11. Perhatian lebih

645 21 0
                                    

Perhatian yang di kasih lebih sama seseorang yang di sukai, apakah itu sungguh-sungguh? Atau hanya rasa kasihan?

.
.
.
.

Happy enjoy^^


Aril menarik Ninik ke taman belakang sekolah, menyuruh Ninik untuk duduk di kursi taman.

"Nik, kenapa lo bisa ribut sih sama Lina?"

Ninik hanya mengangkat bahu acuh, dan menatap Aril dalam.

"Mana gue tau, tiba-tiba aja dia dateng ngalangin jalan gue, Ika sama Gina pas mau ke kantin."

"Ada masalah apa lo sama Lina?"

"Gue ngga punya masalah sama Lina, dianya aja yang cari masalah sama gue."

"Tapi, lo ngga papa kan? Lo ngga di apa-apain kan sama Lina selain di jambak rambut lo?"

Ninik menganga mendengar pertanyaan Aril yang bertutur sambil memeriksa Ninik dengan membolak balikan tubuh Ninik, membuat Ninik kesal dengan tingkah yang berlebihan dari Aril.

"Apaan sih, gue ngga papa. Cuman liat, rambut gue berantakan gara-gara Lina. Ngga usah lebay deh Ril, kaya ngga biasanya aja lo kaya gini sama gue?" Ninik menatap Aril dengan pandangan menyelidik, takut ada maksud apa-apa atas perlakuan Aril yang berlebihan itu.

"Kenapa lo natep gue kaya gitu? Oh gue tau, lo kira gue kaya gini ada maunya kan?" Aril menatap Ninik begitu dalam.

"Ya, bisa aja kan lo kaya gini pasti ada maunya." Ninik memutuskan pandangannya ke depan, tak ingin lama-lama membuat kontak mata dengan Aril.

"Ngga ada Nik, gue kaya gini ngga ada maksud apa-apa. Tapi gue takut aja lo bakal di ganggu terus sama Lina."

Ninik menatap Aril lagi.

"Ck, tumben lo ngebela gue. Biasanya lo lebih ngebela Lina dari pada gue. Kerasukan apa lo?" Ninik mengucapkan itu dengan sinis memandang Aril sekaligus aneh.

"Apaan sih, kan lo pacar gue. Ya wajar dong gue kaya gini sama lo."

"Ya ngga gitu juga, perhatian sih boleh tapi ngga selebay itu juga kalee."

Aril mengahadap Ninik sepenuhnya, memandang gadisnya yang masih badmood akibat tadi.

"Ya suka-suka gue dong mau cara perhatian gue ke lo gimana? Gue yang punya hak."

Ninik sudah jengah dengan Aril yang tak ingin mengalah, masih saja membahas itu.

"Tau ah. Kesel gue!"

Ninik beranjak dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Aril yang memanggilnya tak segan Aril juga menyusulnya dan sudah tepat berada di sampingnya.

"Mau kemana sih?"

"Kantin, haus gue adu mulut sama lo! Bikin panas dingin tau ngga."

"Ya elah, b aja kali ngomongnya sama gue ngga usah ngegas."

Dengan sentainya Aril merangkul bahu Ninik dan berjalan beriringan di koridor sekolah menuju kantin, jadi ada beberapa pasang mata yang menatapnya iri, kagum, ada juga yeng menatapnya tak suka. Entahlah, Ninik tak mau memikirkan itu, yang di butuh sekarang adalah es lemon tea kesukaanya saat dia sedang badmood.

Ninik juga sedikit tidak nyaman dengan tangan Aril yang merangkulnya, ini kan di sekolah, jelas saja Ninik tak nyaman.

"Ril, bisa ngga sih jalan biasa aja ngga usah ngerangkul?"

Terlanjur Sakit [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang