#17

92 7 0
                                    

Aku tetap berharap kalau aku PERGI nanti , mami nggak akan nangis lagi kayak mami kehilangan papi.

******


Gena hari ini pulang sekolah di antar Viona karna keadaannya yang memburuk lagi. Setelah turun dari Roftop tadi asma Gena kambuh lagi dan membuat ia terpaksa harus beristirahat di UKS untuk memulihkan kepadanya. Sesampai nya di perkarangan Viona lansung turun dan memapah Gena untuk masuk keadalam rumah. Saat ketukan pintu ke empat.

Clek

Pintu terbuka dan nampaklah wanita paruh baya yang masih cantik alami berdiri di depan pintu sambil berpangku tangan. Helena diam tak bersuara sambil memandang mereka satu persatu tanpa niatan berbicara sedikit pun. Walaupun ia di hadapkan dengan keadaan Gena yang masih pucat . Viona yang menyadari tatapan dari Helana lansung memulai pembicaraan.

" Permisi tante saya mau ngantarin Gena ke kamar , dia sedang sakit" Viona bicara agak kikuk , dia juga bingung mau bicara apa , Gena bahkan cuman diam dalam rangkulanya tanpa niatan untuk berbicara , atau mungkin ia terlalu lelah untuk berbicara . Helena diam lalu berbalik badan dan pergi meninggalkan mereka yang masih diam di depan pintu. Viona lansung memapah Gena ke dalam rumah dan menuju tangga untuk menuju kamar Gena yang terletak di lantai dua rumah mewah tersebut.

Saat melewati tangga pertama ia melihat Helena yang sedang asik menonton televisi tanpa melirik atau pun mempertanyakan bagaiman keadaaan Gena sekarang ini. Gena yang menyadari ada perbedaan di viona lansung berbicara pelan untuk menyadarkan viona yang masih dalam alam pikirannya.

" Ayo" suara yang pelan dan lirih membuat Viona tersadar dan mengaguk . Sampai di dalam kamar viona lansung merebahkan Gena di atas tempat tidur lalu menyelimuti nya sampai leher untuk membuat Gena terasa nyaman.

" Mau makan" tanya Viona , Gena mengeleng tanda ia tak mau apa apa saat ini. " Gue ambil minum dulu ya" viona lansung keluar untuk mengambil minum untuk dirinya dan Gena yang masih sedikit pucat. Saat melwati ruang keluarga ia mendengar Helena dan Gina yang berbicara sambil tertawa bersama. Viona hanya diam sambil memperhatikan mereka berdua yang bahkan tak menyadari kalau ada Gena yang sedang sakit dan saat ini membutuhkan mereka sebagai keluarganya.

" Aku ngak tau mi" itu suara Gina yang masih asik dengan oborlanya bersama Helena.

" Pokoknya kamu harus dapatin proyek itu" jawab Helena dengan semangat sambil mengusap rambu gina dengan sayang.

" Pasti mi" senyuman itu selalu menghiasi bibir gina tapi tak pernah menghiasi bibir Gena sekali pun.

Viona lansung berjalan ke dapur ia tak tahan melihat kelakuan mereka berdua yang asik bersenda gurau di atas penderitaan Gena yang menahan semuanya sendiri. Setelah selesai membuat minum viona lansung menuju tangga yang menghubungkan lantai dasar dan lantai dua tepatnya kamar Gena. Saat berjalan ke arah tangga Gina menghalangi jalanya.

" Lo siapa " tanyanya membuat langkah viona terhenti dan melirik kearah gina yang juga sedang melihatnya.

" Viona temen Gena" Viona lansung melanjutkan langkahnya lagi . Tapi perkataan Gina membuat Viona harus membalikan tubuhnya untuk menjawab pernyataan gina terhadap Gena.

" Ngapain sih lo mau temen an sama cewek penyakitan kayak dia , kerja berat dikit aja lansung sakit , asmanya kambuhlah , maghnya kambuh lah , sakit inilah sakit itulah , dan masih banyak lagi" Viona lansung berbalik dan berbicara pada Gina yang masih tersenyum licik padanya.

" Walaupun dia penyakitan dia ngak pernah ngeluh hal itu di depan gue , dan gue bangga sama dia " viona lansung pergi kerah tangga dan masuk ke kamar Gena tanpa menghiraukan Gina yang mengeram kesal pada mereka.

" Kenapa semua orang Care sama lo sih , apa sih kelebihan lo " geram gina lalu pergi menuju kamarnya dengan keadaan yang pastinya emosi.

********

Karna kondisi Gena yang sudah membaik Viona memutuskan untuk membawa Gena ke rumahnya agar bisa ia awasi . Bagaimana pun juga asma Gena biasa aja lansung datang. Kalau Gena di tingalin di rumahnya pasti ngak ada yang bakal ngerawatnya. Saat ini mereka turun bersama tepat pukul delapan malam. Terlihat Helena Gina dan Galang tengah makan malam bersama. Gena berjalan kearah meja makan dan berpamitan pada mereka semua tapi lihat lah respon mereka sangat di luar dugaan.

" Mi , kak , bang Gena pamit mau nginap di rumah Viona ya " perkataan Gena membuat mereka semua melihat kearah sumber suara. Gena mengunakan celana jins hitam dengan jaket putih panjang yang sesuai dengan tubuhnya. Viona menunggu di luar karna tak tahan melihat tingkah mereka.

"Kalau mau pergi ya pergi aja keles , ngak ada yang ngelarang juga" jawaban gina hanya di angab angin lalu oleh Gena. Tapi omogan Helena itu yang ngak bisa di terima batinya.

" Kalau perlu ngak usah pulang sekalian " jawab nya santai dan melanjutkan makan malamnya. Apa dia tak tau anak yang sedang berdiri di depanya belum makan dari siang , masih berharap jika maminya akan datang ke kamar dan membawakan nya makanan dengan kasih sayang. Galang hanya diam tak merespon menganggap Gena hanya angin yang mengagu pemandangan saja dan tak perlu di permasalahkan.

" Tapi ini rumah Gena juga mi , Gena punya hak di rumah ini " setelah mengucapkan itu Gena lansung keluar dan membanting pintu sedikit keras melampiaskan kesakitan hatinya.


Gena lansung masuk ke mobil viona yang sudah terpakir untuk pergi. Diam tak ada suara Viona lansung menjalan kan mobilnya tanpa bertanya atau bersuara untuk mengangu Gena yang sepertinya menahan sesuatu. Viona yakin ada yang terjadi di dalam setelah ia keluar barusan. Sesampai nya di garasi mobil rumah Viona mereka lansung masuk dan di sambut oleh Mama Viona yanh duduk di sofa sambil menonton Tv . Tanpa aba aba Gena lansung lari dan memeluk mama nya Viona yang sudah ia anggab seperti mama nya sendiri. Ezi sebagai orang tua yang baik langsung membalas pelukan Gena , bagaiman pun juga ia sudah mengangab Gena sebagai anaknya mengigat pertemanan Gena dan viona yang sudah terjalin sangat lama .

" Kenapa sayang" usapan hangat yang mampu menenangkan hati yang di berikan Ezi membuat Gena semakin menumpahkan air matanya. Baginya Ezi merupakan mami kedua setelah Helena. Kadang ia lebih memilih menjadi anak Ezi di bandingkan Helena yang tak pernah menganggap nya ada.

"Gena kangen mama " Gena sekarang sedang menangis di dalam pelukan Ezi dan membia Ezi bingung ngak biasanya Gena memanggilnya mama , Gena akan memanggilnya dengan berbagai macam pangilan menurut mood nya . Jika ia memanggil mama berarti saat ini ia sedang sangat sangat membutuhkan Ezi berada di dekatnya.

" mam juga sayang , Gena ada masalah" pertanyaan yang tentu Sudah di ketahui Ezi. Karna Gena hanya akan datang jika ia sudah tak sangaub lagi dan pasti berfikir untuk menyerah. Tapi ezi selalu menasehati dan meyakinkan ya tentang apa pun yang terjadi Helena tetap maminya Gena yang harus ia hormati.

" Ma , apa boleh Gena mintak sesuatu sama mama , hanya satu" kali ini Gena tampak lesu dan lemes ngak seperti biasanya jika bersama ezi. Ezi menganguk karna ia akan melakukan apa pun demi Gena putrinya . Entah bagaiman perasaan Helena jika mendengar ada orang lain yang mengakui anak nya sebagai putri orang tersebut. Apa dia akan marah ? . Atau malah bersujud sukur karna kamu keinginannya terpenuhi.

" Apa pun sayang , apa pun " Gena melepaskan pelukanya dan menatap wajah sebab yang selalu di penuhi memar. Terlihat memar yang sudah sedikit memudar di pipi kanan. Ezi yakin ini pasti kelakuan Helena yang selalu menyiksa Gena sesuka hatinya.

" Gena mau mama anggab Gena kayak mama angab Viona sebagai anak mama , hanya itu" Gena kembali menanyakan memeluk ezi yang pasti akan melakukan apa pun untuk anak nya yaitu viona.

" tanpa Gena mintak mama akan melakukanya . Dengan senang hati Gena. " hari in Gena merasakan kesakitan dan kebahagian secara bersama sama . Ia hanya berharap tuhan akan memberikan ya umur panjang untuk menikmati kebersamaan nya bersama orang orang yang ia sayang.

Bersambung.

Capek juga ngetik nya. Masalah nya belum juga timbul timbul.

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang