12. kencan ke dua

591 21 0
                                    

Tak pernahku rasa, rasa kebahagiaan saat bersama denganmu. Entah hanya sementara, atau hanya belas kasihmu padaku.

.
.
.
.

Happy enjoy^^

Bel pulang berbunyi, menandakan telah usainya jam pembelajaran hari ini.
Ninik bernafas lega setelah mendengar bel pulang, pasalnya jam terakhir hari ini adalah pelajaran ekonomi yang sudah membuat matanya berat sekaligus jenuh saat pelajaran ekonomi yang sama sekali tidak di sukainya.

Jurusan saja IPA, tapi kenapa ada ekonomi? Di tambah harus ada geografi. Sungguh membosankan.

Setelah guru tersebut mengisyaratkan untuk membereskan peralatan tulis kepada muridnya, dan langsung meninggalkan kelas.

Ninik teringat janjinya dengan Aril beberapa saat yang lalu, Aril ingin mengajaknya jalan. Entah yang keberapa kali Ninik dan Aril jalan, tapi tak sesering yang readers kira^^.

Jarang-jarang Aril mengajaknya jalan, itupun masih bisa di hitung pakai jari.
Mungkin Aril sedang berbaik hati padanya, memberikan perhatian pada Ninik dan tentu itu menimbulkan efek berlebih bagi Ninik tersendiri.

Sesegera mungkin Ninik memasukan semua alat tulisnya kedalam tas, membuat Ika teman sebangkunya mengerutkan keningnya melihat kelakuan Ninik.

"Lo kenapa sih Nik? Buru-buru amat. Tenang, kalo lo mau minta tanda tangan sama gue, ngga usah buru-buru gitu. Gak bakal kehabisan stok tanda tangan gue kok santai aja."

Ika dengan pedenya berbicara seperti itu pada Ninik dengan gaya sombongnya menatap Ninik, membuat Ninik melihatnya jijik.

"Bacot lo!"

Ika yang mendengar seruan Ninik sontak langsung melototkan matanya, tak terima plus kaget mendengar seruan Ninik yang tiba-tiba.

"Yee b aja dong, gue cuman memberitai."

Ninik memandang Ika jengah, baru saja Ninik membuka mulutnya ingin membalas perkataan Ika. Hp Ninik bergetar, menandakan ada notifikasi masuk. Barang kali dari Aril, Ninik langsung saja mengambil heandpone miliknya dari saku rok abu-abunya.

Jari lentik Ninik bergerak membuka layar ponselnya dengan lincah, seketika dia memandang layar ponselnya.
Benar saja, ini pesan dari Aril, yang berisi 'udah jangan berantem terus, gue ada di depan kelas lo. Ngga kasian apa pacar lo yang ganteng ini menunggu terlalu lama?'

Ninik menganga setelah membaca kata-kata terakhir Aril, pede sekali Aril.

Dengan segera Ninik bangkit dari duduknya, mengambil tas milikya.

"Eh lo mau kemana? Kenapa buru-buru?"

Gina berjalan menghampiri Ninik yang sudah bersiap untuk pergi.

"Mau pulanglah, terus lo mau nginep gitu?"

"Ya gue tau, tapi ngga usah buru-buru juga kalee."

"Gue mau pergi, Aril udah nunggu depan kelas. Gue duluan ya!"

Gina dan Ika hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya ini.

Terlanjur Sakit [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang