalkan kampus. Tak jarang, beberapa junior dan senior menyapanya di jalan. Chanyeol memang cukup populer di kampus. Bukan hanya dari tubuhnya yang tinggi, wajahnya yang tampan, tetapi otak jeniusnya terhadap musik membuat hampir seluruh gadis rela bertekuk lutut untuknya. Suaranya pun tak kalah indah, menjadi salah satu suara yang dinantikan oleh setiap orang. Meskipun ia cukup pendiam dan tidak terlalu suka bergaul, tetapi fansnya selalu bertambah setiap waktu. Karakternya yang seperti prince ice tersebut justru menjadi daya tarik yang besar.
Chanyeol bergidik ketika angin kembali berhembus. Ia memasukkan telapak tangan ke dalam saku celana jeans yang ia kenakan.
"Sebentar lagi," gumamnya. Ia sudah melewati 1 halte. Jarak dari kampus ke apartemennya hanya dipisahkan 2 halte. Cukul berjalan selama lima belas menit dari rumah, untuk ia sampai ke kampus.
Chanyeol mendesis kala tetesan dingin mengenai pelipisnya. Ia mendongak, menatap langit yang mulai menjatuhkan gula kapas dingin. Salju pertama telah turun.
"Ungg~ nyaa." Suara rintihan mengehentikan langkah Chanyeol, tepat di depan halte ke dua. Ia melirik ke sana kemari, tetapi tidak ada seorang pun yang ia temui. Pikiran buruk mulai menghantui. Ia melangkahkan kakinya lebih lebar. Nahas, kakinya yang panjang itu justru hampir menyebabkan ia terjungkal. Sebuah kotak besi tak sengaja ia tendang, membuat ujung kakinya cukup linu. Suara rintihan terdengar semakin keras.
Chanyeol menatap kotak besi, yang ia ketahui sebagai kandang kucing, tergeletak miring di depannya. Sebuah kertas seukuran B4 dengan tulisan PLEASE TAKE ME HOME tertempel di depan pintu kandang. Si pemuda tiang itu berjongkok tepat di depan kandang, ia mengintip isi di dalamnya. Seorang atau seekor, entahlah, hybrid kucing dalam keadaan telanjang, meringkuk dan menggigil di dalamnya. Hanya ada selembar kain yang digunakan sebagai alas. Entah sudah berapa lama hybrid itu ditinggalkan pemiliknya di udara yang super dingin ini, bahkan dalam keadaan telanjang.
Harusnya, Chanyeol yang notabene pemuda cuek itu bisa dengan tega mengabaikan sesuatu. Harusnya, ia biarkan saja hybrid itu tetap di sana dan dipungut orang lain kalau beruntung. Atau, biarkan saja mati kedinginan. Toh, itu bukan salahnya. Pemiliknya yang salah karena meninggalkan hybrid itu. Chanyeol pun tak memiliki tanggung jawab apapun terhadap hybrid itu. Ya, harusnya seperti itu. Namun, suara rintihan pilu dari sang hybrid mengacaukan kerasionalan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyeol's Cutie (ChanBaek)
FanfictionDi akhir bulan Desember, ketika salju pertama muncul, seorang pemuda tinggi berjalan lesu melewati halte bus. "Sebentar lagi," gumamnya. Tubuhnya sangat lelah, belum lagi udara lebih dingin dari hari sebelumnya. Membuatnya ingin segera masuk ke dala...