10.. JANGAN PERGI

1.4K 61 0
                                    

..

.REY.

Jujur. Hatiku sakit saat menatapnya, melihatnya yang terbaring diatas ranjang putih itu walaupun hanya sekedar tertidur kecil namun sungguh, ini terasa sakit dalam hatiku, jiwaku kosong tanpa senyumnya. Yula-ku. Ku genggam tangannya yang lembut, tersenyum adalah pilihan terbaikku, karena aku tak suka menangis.

"Sayang kumohon bangunlah.." ku usap keningnya yang nampak berkerut dalam.

"Kamu bermimpi buruk, hm. Tenang sayang, aku disini."

Masih tersenyum saat kedua mata itu terbuka, menatapku seraya dengan senyum khasnya.

"Rey." tangannya menggapai di udara dan dengan segera ku genggam membawanya ke bibirku, ku cium punggung tangan kekasihku itu lalu menatapnya lembut.

"Kamu mau sesuatu sayang?" tanyaku. Kepalanya menggeleng pelan.

"Sini," telapak tangannya menepuk ranjang sebagian dari tubuhnya, tersenyum manis seperti biasanya yang aku suka. Aku mendekatinya lalu berbaring disampingnya, memeluk pinggang nya dengan wajahnya itu yang ditenggelamkan didalam dada bidangku.

"Manis."

"Apa?" kepalanya mendongak menatapku, kutundukkan wajahku dan mengecup singkat bibir ranumnya itu.

"Apa yang sudah pria itu lakukan padamu, sayang? Apa dia menyakitimu?"

"Tidak Rey, hanya masalah kecil."

"Kecil. Saat pria tua itu berniat menjodohkan mu dengan pria lain, apa dia pikir aku bodoh." Yula menatapku lembut tangannya terulur mengusap wajahku.

"Dia calon ayah mertuamu, sayang."

"Bukan."

"Berarti aku bukan calon istrimu, bukan juga kekasihmu," mataku menatapnya gusar.

"Itu beda sayang."

"Sama Rey, darahnya ada pada tubuhku. Kalau kamu membenci ayah itu berarti kamu ..."

"Ssstt, jangan bicara lagi sayang, aku tidak akan pernah membencimu, kamu adalah hidupku kamu tahu itu kan."

"Tolong jangan membenci ayah kalau gitu, jujur aku juga membenci nya tapi bunda. Dia masih membutuhkan ayah, bunda mencintai ayah tapi ayah yang ..."

"Sstt, sudah sayang, kumohon jangan menangis." aku membawanya kedalam pelukanku. Yula menangis sesegukan didalam dadaku, dengan perlahan kuangkat tubuhnya untuk berada diatas tubuhku. Ku tatap matanya yang masih berair dengan lembut kusap airmata itu lalu mengecup kedua matanya.

"Kamu tidak akan seperti ayah kan Rey, kamu tidak akan pergi meninggalkan aku kan? seperti ayah ninggalin bunda," ku gelengkan kepalaku kuat, kudekap erat tubuhnya yang kembali bergetar.

"Aku janji sayang, aku janji nggak akan pernah pergi ninggalin kamu, kecuali kamu yang memintanya." ucapku.

"Bawa aku pergi Rey, kita pergi jauh ya, kita hidup berdua aja jangan ada orang lain."

"Kamu mau pergi kemana sayang,"

"Aku bisa tinggal dirumahmu, kalaupun itu aku bisa sekaligus bekerja dirumah mu." aku sedikit terkekeh pelan hingga membuat mata kekasihku itu menatap padaku.

"Tidak ada larangan keras untukmu tinggal dirumah ku, sayang. Kamu tidak boleh bekerja, disana sudah ada pelayan yang mengerjakan semuanya."

"Tapi---"

"Kita kerumah mama saja, karena rumahku masih harus aku renov. Tenang, dirumah mama dan papa hanya adik-adikku karena kakak ku sedang berada di Kanada,"

"Tapi, aku takut Rey." ku usap kepalanya, dan kukecup keningnya itu.

"Nggak perlu takut sayang, mama pasti senang ada yang nemenin dia saat papa pergi ke kantor sekaligus bantuin dia ngurusin dua adikku."

"Tapi aku nggak tahu banyak masak," sekali lagi aku terkekeh geli.

"Emangnya kenapa kalau kamu nggak bisa masak?"

"Bukan nggak bisa tapi nggak tahu banyak. Takut nanti cuman ngerepotin kamu, mama sama papa kamu."

"Nggak sayang, kamu itu pasti diterima dengan senyuman dirumahku, selalu sejak dulu.."

"Sejak dulu? Apa aku pernah kerumahmu sebelumnya?" mataku menatap lembut padanya, sangat susah saat harus mengiringi setiap ingatannya.

"Iya, saat kamu masih kecil kita sering main bersama. Hampir di disetiap waktu kita selalu bersama, bersamaku, bersama kakakku."

"Aku lupa kalau aku pernah.."

"Jangan dipaksakan mengingatnya sayang, itu akan menyakitimu," ucapku saat tiba-tiba tangannya memegangi kepalanya.

"Tapi aku mau mengingat mu, aku mau tahu Rey." kamu tidak akan bisa mengingat ku sayang, sebelum kamu mengingat Grey.

'Cinta abadimu.'

.AUTHOR.

Gambaran mata gelap itu terus melihat kedepan yang menampilkan layar monitor, dingin dan tak terbaca.
Senyuman itu terbit dikedua sudut bibirnya.

"Sebentar lagi sayang," pendengaran nya seketika menajam saat ketukan-ketukan sepatu itu menggema didalam ruangan putih klasik kuno tersebut.

"Rafiq!?" tubuhnya memutar menatap pria yang juga menatapnya dengan tajam.

"Apa kabar sahabatku, sudah lama kita tidak bertemu kan." pria itu berdesis dan mendekatinya. Saat ini kedua mata gelap itu saling menerpa kegelapan didalam ruangan tersebut.

"Apa maksudmu dengan ini!"

PAKK!

"Apa maksud dari semua itu, Rafiq!?" tunjuknya pada beberapa berkas dan juga surat-surat resmi.

"Apa? kau marah? bukankah itu sudah kesepakatan."

"Tapi tidak dengan yang itu. Sudah cukup kau buat aku berpisah dari keluargaku. Kau akan tahu sebentar lagi pintu nerakamu akan terbuka." Rafiq tertawa keras sembari memegang perutnya, lalu kemudian menatap kembali kearah pria tersebut.

"Bukan urusanku."

DOR! DOR! DORR!

SYETTT!

BRUKKK!!!

AAAKKKHHH!!!!!








..

ENJOYY BOSYY😃😃😃
KITA DOBELE-DOBELE YEEE😉
MAKLUM UDAH KAGAK KUAT LAGI YANG MENINGKAT JADINYA STANDAR AJA DULU #NGOMONG APA AEE😴
KEBANYAKAN TUGAS SAMA HAFALAN JADINYA IMAJ JADI DOWN SLOWWW😇
MAKLUM AKEUYY YAA..
NEXT AJA BIAR NAMBAH PAHALA WKWKWKK😂😂😂

WITH LOVEYOU #Siregar-2- [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang