20 - Baikan ("Kangenku ke kamu jauh lebih besar.")

695 93 9
                                    

"Kyulkyung!.." tangan yang sebenarnya bisa aku gunakan untuk menarik rambut Kyulkyung, malah aku pakai sebagai upaya untuk melepaskan tangan cewek itu. Ini sakit, kalian mengerti?

"Aku sabar sama Kak Minhwa selama ini," Kyulkyung berbicara, masih menjambak rambutku, suaranya tertahan, "Apa sih susahnya melepas Wonwoo supaya dia bahagia?!"

Papa dan Mama Wonwoo bergerak panik, mereka yang melerai kami berdua. Mamanya menjauhkan Kyulkyung dariku, Papanya menahan bahuku. "Kyulkyung, aku nggak pernah merasa buat salah ke kamu."

"Dari sejak Kak Minhwa suka ke Wonwoo, kakak udah cari masalah sama aku, Kak," tegas Kyulkyung, dia menampik tangan Mamanya Wonwoo, kemudian jalan memutar menuju ranjang Wonwoo.

Di sana, aku menangis, tanpa sengaja melirik Wonwoo yang menatapku terluka.

"Tante minta maaf atas nama Kyulkyung, ya, sayang?" Mamanya mengusap kepalaku yang perih, "Maaf, tante nggak bisa bela kamu lebih dari ini."

Dan pada saat Mamanya tersenyum tulus ke arahku, aku makin terisak. Entah kenapa hatiku kini yang sakit, melihat Mama Wonwoo yang memang tampak seperti manusia penuh ikhlas. Papanya menuntunku keluar UGD, beliau tidak pernah lepas menepuk bahuku untuk menenangkan.

"Wonwoo sering cerita soal kamu," ucap Papanya. Kami berjalan menuju minimart karena aku bilang ada Seokmin menunggu di sana. "Om sama tante bisa tahu seberapa sayang dia ke kamu, Minhwa."

Aku tidak membalas. Masih menangis dan otakku tidak bisa dipakai sementara.

"Kepalamu masih sakit?"

"Sedikit, Om.."

Papanya terkekeh, "Kami juga tahu kalau Kyulkyung punya rasa yang besar ke Wonwoo. Awalnya om dan tante nggak pikir panjang, bahkan menyangkal itu karena kalian masih SMA, tahun pertama."

"Om..."

"Di sini kami berdua yang salah, om dan tante kurang berani tegas sebagai orang tua untuk Wonwoo. Buat kamu juga Minhwa, om mohon maaf."

Pergerakan kami berhenti yang ternyata sudah sampai di minimart. "Om, makasih... Minhwa boleh titip salam untuk Wonwoo? Kayaknya Minhwa nggak akan bisa jenguk dia."

"Kamu sayang juga ternyata ke anak om?"

Aku senyum. Papanya juga.

"Iya, nanti om sampaikan, kamu jaga kesehatan, ya, Minhwa."

Dengan begitu, Papanya kembali ke UGD. Sedangkan aku, sudah menelan rindu hari ini, sampai satu minggu ke depan.

***

Masih ada dua minggu sebelum tingkat akhir masa sekolah menghujamku. Yang kata Kak Minho ketika dia bercerita, kelas tiga merupakan saat terindah karena bisa merasakan realita menjadi seorang 'Dewa'. Klise, kan? Tapi sekolahku samarnya lumayan menjunjung tinggi senioritas.

Mungkin sedikit yang berani ke kakak kelas, pengecualian untuk Kyulkyung. Dan itu membuat teman-temanku gerah, apalagi Jihyo.

"Sumpah ya!" geramnya, "Kalau dia jambak Minhwa depan mataku, serius aku labrak itu bocah!"

Dahyun yang memang satu-satunya orang yang mengenal Kyulkyung membuka suara, "Ibunya Kyulkyung ketua komite, dong, nggak salah kalau dia punya lagak."

"Ya nggak mesti gitu juga lah!" Jihyo marah. Memang, diantara kami ber-4 Jihyo yang paling mudah emosinya dipancing. Dia tidak segan melabrak adik kelas yang berbuat semena-mena padanya.

Toward Dusk | wonwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang