Setiap orang pasti mempunyai prinsip, entah apapun prinsipnya, tapi prinsipku masih tetap mencintaimu walaupun kau sudah membuatku sakit berkali-kali.
.
.
.
.Happy enjoy^^
Pagi yang cerah, tapi tak secerah hati Ninik saat ini. Ninik berjalan di koridor sekolah dengan kepala yang menunduk menatap sepatunya yang berpijak di lantai, melangkah dengan malasnya tanpa ada semangat hidup.
Sudah 2 minggu Ninik dan Aril tak bertukar kabar, sejak saat itulah Ninik tak bertemu Aril. Entah Aril menghindarinya, atau dia sengaja seperti ini karena ingin meninggalkannya, atau sibuk dengan Lina, Ninik tidak tau.
Saat ini Ninik hanya sedang menguatkan hatinya untuk tidak runtuh pertahanannya ketika menahan tangis di depan Aril, jika Aril kembali menyakitinya, mungkin.
Ninik melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelasnya yang masih lumayan sepi, wajar saja masih pagi, Ninik sengaja berangkat lebih pagi hanya untuk menghabiskan waktunya di kelas untuk menenangkan dirinya akhir-akhir ini. Kelas hanya di isi oleh beberapa siswa-siswi saja saat ini, karena masih jam 06.05 wib, masih pagi bukan? Mungkin hanya ada beberapa orang saja yang berangkat di pagi hari, dan itu juga termasuk anak rajin yang selalu berangkat pagi karena terlalu mematuhi peraturan sekolah, takut di hukum jika berangkat siang, sangat rajin bukan?
Ninik mendudukan dirinya dengan malas, menelungkupkan kepalanya di antara kedua lipatan tangannya, memejamkan matanya menikmati alunan musik yang mengalir pada earphone yang terpasang di kedua telinganya.
"Nik."
Panggilan seseorang membuat Ninik terusik dengan ketenangannya, siapa lagi kalau bukan Ika teman sebangkunya. Ninik membuka kedua matanya dengan perlahan, menoleh ke arah samping kirinya yang mendapati Ika yang tersenyum so imut^^.
Lalu melihat kelasnya, yang kini sudah mulai terisi oleh siswa-siswi kelas Ipa 2 yang mulai ramai.
"Tumben lo dateng pagi."
"Kenapa emang kalo gue dateng lebih pagi? Masalah buat lo?" Ninik menatap garang ke arah Ika.
"Wiiih, santai dong ngga usah sinis gitu. Pagi-pagi emosi aja lu."
Ninik hanya mencibir kesal, lalu kembali sibuk mendengarkan musiknya.
"Nik, lo jangan kaya gini terus dong. Gimana hubungan lo sama Aril ngga kaya gini terus, orang lo nya aja diem mulu." Sahut Gina yang sekarang sudah duduk di kursi depan Ninik.
Ninik melepaskan earphonenya yang terpasang di telinganya dan menatap Gina tanpa minat.
"Gin, gimana gue ngga diem aja? Gue capek Gin kaya gini terus, masa iya gue yang minta maaf sama Aril. Disini siapa yang salah? Aril yang salah bukan gue, gue diem. Karena gue mau nenangin diri gue dulu, bukan karena gue ngejauh atau gimana. Tapi gue capek, gue capek karena gue ngerasa disini seolah-olah gue yang salah." Nafas Ninik tak beraturan, seolah-olah dia sudah mengeluarkan semua unek-unek yang dia pendam selama ini.
"Iya gue tau, mungkin Aril ngga ngabarin lo selama 2 minggu itu ada maksudnya. Mungkin dia mau ngehindarin lo dulu supaya lo tuh bisa nenangin diri lo dulu. Jadi lo harus sabar, yang kaya gini tuh udah biasa dalam sebuah hubungan. Ngga ada hubungan yang baik-baik saja dan bakal tenang, semua hubungan itu pasti ada aja permasalahannya. Gue yakin, Aril ngediemin lo tuh, biar lo ada waktu buat nenangin diri lo dulu. Aril juga pasti butuh waktu buat ngejelasin sama lo, jadi prinsip lu tuh harus sabar, oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur Sakit [ E N D ]
Fiksi RemajaSeberapa sakitnya kau menyakitiku, seberapa sakitnya kau mengkhianatiku, seberapa sakitnya aku yang masih tetap bertahan di sampingmu. Sakit bukan, sangat sakit. Aku sudah terlanjur sakit untuk memberimu kesempatan kedua.- . . . E N D