Believe Me 7 #Mafia Game

10 1 0
                                    

Jika bisa, aku ingin waktu berjalan dengan lambat. Karena aku tak ingin hari ini cepat berlalu dan merenggut kebersamaanku dengan kalian.
^.^
"Kita mulai permainannya. Tundukkan kepala kalian dan tutup mata kalian! Oh ya jangan lupa pukul lantainya ya!" Ucap Rava yang menjadi moderator di permainan mafia ini. kami pun mengikuti intruksi yang dikatakan Rava.

"yang bahunya aku sentuh dia jadi mafia ya." Ucap Rava lagi, lalu aku merasakan dia menyentuh bahuku. Itu artinya aku akan berperan menjadi mafia di permainan ini.

"Bagi kamu yang merasa menjadi mafia angkat kepala kamu dan lihat mafia lainnya."

Aku mengangkat kepalaku dan menatap mafia lainnya, ternyata yang menjadi rekanku adalah Tito yang kebetulan berada di sebelahku. Tito mengedipkan matanya padaku dan dibalas senyuman olehku. Aku dan Tito pun kembali menundukkan kepala kami.

"Oke, waktu sudah pagi silakan kalian bangun dan temukan orang yang menurut kalian adalah mafia." Ucap Rava dan berdiri di belakangku untuk memperhatikan diskusi kami.

Kami menatap satu sama lain, mencari orang yang sekiranya mencurigakan. Aku dan Tito harus memasang poker face agar tak ketahuan jika kami adalah mafia.

"Kata aku yang jadi mafia pasti Ravi." Ucap Tito memulai. Ravi menatap Tito dengan datar dan menyilangkan tangannya di dada.

"Bukan aku." Ucapnya singkat.

"Kamu meureun. Ceuk aku mah si Tayo da." Ucap Nina

"Naha Urang?" Protes Tito

"Muka kamu mencurigakan." Ucap Revi sambil terkikik geli.

"Wah peghinnaan ieu mah. Kasep kieu di sebut mencurigakan cenah. Ah jigana si Nina ieu mah nu jadi mafia." Tuduh Tito.

"Lain, aku mah warga biasanya." Ucap Nina lagi.

"Kalo kata aku yang jadi Mafia itu....." Ravi menggantungkan ucapannya membuat semua memperhatikan dirinya "......Ara." Lanjutnya sambil menunjuk diriku.

"Aku bukan mafia, aku warga biasa. Maaf ya Ravi, aku anak baik - baik jadi nggak mungkin aku jadi mafia." Belaku.

"Enya lain jigana, si Dora mah boro - boro jadi mafia. Beut teu ngahaja ngabunuh sireum ge geus menta hampura ka sireumna, komo ngabunuh jelema." Ucap Rita membelaku. Aku memanggut - manggutkan kepalaku setuju.

"Jangan percaya sama Ara, percaya ka aku."

"Embung ah percaya ka maneh mah musyrik pipin." Ucap Tito membuat Ravi mendecakkan lidahnya.

"Mun ceuk aku nu jadi mafia si Pipin jeung si Dora." Ucap Alfin membuat semua memandang padanya.

"Naha?" Celetuk Nina.

"Pan si Pipin jeung si Dora mah sapaket. Dimana aya si Pipin didinya aya si Dora." Ucap Alfin membuat Ravi dan aku memutar bola mata malas.

"Kumaha kamu weh, Apin." Ucap yang lainnya.

"Jadi, saha ieu teh mafiana?" Tanya Rita

"Ravi.." Ucapku dengan keras, sekarang aku harus menyingkirkan Ravi dulu jika tak ingin aku terbunuh.

"Dia nuduh aku terus buat nutupin kalo dia mafia yang sebenarnya. Aku kenal Ravi ya, jadi kalian jangan mau ketipu sama dia." Ucapku dengan yakin. Lalu semuapun menatap Ravi dengan curiga.

"Oke, sekarang kalian tunjuk orang yang kalian curigai menjadi mafia." Ucap Rava. Kami pun menunjuk orang yang kami anggap menjadi mafia. Aku, Tito, Revi, dan Nina menunjuk Ravi, Alfin menunjuk Tito dan Ravi menunjuk diriku.

BELIEVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang