Epilog

289 13 1
                                    

Jika pada akhirnya harus berpisah, jika pada akhirnya harus seperti ini, apa yang ingin dilakukan? Ya karena, pada dasarnya manusia hanya berjuang diawal saja, lalu ketika sudah lelah ditinggalkan begitu saja. Manis diawal, pahit diakhir, seperti kamu meminum satu gelas americano yang tak banyak orang menyukainya, karena rasanya yang manis juga pahit diakhir.

.

.

.

Ninik menghembuskan nafasnya berusaha untuk menenangkan dirinya yang tiba-tiba gugup, ia memandang sebuah bangunan yang kini sudah menjadisekolah barunya. Iya, Ninik pindah sekolah, dan ini sudah seminggu ia masuk ke sekolah baruya. Alasan Ninik pindah yaitu karena orang tuanya di pindah tugaskan, dengan berat hati Ninik dan keluarganya juga harus ikut pindah terkecuali abangnya yang memilih untuk tetap stay di Jakarta karena kuliahnya.

Di satu sisi ia senang karena terjauh dari sosok Aril, tapi di sisi lain Ninik tak ingin meningalkan sahabat-sahabatnya. Apa boleh buat? Ninik sudah meminta kepada Ayah dan Bundanya untuk ikut stay di Jakarta bersama abangnya, tetapi tidak diizinkan. Ia juga sudah merengek pada abangnya itu untuk bantu membujuk mereka, dan malah abangnya sama-sama setuju dengan keputusan Ayah juga Bundanya agar Ninik ikut pindah saja, alhasil disinilah Ninik, pada akhirnya ia terpaksa ikut pindah ke Bandung. Persetan dengan fikiran Aril yang mungkin saja mengira Ninik benar-benar pindah sekolah karenanya, ia tak perduli sungguh.

"Ninik!!" Seru seseorang yang kini melabaikan tangannya ke arah Ninik dengan riang. Dianda Celline, teman sebangkunya.

"Nungguin gue yak.." Ujarnya dengan tingkat ke pedean yang tinggi.

"Geer lo." Ninik memutar bola matanya malas, sedangkan Dianda mengerucutkan bibirnya kesal dengan ucapan Ninik.

"Yaudah ayok masuk." Ucap Dianda langsung menarik Ninik beranjak.

Ninik yang hanya diam ketika tertarik pasrah oleh orang disebalahnya ini yang kini sudah menjadi temannya di hari pertama ia masuk sekolah. Dianda Celline, gadis periang juga cantik, tubuhnya yang mungil dengan rambut panjang yang lurus jangan lupakan poni ratanya itu yang menambah kesan imut dalam dirinya.

.

.

Dia Dianda Celline, dengan sikapnya yang ramah dan humble pada semua orang membuat Ninik tak ragu ketika dengan senang hati Dianda memperkenalkan namanya untuk pertama kali pada diriya. Dianda yang mengusir cowok kelas yang menggoda Ninik dengan berbagai pertanyaan, dan diusir begitu saja oleh Dianda membuat cowo anak kelas kita itu mencibir tapi menurut pergi menjauh.

Ninik senang bisa bertemu orang seperti Dianda, kehidupannya disekolah ini jadi tak terasa monoton karena kehadirannya.

Ninik berharap, ia bisa menikmati masa-masa SMA nya disekolah ini tanpa terlibat oleh sebuah perasaan yang rumit. Ia sudah lelah terlibat oleh rasa sakit hati, dan kini ia hanya ingin menikmati masa putih abu-abunya disini.

Ninik sungguh berharap kali ini apa yang ia inginkan bias berjalan dengan yang ia harapkan, menjauh dari kisah cinta yang rumit, menepis rasa suka yang melintas, dan ia hanya ingin fokus pada sekolahnya, jika mungkin ia kembali terlibat oeh perasaan itu nanti.

Ya ngga apa-apa, hidup itu bukan hanya tentang apa yang diinginkan bukan? Dan ngga selamanya akan berjalan sesuai oleh yang direncanakan.

Dan kita sebagai manusia, hanya bias mengikuti scenario yang sudah ada. Ibarat sebuah film, kita hanya bias mengikuti alur dalam cerita yang sudah di buat.

E N D




Halo gaes

Terimakasih yg udah ngikutin cerita ini dari awal sampe selesai

Terimakasih juga yg udah vote and support

Maaf ya karna kelamaan up nya, ya karna aku tuh harus nungguin mood dulu kalo mau up heheh

Harus ngumpulin niat dulu buat nulis

Maaf ya kalo ada kesalahan atau typo, sekali lagi makasih buat yg udah stay tune cerita aku

Maaf juga kalo epolognya sedikit :'

See you next story :)

Terlanjur Sakit [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang