27 - Kuliah ("Ada tapi dia nggak kayak kamu.")

615 75 26
                                    

⚠️ part paling halu, paling (aku pribadi) lemah banget waktu ngetik, apalagi baca ulangnya nangis⚠️


⬇️⬇️
1,5 years later..

Tidak semua sejalan dengan apa yang kita mau. Tidak semua bertahan abadi. Bisa nanti dia yang akan pergi dari sisimu, mungkin juga aku yang hilang darimu, dan tidak menutup kesempatan kau juga sama. Bukan salah dia, bukan juga aku, pun kau. Hanya memang seperti itu jalannya.

Maka dari itu, aku hanya diam tanpa memaksa, juga tidak menyalahkan Wonwoo. Aku tidak menyerah, tapi waktu yang menyuruhku berserah. Hanya satu sebenarnya percayaku, bahwa orang-orang yang tidak sevisi denganku, lama-lama mereka akan pergi. Namun Wonwoo, bukan pergi yang seperti itu. Posisinya yang berubah.

Selamat datang di dunia perkuliahan. Aku kalah berjuang melawan kesibukan, padahal Wonwoo dulu selalu ada buatku di setiap saat. Aku ingat sekali bagaimana semangatnya Wonwoo dalam mengantarku ke akademi untuk pelajaran tambahan, pura-pura menjadi pesaingku untuk menjawab soal, mengikutiku mendaftar perguruan tinggi, menungguku tanpa kenal lelah sampai ujian berakhir.

Wonwoo yang selalu ada untukku, meski aku tetap memprioritaskan kuliah dari segalanya. Aku menyesal, tapi Wonwoo menyuruhku jangan.

"Kamu sibuk kalau aku telepon?" tanya Wonwoo dari seberang. Omong-omong, dia sedang libur, dan aku sangat bangga karena Wonwoo lulus dari SMA dengan predikat nilai terbaik.

"Aku lagi di perpustakaan. Nggak pa-pa kalau mau cerita," aku menaruh laptop, serta beberapa buku yang menemaniku siang ini, "Kenapa?"

"Kamu apa kabar?"

Aku terkekeh. "Kamu baru nanya kabarku hari minggu kemarin, Wonwoo."

Lama diam tanpa balasan dari Wonwoo, yang terdengar saat itu hanya deru napasnya yang memberat. "Hari minggu lima hari lalu. We used to talk nonsense like this for, everyday."

Kini giliranku yang diam. Aku mengaku salah, semenjak mengubah title sebagai seorang mahasiswa, aku yang tidak pernah ada untuk Wonwoo. Aku yang pergi darinya karena urusan kami berbeda. Aku yang jahat kepada Wonwoo, karena kekuranganku dalam mengatur lain-lain. Di hubungan ini, Lee Minhwa yang egois.

"Halo? Kamu masih di sana? Aku kangen."

"Kamu sibuk, Wonwoo?"

"Jawab pertanyaanku dulu, Minhwa."

"Wonwoo—"

"Jadi kamu apa kabar? Gimana tugas-tugasmu? Udah makan? Aku masih disini."

Dalam hati aku ingin sekali berkata; Tenang, sayang. Aku juga disini, rindu kamu.

Namun aku sadar, ucapan itu tidak seharusnya aku katakan usai meninggalkannya bak pengecut. "Aku baik. Tugas-tugasku lancar, aku belum makan, sih. Aku juga masih di perpustakaan."

"Oke."

Aku melirik waktu yang terpampang dari dinding perpustakaan, tepat saat itu sosok Dahyun mulai datang. Aku memintanya duduk sementara kembali ke Wonwoo, "Hei. Aku telepon kamu nanti, bisa? Aku pulang kira-kira sore, Dahyun udah sampai dan tugasku harus dikumpul nanti malam."

"Oh iya."

"Maaf, Wonwoo. Kamu istirahat, bye." and I love you, Jeon Wonwoo.

Toward Dusk | wonwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang