Dia bilang tak ada alasan untuknya menjauh, tapi mengapa aku merasa dia menjauh dariku?
^.^
Entah bagaimana, saat ini aku sudah berada tepat di depan Ours Cafe. Aku menatap Ravi heran. Seingatku tadi Ravi tak menyebutkan akan mampir dulu ke Our Café, aku juga tak meminta Ravi untuk mampir ke Our Cafe. Tapi mengapa sekarang aku berada di sini?"Ayo masuk." Ucap Ravi dan menarik pergelangan tanganku.
Lagu Ed Sheeren Perfect sedang mengalun dengan indahnya ketika aku memasuki Café dengan nuansa vintage ini. Kami memilih untuk duduk di sudut ruangan, menjauhi keramaian. Aku duduk menghadap tembok dan Ravi duduk menghadap pelanggan lain di cafe ini.
"Kenapa kita ke sini?" tanyaku setelah sejak tadi menahan pertanyaanku.
"Pengen aja." jawabnya enteng. Aku berdecih mendengar jawabannya.
Lalu seorang pelayan cafe datang dan menanyakan pesanan kami. Aku dan Ravi menyebutkan menu yang kami inginkan secara bergantian dan pelayan cafe itu pergi setelah kami selesai memesan. Aku terdiam mendengar lagu yang saat ini sedang diputar, Fine dari Taeyeon."Ada apa?" tanya Ravi
Aku mengernyit bingung "Apanya?"
"Kamu ada masalahkan? Jadi, apa masalahnya?"
Aku terhenyak, sejelas itukah? Ah iya, aku baru ingat. Ravi memang terlalu mengenal diriku. Bahkan tanpa aku bicara dia bisa tahu jika aku mempunyai masalah.
"Nggak kok." ucapku sambil mencoba untuk tersenyum.
Ravi berdecih "Bohong! Aku tahu kamu, Ara." ucapnya. Aku hanya tersenyum menanggapi.
"Di kantor kamu banyak melamun, apalagi setelah istirahat. Waktu aku jemput abis dari tambal ban wajah kamu terlihat nggak baik terus selama perjalanan kamu diem terus." Jelasnya menjabarkan keanehan diriku.
Aku masih bungkam, tak tahu harus menjawab seperti apa. Ya aku memang mempunyai masalah dan itu ada pada diriku sendiri. Apa aku harus mengatakannya pada Ravi? Tapi aku ragu. Untunglah ditengah keraguanku seorang pelayan datang mengantarkan pesanan kami. Jadi untuk sejenak aku bisa terbebas dari keharusanku menjawab pertanyaan Ravi.
"Ara.."
"Hmm?"
"Ga ada yang mau kamu ceritain?"
Masih belum nyerah ternyata.
"Ravi, menurut kamu Danela gimana?" Alih – alih menjawab, aku justru menanyakan hal diluar pembahasan yang Ravi buat.
"Gimana apanya?"
"Kata kamu Danela cantik?"
"Cantik"
"Orangnya juga ramah ya."
"Iya."
"Terus kayanya dia juga gampang akrab deh."
"Heu’eum."
"kalo dia suka kamu gimana?" Aku merutuki diriku sendiri ketika pertanyaan itu keluar dari mulutku.
"Ya itu hak dia." Jawab Ravi dengan santai. Kelewat santai malah.
"Kamu suka dia?" tanyaku hati - hati. Jantungku berdetak tak karuan menunggu jawabannya.
"Nggak tuh." Jawabnya langsung tanpa berpikir dan ada kelegaan ketika dia berkata seperti itu.
"Ada kemungkinan kamu suka dia nggak?" Ya Allah kenapa Aku selalu menanyakan pertanyaan bunuh diri seperti ini sih?
Ravi mengerutkan keningnya "Nggak tahu juga. Ya lihat aja nanti."
Nah kan apa kubilang pertanyaan bunuh diri. Aku dibuat tak bisa mengatakan apapun. Karena akan ada kemungkinan untuk Ravi menyukai Danela.

KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE ME
RomanceMemendam perasaan selama bertahun - tahun pada orang yang mengenal kamu dan benar - benar mengerti dirimu atau bisa di katakan 'you know me so well' itu bener - bener nggak mudah. Apalagi orang itu bersikap biasa dan selalu membuat baper. Itu yang...