..
.YULA.
Masih terasa berat untukku melepaskan Rey, kekasihku itu pergi. Matanya yang indah menatapku serupa dengan senyumnya.
"Jaga dirimu sayang, aku akan sangat merindukanmu." ucapnya sembari mengusap kepalaku.
"Kamu juga ya. Janji jemput aku."
"Aku janji, sayang." sekali lagi sebuah kecupan manisnya itu mendarat dikeningku.
Aku menatap punggung milik kekasihku itu yang perlahan memasuki pesawatnya, aku melambaikan tangan dan tersenyum saat senyuman yang disana itu terlukis indah bersamaan dengan suara deru mesin pesawat yang lepas landas ke udara.
Langkah kakiku berjalan meninggalkan bandara, siapa sangka walau di Indonesia aku hanya mendapatkan kasih sayang bunda namun disini aku bisa mendapatkan semuanya. Papa Chiko dan Mama Venaya, serta Mara dan Mora, mereka sekarang adalah hidupku sama lebihnya dengan bunda.
Namun kini yang hanya menjadi pikiranku adalah bunda, apakah bunda baik-baik saja disana? Aku tahu kalau bunda sangat mencintai ayah namun ayah tidak pernah bersikap lembut kepada bunda, jangankan bunda aku saja selalu menjadi umpannya untuk kepuasan pria itu.
"Papa di mana ma?" tanyaku pada Mama Venaya yang kini sedang membuatkan bubur untuk Mara, sedangkan Mora entah kemana gadis kecil itu.
"Ada di belakang La, oh iya kamu nanti temenin mama ya,"
"Mau kemana ma?"
"Kita ke supermarket, mama mau beli bahan dapur." aku tersenyum lalu menganggukkan kepalaku. Sesaat itu terdengarlah suara-suara gaduh dari ruang tamu.
Prang!
"Ma?" tanyaku dan mama hanya tersenyum mengangguk.
"Hufhh! Pasti Mora membuat kegaduhan lagi La."
"Kalau begitu ayo ma!"
"Kamu pergi duluan ya, mama panggil papa dulu." aku mengangguk lalu pergi berlari ke arah ruang tamu sedangkan mama kebelakang untuk memanggil papa dengan menggendong Mara.
Aku sedikit terkekeh pelan saat melihat Mora yang tengah duduk santai bersender disofa sambil menonton kartun Doraemon yang juga menjadi kartun Favorit ku. Di samping sofa tersebut ada pecahan kaca dari vas bunga, tanpa menganggu gadis imut itu aku segera mengambil sapu juga skop untuk membereskan pecahan kaca tersebut.
Setelah semua beres aku mengalihkan pandanganku pada Mora, ternyata gadis itu sudah tertidur dengan wajah imutnya. Aku duduk disebelahnya memandangi wajah yang seperti mirip seseorang tapi aku lupa siapa. Sesaat mataku terasa berat hingga akhirnya aku juga ikut tertidur dengan memeluk Mora.
.AUTHOR.
"KAKAK PULANG!"
"Grey! Ssttt ... adikmu sedang tidur jangan sampai kau membangunkan nya ya," Venaya mendekati Grey yang hanya menatap lurus pada mamanya itu dan juga bingung saat matanya menangkap seseorang yang kini sama tertidur disamping adiknya. Itu wajah yang tak asing baginya.
"Siapa ma?" Venaya menatap ke arah sofa lalu tersenyum.
"Kamu tidak mengenali nya Grey?" Grey mengernyitkan dahinya seraya menggeleng pelan.
"Dia Yula. Rey membawa nya ke sini karena masalah keluarganya." ucap Venaya. Tatapan Grey semakin dalam, satu hal dia mencoba menahan untuk tidak memeluk gadis tersebut dan hanya bertahan dengan senyumnya.
"Kamu bahagia?" Grey menatap mata Venaya dan ia pun mengangguk kecil.
"Akhirnya ma, akhirnya setelah lama pergi dia kembali lagi."
..
Waktu masih menunjukkan pukul 10 malam lewat, ketikan di layar monitor itu masih terdengar seiring dengan jari-jari tangannya.
Dahinya mengernyit dalam, saat petikan artikel itu muncul dan memperlihatkan semuanya. Senyuman tipis itu terlukis di bibirnya dengan segera dia bangkit dari duduknya dan berjalan hingga mencapai pintu.
"Halo?"
"...."
"Aku membutuhkan bantuanmu, temui aku segera." tangannya masih menggenggam ponsel dengan tatapan penuh kelembutan saat bayangan tawa manis gadisnya itu membuatnya semakin merindukan Yula, kekasihnya.
Sudah dua minggu Rey dan Yula tidak berkomunikasi selain dirinya yang selalu disibukkan oleh berbagai argumen tentang kebusukan pria yang bernama Rafiq Johan. Pria itu sudah berani mengambil satu nyawa. Tidak, bahkan lebih dari satu dan Rey akan membalaskan sakit hati pamannya dan juga ayah dari sahabat kekasihnya.
"Yula harus tau tentang ini."
Klik
"Berikan telponnya pada Yula."
"Halo sayang? Apa kamu sudah makan? Syukurlah kalau begitu, aku baik sayang dan aku hanya merindukanmu, sangat merindukanmu. Besok aku pulang. Tidak, pekerjaan ku masih belum selesai tapi aku merindukanmu. Ya, tidak ada yang bisa menghalangi ku. Hehe, kamu tahu aku sayang. Ya, jaga kesehatanmu sampai aku datang ya. Aku juga mencintaimu. see you baby."
Rey mematikan sambungan teleponnya dan sedikit mengangkat senyum saat melihat keponakan nya itu yang sedang menatapnya geli.
"Yula akan meninggalkan mu kalau kamu seperti itu terus kak," Rey terkekeh pelan.
"Lalu aku harus seperti apa? Aku tidak suka menjadi orang lain."
"Yaa tetaplah pada dirimu, Pak Rey yang terhormat.."
"Dasar Tuyul."
"Hei! Dimana kamu dapatkan kata-kata itu? Yula dan temanku yang lain saja memanggilku dengan sangat imut."
"Akuilah bahwa panggilan Tuyul itu kan juga imut,"
"Rey!"
"Hahahaha!"
..
APA KABAR YANG DISANA JUGA DISINI😇😇😇
TERKADANG WAKTU PUN BISA MEMBUAT KITA LELAH,LELAH UNTUK BERFIKIR KARENA STATUS😩😩😩
HARI INI HARI SENIN DAN MUNGKIN DI HARI KAMIS-SABTU NANTI AUTO NGGAK BISA UPDATE KARENA DI SEKOLAH AUTO ADA PERKEMAHAN JADINYA FOKUS KESANA DULU. MUNGKIN AKAN LANJUT UP DIHARI SENIN DEPAN,HEHE MAAF YAA..
SEKALI LAGI AUTO UCAPIN TERIMAKASIH BUAT SEMUA READER YANG UDAH SEMPETIN BACA CERITA AUTO YANG MASIH KAKU KAKU IMUT INI HEHE..
BYE..KITA KETEMU DI UP SELANJUTNYA YAA😊
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH LOVEYOU #Siregar-2- [COMPLETED]√
Teen FictionWARNING⚠ PLAGIAT🚫 ''Hai.. Aku Rey Aan Siregar, kalian bisa memanggilku Rey. Kalau kalian membaca nama belakangku itu artinya kalian tahu siapa ayah dan ibuku. Yap! Mereka pasangan yang tak terduga dalam nama cinta atau kalian bisa bertemu mereka di...