17. Pesona Aril Firmansyah

379 17 0
                                    

Pernahkah kalian merasakan jatuh dalam pesona seseorang? Bahkan kalian baru menyadarinya, ketika kedua hati saling mengisi dan ada hati lain yang mencoba untuk memisahkannya.

.
.
.
.


Jan lupa follow me, vote and comen klo ada typo^^

Happy enjoy^^

Ninik sudah berkali-kali mengumpat kecil, kesal karena Ika tiba-tiba pergi meninggalkannya di koridor sekolah sehabis ke Ruang Guru karena di panggil Bu Serly guru pelajaran kimia untuk mengambil buku tulis anak kelasnya yang waktu itu di kumpulkan, berakhir Ninik semua lah yang membawa semua buku anak kelasnya, Ika bilang sih katanya kebelet boker, tiba-tiba perutnya mendadak mules jadi dia buru-buru pergi tanpa mendengarkan ucapan Ninik yang ingin memprotes.

Ya setidaknya kasih alasan tuh yang jelas, supaya dapat di mengerti, Ninik juga butuh pengertian tidak seenaknya saja meninggalkan Ninik di koridor dengan setumpuk buku tulis semua anak kelasnya, memang sih bukunya ngga berat-berat amat tapi jika membawanya sendirikan lumayan beratnya apalagi badan Ninik yang bisa di bilang mungil ini.

"Ck, apaan sih. Masa gue di tinggal sendirian, temen macam apa kaya gitu."

Menggerutu di sepanjang jalan, mengumpat kecil yang Ninik lakukan saking kesalnya. Berjalan pelan tanpa minat, dan sesekali menghembuskan nafas kasar meratapi nasibnya.

Saking malasnya berjalan, Ninik yang sedang berjalan menunduk berhenti seketika melihat ada sepasang sepatu yang familiar di depannya mengehentikan langkahnya.

Ninik perlahan mendongak keatas melihat siapa pemilik sepatu tersebut, seketika tatapannya berubah menjadi datar menatap orang yang ada di depannya, siapalagi kalau bukan Aril Firmansyah.

"Lo kenapa sih?"

"Au ah kesel gue, minggir gue mau lewat."

Baru ingin melewatinya, Aril menahan kembali langkahnya.

"Mau gue bantu? Gue tau lo tuh lagi capek, lagian kenapa bawa sendirian sih bukannya sama temen?"

Ninik menghembuskan nafas sesaat dan membalas tatapan Aril yang menatapnya lekat.

"Tadi gue sama Ika berangkatnya."

Aril mengernyit bingung, pandangannya melirik ke belakang Ninik ia tak melihat sosok Ika di belakang Ninik seperti yang di ucapkan gadis itu.

"Terus Ika mana? Kok sendirian?"

"Iya emang tadi sama si Ika, terus pas di jalan katanya perut dia mules kebelet boker terus main nyelonong aja tuh anak, emang sialan tuh Ika."

Ninik mencuatkan bibirnya kesal, memudahkan Aril menyentil bibirnya pelan.

"Iih, apaan sih! Malah di sentil bibir gue!"

Ninik manik mengerucutkan bibirnya kesal dengan kelakuan Aril.

"Makanya, kalo ngga mau kena sentil, ngga boleh ngumpat apalagi depan gue, kuwalat tau rasa lo."

"Ck, jadi bantuin ngga sih? Ini mau ngebantuin apa mau ngomel? Capek tau gue!"

Aril menggaruk belakang lehernya kikuk, sadar ia hanya menahan Ninik sedari tadi bukannya membantu. Tak mau membuang waktu Aril langsung mengambil alih semua buku yang Ninik bawa, Ninik hanya mendesah lega mengangkat tangannya kebawah ke atas bermaksud untuk menghilangkan penatnya membawa buku.

Terlanjur Sakit [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang