09.. PELARIAN

1.3K 68 0
                                    

..

"Bawa kembali gadis itu!"

"Siap tuan!" puluhan langkah kaki bergerak secepatnya saat dobrakan pintu itu tertutup dengan keras.

Ini tidak akan sia-sia, pelarian nya tidak akan sia-sia.

Drap! Drap! Drap!

"Tolong aku Rey, tolong aku.."

"Heyy! Berhenti!"

Derap langkah kakinya sudah tidak bisa bertahan lagi, namun Tuhan selalu ada, matanya tak sengaja menangkap suatu truk tua yang rusak dan berkarat, dengan langkah cepat dia melompat masuk kedalam truk tersebut hingga diam dengan penuh ketakutan.

"Kemana gadis itu?" matanya terpejam rapat saat sebuah tangan menyentuh bagian pinggir samping tubuhnya.

"Kemungkinan dia masih disekitar sini," ucap salah satu lainnya.

"Baiklah! Sekarang kalian berpencar dan aku akan mencari di sekitaran sini,"

"Baik!"

'Seseorang..kumohon tolong aku!'

Air matanya menyeluruh dengan terisak tak bersuara, kakinya yang sakit dan lecet membuatnya tak mampu bergerak lagi hingga suatu harapan kecil yang dia punya.

'Rey'

.FLASHBACK OFF.

"Sayang, kamu dimana?" hatinya resah dan penuh khawatir, sudah hampir satu jam dia mencari kekasihnya, namun sekali lagi nihil tanpa jejak.

"Halo? Jore, kamu harus membantuku. Kekasihku dalam bahaya. Baiklah."

"Apa yang terjadi?" matanya menangkap beberapa orang yang tengah mengelilingi sesuatu, dahinya mengernyit saat bayangan seseorang menyadarkan dirinya.

"Ck, kenapa aku harus mengurusi orang-orang itu, lebih baik aku mencari Yula." kemudian mobilnya berjalan melalui segerombolan orang itu dan jujur sebenarnya dia penasaran tapi, sekali lagi.

"Maaf pak, ini ada apa ya?" tanya nya pada seorang bapak-bapak yang kebetulan ada disana.

"Oh ini mas, ada mayat didalam truk, kami tidak bisa membukanya karena terkunci dari dalam." bapak-bapak itu menunjuk sebuah truk tua yang sudah tak layak pakai dan juga berkarat di sekelilingnya. Seketika matanya membulat besar, itu kekasihnya, itu kekasihnya.

"Tidak! Pak tolong dia kekasih saya pak! Saya mohon bantu saya! Yula, sayang. Bertahanlah sayang.."

"Wanita itu kekasih mas, dia sudah meninggal, ditubuhnya banyak luka sayatan dan juga kondisinya sangat tidak memungkinkan lagi."

Bugh!

"Jaga bicara anda. Kekasih saya belum meninggal, dia masih hidup. Tidak bisakah kamu melihat dia menatapku, hah!" beberapa orang sempat menangkapi Rey yang sudah diluar kendali, selain itu pemuda yang tadi menyebutkan bahwa kekasihnya telah meninggal membuat emosinya kian memuncak.

"Berikan aku kunci truk ini!"

"Maaf mas, bukan kami tidak mau membantu tetapi truk ini sudah tua dan juga sudah tidak berfungsi lagi tiga tahun ini, kami tadi mencobanya untuk membuka tapi tidak bisa terbuka, kuncinya patah."

"Begitukah. Aku akan membukanya dengan tanganku sendiri,"

"Tapi mas itu terlalu berbahaya untuk anda, sebaiknya kita menunggu polisi datang." seakan hanya angin lalu saja, Rey melangkahkan kakinya kebelakang, menatap Yula dengan penuh cinta.

'Aku akan membalaskan apa yang pria itu lakukan padamu, sayang.'

'Lebih daripada yang dia lakukan padamu,"

Brughh!

"It's okay, baby. It's okayy.."

"Tolong telepon ambulan." semua orang menatap pada Rey dengan tatapan sedih bercampur senang, pria itu yang kini sedang memeluk tubuh Yula dengan erat, sambil menunggu ambulan datang.

"Bagaimana keadaan nya Zal?" Rey dengan cepat menyerbu Rizal yang berprofesi sebagai dokter di RS dimana kekasihnya di bawa tadi. Rizal adalah sepupu angkatnya yang kebetulan berada di indonesia untuk memimpin suatu RS yang diwariskan oleh almarhum keluarganya.

"Dia baik-baik saja, tidak ada luka yang serius dan juga aku tidak melihat akan adanya sayatan suatu benda tajam."

"Apa maksudmu?"

"Begini Rey, wanitamu hanya mengalami drop karena darahnya menurun dan aku tidak melihat apapun luka yang ada pada tubuhnya." Rey menatap lurus dengan kepalan tangannya yang menguat.

"Ternyata dia anak buahnya pria itu. Apa pria itu pikir aku bodoh, tidak sia-sia aku memukulnya tadi."

"Kamu memukul siapa Rey?" Rey menatap pada Rizal lalu kemudian tersenyum tipis.

"Anak buahnya Rafiq."

"Apa? Ma-maksudmu Mr-Rafiq, ayahnya Yula." Rey mengangguk seraya menatap pada sepupunya itu yang ternyata begitu sangat terkejut.

"Pasti masalahnya sangat panjang, bukan."

"Intinya hubungan antara aku dan pria itu masih belum berakhir, kalau sampai kekasihku terluka gara-gara dia maka kamu harus menjadi orang pertama yang melihatnya tersiksa."

"Tenangkan dirimu Rey, aku tidak bermaksud membela pria itu namun kamu juga harus memikirkan perasaan Yula, mungkin sebagian orang berpikir semua itu ada alasannya." ucap Rizal dengan pelan tak mau membuat emosi Rey semakin meninggi.

"Tapi anak buahnya sudah aku kirim ke tempatnya,"

"Rey, ini bukan dirimu."

"Kamu harus tahu aku Zal, siapapun yang berani menyentuh milikku atau bahkan sampai melukainya maka siap-siap saja ada tempat khusus yang sudah aku persiapkan untuk mereka."

"Sudahlah Zal, aku tahu aku salah tapi aku juga tidak sanggup melihat kekasihku tersiksa kerena pria itu,"

"Aku ingin menemui Yula, aku boleh masuk kan?" Rizal tersenyum dan mengangguk. Rey kemudian berjalan melewati Rizal dan masuk kedalam ruangan putih tersebut.

"Hallo? Dia sudah mulai bergerak. akan aku pantau, sejauh ini hanya dari sumber tidak langsung datang. Kemungkinan hanya itu. jebakan? Baiklah, okey akan aku kerjakan untukmu."

Kedua mata itu menatap kedalam ruangan inap tersebut, senyuman tipis tercetak di kedua sudut bibirnya saat melihat kedua mata yang berada didalam sana, saling memandang dengan penuh cinta.

'Perjalanan mu masih jauh, Rey.'








..

HAYYYYYYY😀😀😀
HAY READER HAY READER, AUTO KEMBEK LAGII, MAAFKHUN MAAFKHUN KALAU GABUT ITULAH NAMANYA LAGI MOOD DOWN..
HAHAHA😅😅😅
NEXT YAAA😇

WITH LOVEYOU #Siregar-2- [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang