15 - Jauh ("Iya, kamu nggak salah dengar,")

763 100 25
                                    

Satu minggu tanpa bertemu atau chat dengan Wonwoo, aku sadar, rasanya sepi. Tidak ada lagi perasaan tubuhmu ringan akan gombalannya, atau sekedar ucapan gamblang Wonwoo, seperti; aku rindu. Untuk kali ini, aku tahu, bahwa aku yang merindukannya.

Satu minggu semenjak tatap muka terakhir dengan Wonwoo di UKS, aku hanya bersikap biasa saja. setidaknya, itu yang kupikir harus aku lakukan. Selama itu, seluruh waktu aku habiskan bersama osis. Dan tepat hari ini, segalanya kami lampiaskan. Puncak acara HUT sekolah dimulai.

Satu minggu tidak ada hadir Wonwoo, aku sibuk mencari tahu kabarnya. Melalui Mingyu dan Hoshi. Tapi lebih gencar ke Mingyu karena menurut cerita, Wonwoo banyak terbukanya ke cowok tinggi itu. Ya, kira-kira aku hanya berani begitu, sekurang-kurangnya, masih meragu dan bertanya. Memang aku siapanya?

Kata Mingyu, selama satu minggu terakhir, Wonwoo memfokuskan diri dalam ajang putra-putri sekolah. Kata Mingyu juga, selain banyak belajar, Wonwoo makin nakal. "Wonwoo mulai sering ngerokok, kadang minum." Jelasnya waktu dia sedang latihan gate-ball di sekolah.

Aku kaget yang memang sangat-sangat terkejut. Jelas sekali masih dalam ingatanku, bahwa Wonwoo bilang dia bukanlah bagian dari Amor, Wonwoo hanya ikut nongkrong dengan komplotan itu. Tapi, Wonwoo juga mengatakan dia berhadapan dengan rokok karena stress, lantas apa yang terjadi kepadanya.

Ketika tahu soal itu, aku marah ke Mingyu. Kutebak Wonwoo berubah karena sering kumpul bareng anak-anak Amor dan Mingyu salah satunya. Tapi Mingyu menyanggah, "Aku bahkan nggak berani ngerokok, Kak, tapi kalau minum memang iya. Itu lumrah."

Oke, akhirnya sore itu, aku kembali ke ruang osis dalam keadaan galau parah. Aku pergi meninggalkan Mingyu setelah menitip pesan untuk terus menjaga Wonwoo, membantunya, dan memberiku kabar terbaru soal cowok itu.

Dan selama satu minggu, di setiap malam, aku membaca ulang isi forum chat bersama Wonwoo. Ah! Ini dia derita gadis perindu hati.

***

Dari kejauhan, aku tetap bisa merasakan aura bahagia yang terpancar dari mata seorang Jeon Wonwoo. Panggung yang berada beberapa meter di hadapanku, menampilkan dengan bangganya Wonwoo yang terpilih sebagai putra sekolah. Hari sudah semakin siang.

"Itu, pacarmu, menang." Goda Jihyo. Kami lagi duduk di sebuah kursi deret depan kelasku.

"Memang siapa pacarku?" Aku balik nanya walaupun tahu yang dia maksud adalah Wonwoo. Tapi, kami tidak pacaran, ada apa-apa saja tidak.

"Bukan pacar, sih, tapi kok sayang," Celetuk Jennie. Aku diam.

"Beneran sayang, nggak?" Tanya Dahyun kali ini.

"Nggak tahu, ya," Aku bangun, kembali merapikan seragam kerja harian osisku lalu menatap mereka. "Aku nggak gitu ke Wonwoo, kok."

"Coba deh kamu jujur sama perasaanmu. Tanpa kamu bilang, kita tahu kalau kamu sayang sama dia." Ucap Jihyo yang perlahan mulai serius. Dua temanku yang lain juga sama.

"Jihyo, aku gak mau kecewa lagi."

"Jangan jadi pengecut untuk nggak berani nerima kecewa. Jangan menyesal karena nggak berani membuka hati. Nggak semua cowok berengsek kayak yang dulu," Tambahnya lagi. Duh, ya, aku tahu, senakal-nakalnya Jihyo, dia tetap yang paling bijak.

"Masalahnya, kalian pasti nggak lupa sama adik kelas yang namanya Kyulkyung itu. Belum lagi yang aku cerita soal username cewek yang dia reset jadi emoticon. Maksudnya apa, ya udahlah, aku nggak tahu." Kataku malas.

Toward Dusk | wonwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang