33. Permasalahan (2)

227 15 0
                                    

Kepercayaan dalam sebuah hubungan memang sangat dibutuhkan, bagaimana bisa menjalani hubungan tanpa adanya kepercayaan? Jika memang belum cukup untuk percaya, kenapa mau menjalin hubungan? Jika memang belum sepenuhnya percaya dengan pasanganmu.-

.

.

.

.


Saran aja nih, nanti pertengahan coba putar lagu 'Perlahan' dari Guyon waton. Ngena banget buat adegan pertengahan wkwk

Happy Reading^^

Ninik termenung didalam kamarnya, hanya menatapi langit-langit kamarnya dalam diam. Banyak sekali pertanyaan yang terlintas dalam otaknya, ia masih memikirkan kejadian ketika di alun-alun tadi, saat dirinya bertemu Aril dengan gadis lain.

Padahal, jika di ingat-ingat dirinya sudah menjalani hubungan dengan Aril satu tahun lebih. Tapi mengapa Ninik masih belum tahu semuanya tentang Aril, seperti apa Aril itu sebenarnya? Jika di fikir-fikir, Aril masih banyak menyembunyikan rahasia darinya entah itu apa.

Ninik masih belum sepenuhnya mengerti dengan jalan fikiran Aril, ia seperti terjebak dalam labirin kehidupan Aril. Ia bisa memasuki labirin tersebut, tapi tak tahu jalan keluarnya. Tersesat, dirinya sudah jatuh terlalu dalam terhadap sosok Aril Firmansyah tanpa mengetahui bahwa Aril masih menyembunyikan sesuatu darinya.

Memang sih Aril bukan tipekal orang yang gambang menceritakan tentang masalahnya sendiri, ia juga tipekal orang yang akan menyelesaikan masalahnya sendiri, ia akan bercerita jika memang dia ingin tanpa harus dipaksa. Sejujurnya, Ninik hanya ingin berbagi kisah dengan Aril. Bukannya wajar jika sepasang kekasih saling berbagi keluh kesah mereka satu sama lain? Ah sudah lah, memikirkannya saja membuat kepala Ninik berdenyut, lebih baik diriny segera tidur dan mengistirahatkan raga dan batinnya yang terasa sangat lelah.

*****

"Bang. Bunda belum pulang?" Ucap Ninik ketika dirinya melihat Rasya sedang berada dimeja makan sambil meminum segelas teh hangat.

"Belum. Makan tuh, sudah gue masakin."

"Tumben." Ucap Ninik dengan sedikit menggoda abangnya Rasya.

"Terus siapa lagi kalo bukan gue? Udah untung gue masakin."

"Cielahh ngambekan lo bang kek perawan."

"Lagian nasi goreng doang mah ngga ada apa-apanya." Bangga Rasya menyombonggan diri.

"Cihh. Ini beneran bersihkan ngga lo kasih racun?" Ucap Ninik seraya memasukan sesendok nasi kedalam mulut.

"Ohh jelas gue kasih racun tikus dong. Enak aja makan gratis."

Ninik yang sedang mengunyah makanannya pun tersedak mendengar ucapan abangnya itu.

Sabar, untung abang gue. Batin Ninik.

"Abangg!!" Amuk Ninik menatap jengkel Rasya yang kini sudah tertawa puas sudah mengerjai adiknya.

"Ngga nafsu makan gue."

"Dihh pundung. Makan, kalo magh lo kambuh gimana? Gue yang repot nanti."

"Bodo."

Rasya hanya menggelengkan kepalanya saja melihat adiknya kini sudah mengerucutkan bibirnya.

"Makan. Ngga usah sok cemberut-cemberut gitu, lo jelek jadi makin jelek." Ucap Rasya masih saja menggoda adiknya.

Terlanjur Sakit [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang